Kontroversi La Nyalla: Akui Pernah Sebut Jokowi PKI sampai Sentil Salat Jumat Prabowo

MOJOK.COSekilas pernyataan kontroversi La Nyalla mengutungkan Jokowi. Sebab kalau sampai salah urus, sosok kayak begini bisa jadi musuh dalam selimut tetangga di masa depan.

Efek balas dendam karena merasa dicampakkan memang luar biasa. Itu yang tergambar dari La Nyalla Mattalitti, politisi transferan dari pihak oposisi ke petahana.

Sebelum mengumbar segala macam aib Prabowo Subianto ke media massa, mantan Ketua Umum PSSI ini mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan bahwa segala macam fitnah ke Presiden Jokowi merupakan salah satu bikinannya.

“Saya sudah minta maaf dan saya sudah mengakui bahwa saya yang sebarkan (isu) PKI itu, saya yang ngomong Pak Jokowi PKI. Saya yang mengatakan Pak Jokowi itu Kristen, agamanya nggak jelas, tapi saya sudah minta maaf karena saya bukan oposisi,” ujarnya.

Pernyataan ini sangat mengejutkan bagi kedua belah pihak, baik petahana mau pun oposisi. Secara sekilas, pernyataan La Nyalla ini memang mengutungkan petahana. Jelas dong, apa yang disampaikan secara tidak langsung menampar pihak yang berseberangan.

Meski begitu, di sisi lain bagi petahana, “menampung” orang yang pernah memfitnah—bahkan mengakui ke publik—bukan perkara mudah. Hal ini tentu yang membuat pihak oposisi justru bersyukur La Nyalla sudah pindah haluan.

“Memelihara” La Nyalla sebagai bagian dari koalisi jelas merupakan pekerjaan yang merepotkan. Seperti seseorang yang kalap, mantan Ketua Pemuda Pancasila ini mengeluarkan pernyataan-pernyataan lanjutan yang memicu kontroversi. Semuanya tentu mengarah ke satu sosok: Prabowo Subianto.

Pihak oposisi sebenarnya justru bersyukur melihat politisi model begini menyeberang. “Aura negatif yang selama ini ada ketika dia (La Nyalla) masih berada di timnya kita, itu terbawa olehnya dengan keluar dari tim kita mendukung tim Jokowi-Ma’ruf,” ujar Muhammad Syafi’I, Anggota Dewan Penasihat DPP Gerindra.

Tidak sampai di sana, bahkan La Nyalla sesumbar bahwa tim Prabowo tidak bakalan menang di daerah Madura. Taruhannya pun tidak main-main. Entah bercanda atau serius, dirinya mengaku siap potong leher kalau capres Prabowo menang di Madura.

“Saya kan sudah omong potong leher saya kalau Prabowo bisa menang di Madura,” kata La Nyalla.

Ungkapan ini tentu menambah daftar “taruhan” ala politisi. Dulu ketika Anas Urbaningrum dijerat KPK, politisi Demokrat ini mengaku akan loncat dari Monas kalau terlibat dalam mega korupsi Hambalang. Pada akhirnya Anas beneran kena tangkap KPK, tapi cerita loncat Monas cuma jadi fiksi pepesan kosong.

Berikutnya ada politisi senior Amien Rais yang bertaruh akan jalan dari Jogja ke Jakarta kalau Jokowi menang pada Pilpres 2014 silam. Sama seperti Anas, ocehan ini pun cuma omong kosong. Meski begitu pernyataan ini jadi stok meme yang tidak ada habisnya bagi netizen. Apalagi kalau Amien baru saja mengeluarkan pernyataan kontroversial.

Selanjutnya ada Ruhut Sitompul yang sesumbar akan potong kuping kalau Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sampai kalah pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Hasilnya? Ahok kalah, bahkan masuk penjara karena kasus penistaan agama dan Anies Baswedan yang justru naik ke puncak. Ruhut pun masih enteng saja bicara ke sana-ke mari dengan kuping yang utuh.

Pernyataan La Nyalla ini tampaknya bakal jadi “taruhan politisi” lanjutan yang bakal meramaikan tahun politik kali ini. Hal yang sebenarnya disesalkan oleh banyak pihak.

“Saya takut nanti gitu juga, tiba-tiba nanti Jokowi-Ma’ruf Amin kalah di Madura, maka dia akan beralasan seperti banyaknya alasan yang dibuat dari ini,” kata Syafi’i, Anggota Dewan Penasihat DPP Gerindra.

Setelah pasang badan dan mengakui kesalahannya kepada kubu petahana, La Nyalla pun lalu melanjutkan serangan ke Prabowo Subianto. Dirinya mengaku ragu Prabowo pernah salat Jumat. Pernyataan ini merupakan lanjutan dari uraian Andre Rosiade yang menyebut bahwa Pak Prabowo sering melakukan salat berjamaah sampai salat Jumat.

“Tadi kalau Mas Andre bilang Pak Prabowo salat, salat Jumat, lho saya kan juga tahu. Saya nggak pernah tahu tuh Pak Prabowo salat Jumat, nggak pernah lihat saya,” kata La Nyalla.

Sebelumnya, La Nyalla bahkan menyebut Jokowi sebenarnya jauh lebih islami ketimbang Prabowo. Hal ini diutarakannya dengan membandingkan bahwa Jokowi pernah menjadi imam salat, sedangkan Prabowo—sepanjang yang La Nyalla tahu—tak pernah sekalipun terlihat memimpin salat.

Tentu saja segala serangan demi serangan ini membuat gerah pihak oposisi. Ferdinand Hutahean, dari politisi Demokrat, menyatakan bahwa fenomena La Nyalla ini mengingatkannya akan kasus hoax Ratna Sarumpaet.

“La Nyalla sudah mengakui menyebar fitnah dan hoax, derajat hukumnya sama dengan Ratna. Tidak perlu tunggu laporan, penyidik kepolisian harus segera menjemput La Nyalla dan melakukan proses hukum,” kata Ferdinand seperti diberitakan CNN Indonesia.

Meski begitu Ferdinand mengaku pesimis Polisi akan bergerak dengan model kampanye yang sudah mulai bikin gerah pihak Prabowo.

Tidak hanya pihak Prabowo, pihak petahana sebaiknya juga berhati-hati dengan tipikal politisi seperti ini. Sebab, sebagaimana semua tahu, La Nyalla melakukan serangan ini tak lepas dari sakit hatinya tidak direstui oleh Partai Gerindra untuk maju sebagai kandidat Gubernur Jawa Timur pada Pilkada Serentak silam. Baginya, rasannya seperti habis manis sepah dibuang.

Hal yang sebenarnya juga menjadi bom waktu bagi pihak Jokowi-Ma’ruf Amin. Didukung politisi model La Nyalla bukanlah sebuah kekuatan—apalagi dengan pernyataan-pernyataan ofensif yang sudah membawa-bawa tingkat ketaatan agama. Sekilas terlihat menguntungkan, tapi sebenarnya sangat riskan.

Sebab jika salah dikelola, La Nyalla di masa depan bisa jadi musuh yang sangat berbahaya karena akan koar-koar kejelekan pihak yang pernah didukungnya. Persis seperti yang dia lakukan ke Prabowo Subianto saat ini.

Exit mobile version