Kompleks Perumahan di Rooftop Thamrin City: Berasa Tinggal di Dataran Tinggi

ilustrasi Merangkum Nyinyiran Netizen terhadap Bukit Algoritma Kesayangan Kita Semua mojok.co

ilustrasi Merangkum Nyinyiran Netizen terhadap Bukit Algoritma Kesayangan Kita Semua mojok.co

MOJOK.COSusah juga pengin berasa tinggal di dataran tinggi tapi di pusat kota Jakarta. Untung Thamrin City Mall punya solusi dengan bikin kompleks perumahan di rooftop nya.

Sejauh ini saya mengenal rooftop dari bangunan-bangunan tinggi hanya untuk menikmati senja dan kemacetan jalanan. Sebagian yang lain menjadikannya sebagai tempat untuk memberikan ketenangan di tengah hiruk pikuk kota. Namun, ruang terbuka tersebut memang tidak dapat dibiarkan begitu saja. Lantas jadi nganggur. Eman-eman, tentu saja. Ruang terasa semakin sempit karena penghuninya semakin banyak. Maka ruang terbuka yang luas ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Maka, nggak aneh kalau banyak dari rooftop ini dijadikan kafe-kafe hits, tempat parkir kendaraan darat, hingga tempat parkirnya helikopter—yang biasa kita sebut helipad. Bagi orang-orang kaya atau yang pengin terlihat kaya dengan tingkat mobilisasi tinggi, menggunakan helikopter adalah solusi yang paling mungkin untuk saat ini. Biar nggak kecapekan dan kelamaan di jalanan.

Yang terbaru, ternyata nilai guna rooftop memang semakin meningkat. Hingga membuat rooftop di pusat perbelanjaan Thamrin City di Jakarta Pusat menjadi kompleks perumahan. Ya, ada sebuah kompleks perumahan di rooftop lantai 10 Thamrin City. Ini bukan hanya satu dua rumah saja. Tapi, ini kompleks. Tahu dong yang namanya kompleks? Tidak tanggung-tanggung, ada 90 rumah yang dibangun di atasnya.

Lokasi perumahan ini berada tepat di tengah-tengah dua tower apartemen The Jakarta Residence. Kompleks bernama Cosmo Park ini terbagi menjadi 5 blok perumahan dan betul-betul seperti layaknya perumahan yang biasa kita ketahui.

Ini bukan perumahan main-main yang kita anggap hanya dagelan. Cosmo Park ini perumahan mewah pada umumnya. Ya ada pepohonannya, ada jalanan yang diaspal rapi, aada fasilitas olahraga dari lapangan tenis, fitness, hingga kolam renang. Mobil juga bisa terparkir sampai di depan rumah. Intinya, dia betul-betul perumahan yang kalau dilihat dari atas, sama sekali nggak terlihat seperti kompleks perumahan di rooftop Thamrin City.

Sebetulnya, perumahan ini dibangun untuk memberikan alternatif tempat tinggal bagi masyarakat Jakarta yang pengin tinggal di tengah kota Jakarta dengan berbagai kemudahan akses dan fasilitas publiknya. Lantaran lahan yang ada udah pada penuh semua, jadi muncul ide untuk membangunnya di lahan rooftop Thamrin City ini. Selain kemudahan akses, perumahan yang dibangun di tempat yang lebih tinggi ini, pengin ngasih sensasi seolah-olah sedang tinggal di dataran tinggi. Iya, di Jakarta kan kalau pengin tinggal di tempat tinggi paling mentok ya di apartemen doang. Padahal udaranya kurang seger dan terasa engep-engep-an.

Meski suasana yang sejuk tetap saja sulit didapatkan—karena kita tahu campuran polusi di udara Jakarta sudah terlalu banyak, tapi udara bakal berhembus dengan lebih was-wes dalam setiap fentilasi rumah, nggak tertutup sama tembok tetangga. Selain itu, matahari juga terpapar dengan lebih mudah. Jadi, masalah rumah yang lembab dan sering kali ngerusak barang-barang, sudah tak lagi kekhawatiran. Belum lagi kalau jemur pakaian, pasti cukup satu jam dengan situasi panas yang kentang-kentang. Apalagi, masih dapat bonus pemandangan yang lumayan…

…enak buat ngece orang-orang yang terjebak kemacetan.

Untuk memasuki kompleks perumahan ini, harus melalui lobi utama Tower Cosmo Mansion dan naik ke lantai 10 Thamrin City. Suasana eksklusif pun langsung terasa ketika yang bisa masuk ke dalam hanyalah mereka-mereka yang punya kartu akses. Jadi, perumahan ini bukan sekadar dijaga sama satpam di depan kompleks, tapi juga harus pakai kartu akses. Bayangkan, betapa privatnya. Jadi, buat khalayak yang biasanya datang ke rumah-rumah untuk minta sumbangan. Jangankan mau izin Pak RT dulu, lha wong mau masuk kompleks dan datang ke rumah Pak RT-nya dulu aja nggak bisa~

Belum lagi kalau ada Gofood yang nganter makanan. Walah, sulit, cuy. Kalau nggak Gofood-nya kudu naik dulu ke atas, kitanya yang harus turun dulu. Eh, atau bolehlah ketemu di tengah-tengah, misalnya di lantai 10 atau lantai 5, biar adil. Tapi tetep aja, kita nggak bisa nunggu Gofood sambil leyeh-leyeh di depan TV. Sampai Gofood-nya nge-chat, “Mbak, saya sudah di depan rumah.” Mohon maaf nih, bisa nggak kayak gitu? Lha kalau masuk ke kompleks perumahannya harus punya akses. Tapi kalaupun dapat akses, kan kasihan kalau harus naik dulu ke lantai 10. Padahal kalau di maps, ongkosnya cuma sampai Thamrin City doang. Peta kita selama ini masih mengakses yang horizontal, belum vertikal. Mamam, tuh.

Fyi, sebetulnya perumahan ini nggak baru-baru amat. Tapi (((mungkin))) karena saking eksklusifnya dan orang-orang yang punya bukanlah orang yang suka pamer di media sosial—atau mungkin memang nggak butuh pamer juga. Jadi baru rame dibahas akhir-akhir ini, karena ada orang yang nggumun dan di-tweet. Si perumahan di rooftop Thamrin City ini sudah ada sejak tahun 2007 dan sudah dihuni sejak tahun 2009. Yha, 12 tahun yang lalu. Dan 12 tahun kemudian saat kita tahu, kita masih nggumun. Padahal, sudah orang-orang yang tinggal di sana sejak 10 tahun yang lalu. Sudah 10 tahun yang lalu, Saudara-saudara.

Menjadi wajar nggak banyak orang tahu. Soalnya jelas sasaran marketingnya nggak menyasar ke sembarang orang. Pengembangnya pasti paham, nggak semua orang bisa mampu membeli. Dan yang mampu membeli pun, nggak banyak yang pengin kalau rumahnya bukan menapak tanah, tapi menapak gedung. Satu hunian di sana dibanderol dengan harga Rp4 hingga Rp4,5 miliar. Sebuah harga yang biasa saja, bagi pasarnya.

Meski keberadaan perumahan di rooftop yang sudah ada sejak 12 tahun ini cukup bikin plonga-plongo, pembangunan ini lebih mending daripada harus reklamasi. Ya, meski nggak paham juga, kira-kira kebutuhan air dari penduduk perumahan di rooftop Thamrin City ini, harus bikin susah dan kekeringan bagi masyarakat yang tinggal di mana~

Exit mobile version