MOJOK.CO – Setelah PLN dikecam akibat mati listrik Jakarta berjam-jam, PLN lagi-lagi kena kecam karena rencana kurangi gaji karyawan.
Sial benar nasib Sripeni Inten Cahyani, belum juga tiga hari kerja menjabat sebagai Plt Direktur Utama Listrik Negara (PLN) tugas pertamanya justru menjawab komplain bertubi-tubi sekaligus kecaman masyarakat. Sebabnya jelas, mati listrik Jakarta selama berjam-jam.
Bayangkan saja. Hari Jumat (2/8) Sripeni Inten Cahyani baru menjabat, hari Minggu (4/8) dirinya sudah dihampiri Presiden Jokowi dan langsung dimarahin. Ibarat anak Ospek di kampus, Inten Cahyani ini kayak mahasiswa baru yang alpa bawa penugasan lalu langsung kena semprot senior.
Tapi memang begitulah tekanan yang ditimpakan ke orang sekelas Plt Direktur PLN. Wajar kalau pelanggan komplain dan dirinya bertanggung jawab. Bahkan kalau perlu Intan Cahyani harus siap pasang badan.
Praktis kalau pekerjaan Inten Cahyani selama beberapa hari ini hanya berputar pada persoalan klarifikasi dan klarifikasi. Apalagi sebab mati listrik Jakarta yang banyak bikin orang ngamuk-ngamuk itu belum diketahui secara pasti.
Sebelum PLN berhasil menemukan sebab mati listrik Jakarta, Dahlan Iskan dalam web pribadinya menyebut bahwa satu pohon sengon dicurigai merupakan salah satu sebab listrik seluruh Jakarta padam.
Tentu saja kita terheran-heran menyaksikan “tudingan” Dahlan Iskan ini. Apalagi posisi pohon sengon ini berada di Gunung Pati, Semarang. Bagaimana mungkin pohon sengon yang ada di Semarang bisa bikin mati listrik Jakarta berjam-jam?
Dahlan Iskan lalu menjelaskan bahwa Pembangkit Listrik untuk memasok kebutuhan Jakarta berada di Jawa Timur, tepatnya di Paiton. Setiap detik, ada pengiriman listrik dari Jawa Timur ke Jakarta. Dan listrik dengan daya sebesar itu dikirim lewat SUTET yang melintasi Pulau Jawa.
Ada dua SUTET yang mengirimkan listrik dari Jawa Timur ke Jakarta. Pertama di jalur utara, kedua di jalur tengah. Kebetulan saat di jalur tengah sedang ada perbaikan, pengiriman listrik lalu dibebankan semuanya ke SUTET di jalur utara. Sial, di saat itulah di SUTET jalur utara ada satu pohon sengon yang tingginya menyentuh kabel SUTET. Lalu yang terjadi? Mati listrik Jakarta.
Tentu saja analisis ini sempat menyebar ke mana-mana. Apalagi yang mengemukakan pendapat adalah seorang Dahlan Iskan. Sosok yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara BUMN—meski hanya sebagai pengganti.
Apalagi penjelasan Dahlan Iskan sangat mudah dimengerti masyarakat. Enak dibaca dan mudah dicerna oleh orang yang tidak paham masalah listrik. Ini belum dengan pertanyaan-pertanyaan kritis Dahlan soal patroli PLN terhadap SUTET yang sebenarnya sudah dilakukan secara berkala.
Mendapati “bantuan analisis” dari Dahlan Iskan ini, Intan Cahyani sebagai Plt Dirut PLN membantahnya serta merta. Menurutnya, keberadaan pohon sengon di Gunung Pati, Semarang, bukan menjadi penyebab utama.
“Jadi kalau persoalan pemadaman listrik kemarin, (pohon) itu bukan penyebab kita, jadi mohon izin berikan kami waktu untuk melakukan investigasi untuk melakukan assessment menyeluruh,” kata Intan Cahyani.
Dalam proses investigasi ini pula PLN berencana akan membayar ganti rugi ke 21,9 juta pelanggan. Total kerugian karena mati listrik Jakarta ini mencapai 839,88 miliar. Besar sekali. Kalau nilai itu diwujudkan dalam bentuk korban kambing Idul Adha, uang sebanyak itu bisa mendapat 209.870 kambing (asumsi per kambing 4 juta) atau 55.992 sapi (asumsi per sapi 15 juta).
Masalahnya, pembayaran yang akan dipakai sebagai uang ganti rugi ini tidak bisa dianggarkan dari APBN. Bisa jadi masalah besar kalau membebankan negara pada persoalan seperti ini. Kena KPK semua nanti. Maka jalan yang diambil adalah ganti rugi diambil murni dari “kas” PLN sendiri.
Untuk itu pemotongan gaji karyawan direncanakan. Bukan semata-mata sebagai hukuman ke diri sendiri, melainkan memang untuk cari duit ganti rugi. Kayak korek-korek duit kas kumpulan karang taruna kampung mungkin. Hm, ternyata sesederhana itu ya.
Gaji yang dipotong pun bukan gaji pokok, melainkan insentif kesejahteraan. Dan kebijakan ini tidak hanya menyasar ke karyawan di lapangan, tapi juga akan berdampak pada gaji direksi. Hal ini dilakukan karena PLN memang tidak bisa menutup ongkos kompensasi yang akan mereka berikan senilai hampir 1 triliun tadi.
“Di PLN itu ada merit order. Kalau kerjanya nggak bagus, potong gaji. P2 yang diperhitungkan. P2 ini kalau prestasi dikasih kalau nggak dikasih. Kayak gini nih kemungkinan kena semua pegawai,” kata Djoko Rahardjo Abumanan, Direktur Pengadaan Strategis II PLN.
Semakin apes lagi bagi Intan Cahyani. Belum juga seminggu bekerja sebagai Plt Dirut PLN, dirinya sudah kena semprot Presiden Jokowi, kena kecam sana-sini, sampai di akhir bulan nati juga ikut kena potong gaji.