MCR Kembali Bersama Jiwa Emo yang Saya Kira Telah Mati

my chemical romance mcr reuni band emo musik emo musik 2000an

my chemical romance mcr reuni band emo musik emo musik 2000an

MOJOK.COKonser reuni My Chemical Romance (MCR) akan dihelat pada 20 Desember di Los Angeles. Masih ada waktu untuk kita manjangin poni sampai bisa nutupin sebelah mata.

Juni lalu Joe Jonas mengaku mendengar latihan MCR di satu studio di New York. Video wawancara julid Jonas Brothers bersama Radio KISS FM itu (astaga, yang namanya KISS di luar negeri sama di Indonesia emang sama-sama suka ngegosip ya) tersebar di Internet dan sampai ke beranda Twitter saya. Mendadak saya gelisah sendiri, apa benar MCR akan mengikuti jejak Dewa 19, Padi, dan komunitas arisan SMA ibu saya dengan melakukan reuni?

Kegelisahan itu menguap seketika ketika sebulan setelahnya Frank Iero, gitaris MCR, menyanggah klaim Joe Jonas pada sebuah wawancara. Selain menyanggah, Frank juga menyerang Jonas Brothers gara-gara sebal kok mereka malah ngomongin band lain saat harusnya promo band sendiri. Frank sampai bilang kalau Jonas Brother mengatakan hal-hal kayak gitu tentang MCR agar terlihat relevan sebagai band rock, padahal, menurut Frank lho ini, sampai kapan pun mereka akan selalu jadi band Disney. Pedes banget nih emang omongan anak emo.

Udah galak-galak sama Jonas Brothers, beberapa bulan kemudian Frank malah ngode kalau MCR reuni di akun Instagramnya. Pada 30 November, ia mengunggah foto blur orang main baseball dilengkapi caption: “Kata ramalan cuaca, besok bakalan ada hujan yang menggagalkan acara-acara Halloween, kayaknya kami perlu cari hal lain deh untuk dikerjakan.” Eh bener aja. Beberapa saat setelahnya langsung tuh berturut-turut keluar konten kembalinya MCR lewat konser reuni, lengkap dengan jadwal konser, mekanisme pembelian tiket, dan informasi venue.

Hanya sekitar 1 jam dari postingan pengumuman bahwa tiket konser sudah bisa dibeli, akun Instagram dan Facebook MCR langsung mengumumkan kalau tiketnya sold-out. Saya sempat kecewa banget pas tahu kehabisan tiket, untung saya enggak punya duit jadi kekecewaan emo ini sedikit mereda. Selepas konser mereka pada 20 Desember nanti, saya memutuskan mentok akan gerilya cari fancam-nya saja di YouTube.

Saya jujur baru mendengar MCR pas album The Black Parade (2006) rilis. Masih kelas 1 SMP dan baru belajar ngeband, MCR secara khusus, dan musik rock/emo secara umum, menjadi dunia percontohan tentang tata cara ngeband, gaya rambut, dan aksi panggung bagi saya. Setelah congkak karena berhasil menguasai lagu “Mimpi yang Sempurna” milik Peterpan,  saya pernah nekat langsung belajar lagu “Welcome to The Black Parade” di gitar. Hasilnya bukan hanya gagal total, tapi juga remuk redam.

Kebesaran MCR enggak cuma diakui oleh saya seorang saja. Album The Black Parade sampai masuk 50 besar album terbaik 2006 versi majalah Rolling Stone. MCR juga mendapatkan penghargaan Best International Band pada NME Awards 2007 dan jadi nominasi Best Alternative Group pada American Music Awards 2007. “The Black Parade” juga jadi lagu nomor satu di UK Singles Chart pada Oktober 2006. Yang terpenting, banyak perbincangan internet yang menasbihkan “The Black Parade” sebagai lagu kebangsaan emo sedunia, bahwa para emo selalu menangis dari nada G (nada pertama lagu “The Black Parade”).

Begitu besarnya MCR berkat album itu, sampai-sampai Download Festival 2007 di Inggris memilih mereka sebagai headline (bintang utama) dibanding band senior Megadeth. Keputusan ini sempat memunculkan kericuhan karena para fans Megadeth tidak terima band metal junjungannya kalah populer oleh lima pria ber-eyeliner hitam. Para fans ini lantas memilih jalan anarkis dengan melempari MCR yang lagi manggung dengan buah, sampah, dan botol berisi urin.

Hm, kalau yang didengar Joe Jonas itu beneran MCR yang lagi latihan, berarti setidaknya sudah hampir setengah tahun dong Mas Gerard Way, Mikey Way, Frank Iero, dan Ray Toro mempersiapkan konser ini. Terus kalau udah latihan selama itu, masak iya sih cuma untuk satu kali konser? Enggak salah dong kalau saya berharap akan ada tur atau album? Yah, sembari berharap, kita panjangin aja dulu poni kita ini.

BACA JUGA Saking Tuanya, Kalau Lagu-lagu Remaja Saya Disekolahin, Mereka Sudah SMA atau artikel IKHWAN HASTANTO lainnya.

Exit mobile version