Lamaran Kerja Ditolak? Bisa Jadi karena Kamu Terlalu Pintar

Pontang-Panting Gen Z Terjebak Budaya “Orang Dalam” di Dunia Kerja.MOJOK.CO

Ilustrasi - Pontang-Panting Gen Z Terjebak Budaya “Orang Dalam” di Dunia Kerja (Mojok.co)

MOJOK.CO Ada kalanya lamaran kerja ditolak karena kemampuan pelamar kurang. Namun, nggak jarang juga penolakan itu karena kemampuan pelamar terlalu tinggi.

Seorang pelamar pernah bercerita bahwa lamarannya ditolak oleh sebuah perusahaan dengan alasan senada dengan saat dirinya ditolak cinta.

Gebetannya pernah bilang, “Kamu terlalu baik untuk aku.”

Bagaikan deja vu, HRD perusahaan mengatakan hal yang sama, “Anda terlalu baik untuk perusahaan.”

Sewaktu wawancara kerja, ia juga membeberkan kepada HRD bahwa selama ini dirinya mendapatkan “receh Google” hasil dari monetasi blog. Terang saja, HRD insecure karena kemampuan perusahaan dalam menggaji karyawannya masih kalah dengan pendapatan sang suhu blog dari AdSense tersebut.

Mungkin dalam benak HRD, ketimbang menggaji orang yang sudah punya penghasilan besar, mendingan mempekerjakan orang yang masih nganggur plus BU alias butuh uang.

Orang yang belum memiliki pekerjaan tentunya bakalan menghargai posisinya kelak. Sementara orang yang cari kerja untuk mengisi waktu luang, bikin HRD waswas, kalau sewaktu-waktu yang bersangkutan menyepelekan pekerjaan yang gajinya nggak seberapa itu.

Di sisi lain, seorang staf HRD pernah membocorkan rahasianya dalam menyaring lamaran kerja yang masuk. Ia mengecek nilai hasil studi pelamar, lalu memilih pelamar yang nggak pintar-pintar amat dengan prestasi yang centang perenang. Alasannya, kalau terlalu jenius, nanti nggak mau disuruh-suruh untuk mengerjakan hal yang sepele.

Sang HRD sudah nggak pede duluan kalau mempekerjakan lulusan yang IPK-nya nyaris 4. Khawatirnya, ketika user memberikan pekerjaan nanti, bukannya dikerjakan, malah dikritisi. Ia juga menghindari kemungkinan karyawan yang terlalu baik ini nggak betah dengan rutinitas yang membosankan. Soalnya tingkat intelegensinya merasa terkhianati dengan entengnya pekerjaan yang diemban. Harusnya ia bisa lebih dari itu sih.

Sebenarnya, alasan “kamu terlalu baik untuk aku” tak hanya populer di dunia asmara, tapi juga  berlaku di dunia kerja. Tak jarang pelamar yang speknya ketinggian tersingkir karena melebihi kualifikasi yang diharapkan. Perusahaan minta lulusan SMA, yang melamar adalah S3 Marketing Harvard, misalnya.

Perusahaan tak tega menggaji SDM yang berdaya saing tinggi hanya dengan UMK. Biarkanlah SDM tersebut mencari perusahaan yang sesuai dengan skill-nya sehingga kemampuannya bisa diganjar dengan layak.

Sama seperti ketika seorang cowok ditolak oleh gebetannya dengan alasan “Kamu terlalu baik buat aku”. Sebab ceweknya merasa tidak bisa mengimbangi si cowok. Misalnya, si cowok sudah mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mengejar-ngejar cintanya. Eh, targetnya masih setia menyimpan perasaan untuk mantan. Jahat, kan? Itulah alasan mengapa korban penolakan disebut terlalu baik. Maksud perkataany itu, baiknya cari yang lain.

Lamaran kerja ditolak karena terlalu baik harusnya membesarkan hati pelamar. Alasan penolakannya dijadikan pelecut semangat untuk mencari perusahaan yang lebih baik dari perusahaan yang telah menolak. Sangat mungkin di tempat yang lebih baguslah kemampuannya diperlukan.

Sebab, perusahaan berbeda dengan pemerintahan sebuah negara. Kalau pemerintahan sih bisa saja memperkerjakan politisi skill presiden untuk jabatan menteri. Bahkan, konon ada juga gubernur rasa presiden.

(hrs)

BACA JUGA Lowongan Kerja Sales dan Marketing di Mana-mana, Emang Kerjanya Ngapain, Sih? atau ulasan di rubrik POJOKAN lainnya.

Exit mobile version