Kualitas Jang Seung Jo, Raja OST Kim Jong-dae, sampai Role Play yang Mengubah Sifat Seseorang

Kualitas Jang Seung Jo, Raja OST Kim Jong-dae, sampai Role Play yang Mengubah Sifat Seseorang MOJOK.CO

Kualitas Jang Seung Jo, Raja OST Kim Jong-dae, sampai Role Play yang Mengubah Sifat Seseorang MOJOK.CO

MOJOK.COTeman saya pulang sambil menyenandungkan “Best Luck” dari Kim Jong-dae. Dari belakang, punggungnya seperti Jang Seung Jo. Gara-gara role play? Apa halusinasi?

Dia bilang kalau Jang Seung Jo akan menjadi aktor utama di drama Korea JTBC terbaru berjudul Snowdrop. Lawan mainnya nggak main-main. Namanya Jisoo dan BLACKPINK dan Kim Hye Yoon. Saya tidak tahu apa yang sedang dia omongkan. Selain tentunya bagian “drama Korea”. Siapa yang tidak tahu istilah tersebut?

Snowdrop itu bakal jadi film terbaru Jang Seung Jo setelah The Good Detective di JTBC. Nah, The Good Detective sendiri adalah sebuah drama yang bercerita tentang beberapa orang detektif berusaha menangkap penjahat. Ya iyalah, judulnya saja The Good Detective, masak filmnya Haji Bolot mau ngejaring ikan.

Di drama ini, Jang Seung Jo berperan sebagai Oh Ji Hyuk, seorang detektif elite dengan sembilan tahun pengalaman. Karena trauma di masa kecilnya, Ji Hyuk sulit berbagi perasaan kepada orang lain.

Ji Hyuk sendiri orang tajir berkat berkat warisan pamannya. Ia bertemu dengan Kang Do Chang (Son Hyun Joo), detektif polisi dengan pengalaman 18 tahun. Karakter lainnya di drama ini ada Jin Seo Kyung (Lee Elijah), reporter surat kabar.

Oke, saya semakin tidak paham….

Dia sedikit berpindah tema. Kali ini tentang Kim Jong-dae, personel EXO yang bisa dipanggil Chen. Kim Jong-dae akan merilis lagu baru. Belum rilis saja namanya sudah masuk Trending Topic Twitter. Kim Jong-dae, atau Chen, memang canggih ketika garap lagu. Ketika merilis lagu “Best Luck” pada 2014, konon, dia cuma butuh satu take saja. Keren juga, ya. Batin saya begitu.

Belum selesai, dia melanjutkan….

Kim Jong-dae itu dikenal sebagai “rajanya OST”. Tahun lalu, beberapa OST drama Korea yang dibawakan Kim Jong-dae sukses besar. Beberapa di antaranya adalah “Everytime” dari drakor Dots, “Cherry Blossom Love Song” dari drakor 100 Days My Prince, dan “Make It Count” dari Touch Your Heart. Sumpah, tidak ada satu pun lagu dari Kim Jong-dae yang pernah saya dengar.

Saya penasaran, bagaimana awalnya dia suka Kpop dan drama Korea. “Awalnya ya ngikut tren, Bro. Habis itu ikutan role play di Twitter. Nambah teman yang satu aliran idola sama nambah pengetahuan,” katanya. Setelah menjawab, dia menyulut kretek yang sudah nangkring di mulutnya ketika menjelaskan siapa Jang Seung Jo dan Kim Jong-dae.

Rokoknya kretek, rambut dan perawakannya lebih cocok jadi hippies counterculture pertengahan tahun 1960an. Cocok jadi role model dari youth movement yang diawali di Amerika Serikat pada periode yang sama. Namun, dia penikmat drama Korea yang tekun dan playlist Spotify-nya kombinasi lagu-lagu Rancid, Volbeat, dan OST drama Korea. Antik juga.

Role play di Twitter?”

Dia menjelaskan panjang dan lebar. Izinkan saya menyederhanakan penjelasannya semampu saya.

Di Twitter, role play sering disingkat RP. Cara kerjanya, kamu bikin akun di Twitter atau Facebook untuk memparodikan artis. Ketika sudah menentukan mau jadi siapa, biasanya idolanya, sih, kamu harus menggunakan nama, avatar, dan background sesuai artis yang kamu pilih.

Nah, kalau akun sudah jadi, kamu hanya boleh follow akun-akun lain yang idolanya sama. Teman di kampung saya tadi bikin dua akun Twitter, nge-RP-in Jang Seung Jo dan Kim Jong-dae. Ketika saya tanya nama akunnya, dia nggak mau jawab kecuali saya mau ikutan main RP juga. Duh, ngurusin @arsenalskitchen saja sudah ribet.

Di Twitter, dia mengaku tertib sekali memparodikan Jang Seung Jo dan Kim Jong-dae. Biar role play-nya makin segar, dia membaca banyak artikel terkait dua artis tersebut. Dari situ, pengetahuannya makin bertambah. Di kampung, kalau ada sayembara Kpop dan drama Korea, saya rasa dia bakal menang mudah.

Role play sendiri bukan barang baru di Twitter, atau media sosial lainnya. Mereka berkumpul membuat semacam basis fans yang cukup militan. Yah, kamu tahu sendiri militansi Kpopers. Mungkin kompaknya setara ormas agama dan ormas idelogis tertentu. Kalau sudah hobi, sampai jadiin mereka idola, apa pun dilakukan.

“Lagian boleh juga, tuh, biar nggak stres dan jadi variasi. Nggak cuma dengerin Volbeat,” kata teman saya. Yang dia bilang memang ada benarnya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh “Annals of Behavioral Medicine” menyebutkan 34 persen orang yang melakukan hobinya terbukti tidak merasa lebih stres. Bahkan, mereka juga merasa bahagia, detak jantung lebih stabil, dan perasaan jadi lebih tenang selama berjam-jam.

Keseharian teman saya memang agak berubah karena RP. Bagi dirinya, Jang Seung Jo dan Kim Jong-dae itu dua sosok yang disiplin dalam hidupnya. Kerja begitu keras supaya kariernya tetap cemerlang, sekaligus usaha mempertahankan kualitas yang membuat nama mereka besar.

Teman saya berusaha “meniru” sebaik mungkin. Dia lebih rajin olahraga, siram-siram halaman depan rumah tiap pagi, lebih semangat narik ojol, dan mengurangi minum alkohol. Semua berkat mengidolakan seseorang. Nah, ini baru contoh mengidolakan tokoh yang benar.

“Tapi fenomena RP ini ada negatifnya juga, sih, Bro. Terutama kalau udah fanatik banget. Ada juga oknum yang make RP buat ternak akun buzzer.” He?

Kalau soal fanatik, sih, saya bisa membayangkan. “Kalau udah fanatik, kalau ada yang salah data atau main RP-nya nggak bener, pasti diserang.” Iya, soal itu saya sudah tahu. Kalau soal buzzer?

Ketika kamu main RP, untuk menambah jumlah followers, kamu bisa menggunakan tagar #openfollowrp. Tagar ini memudahkan kita mengenali siapa saja yang lain main role play. Namun, pada titik tertentu, banyak oknum yang bikin akun palsu. Biar jumlah followers nambah dengan cepat, mereka ikutan tagar di atas.

Karena militansi yang besar dan “keseragaman ideologi”, jumlah followers akan bertambah cukup cepat. Ketika sudah mencapai, kira-kira seribu followers, akun itu bisa dijual. Tentunya untuk kepentingan-kepentingan yang bisa kita bayangkan sendiri. “Ava Korea itu galak-galak amat.” Iya, kalimat itu ada benarnya, terutama ketika dipegang oleh oknum yang kepentingannya bukan buat role play dan mengidolakan seseorang.

Penjelasan teman saya ini masuk akal juga. Banyak akun dengan ava Korea yang omongannya nggak “Ngorea” banget. Lebih banyak ngomongin politik, masalah sosial, sampai agama. Suram betul.

Di ujung malam itu, teman saya pulang sambil menyenandungkan “Best Luck” dari Kim Jong-dae. Dari belakang, entah karena mata saya sudah lelah karena mengantuk, punggungya terlihat seperti punggung Jang Seung Jo.

Ahh…kayaknya saya butuh tidur….

BACA JUGA Jadi Penggemar Kpop Memang Salah Banget, ya, Buatmu? Atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

 

Exit mobile version