MOJOK.CO – MC nikahan itu nggak bisa disepelekan atau sekadar dijadikan sebagai tempelan. Kalau dia annoying, jadi kurang sip semuanya.
Salah satu hal penting dalam acara pernikahan yang terkadang terlewat karena dikiranya nggak bakal ngaruh-ngaruh amat adalah: MC. Kelihatannya sih kerjaannya memang mudah. Gitu-gitu aja. Apalagi kalau acara pernikahannya nggak pakai prosesi yang aneh-aneh. Akan tetapi, yang perlu diingat baik-baik, keberadaannya tidak dapat dikatakan sepele. Percayalah, mau tidak mau dia akan menjadi pusat perhatian tamu undangan yang datang.
Dalam acara pernikahan saya kemarin misalnya, setelah gagal mengajukan MC nikahan yang saya dan pasangan inginkan, akhirnya kami pasrah. Manut saja sama EO-nya mau dihadirkan kayak gimana. Pikir kami, toh acaranya biasa saja. Nggak ada acara prosesi adat, pun nggak ada acara sok asik-asikan lainnya. Jadi, nggak bakal gimana-gimana lah.
Ternyata, yang luput dari perkiraan adalah MC nikahan di acara kami betul-betul pengin menjadi pusat perhatian. Meski saya nggak terlalu paham apakah hal ini hasil breafing dari EO-nya atau memang keinginannya pribadi. Tapi apa pun itu, mohon maaf ya, kami kan sudah menghadirkan pengisi acara jauh-jauh dengan personil banyak dan kualitas permainan yang sungguh mumpuni. Pengisi acara ini dihadirkan bukankah tujuannya sudah jelas? Untuk menghibur tamu undangan dan syukur-syukur termasuk kami yang lagi “dipajang” di pelaminan.
Eh, tapi kenyataan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Setiap selesai satu lagu, si MC ini akan ngerocos dengan kata-kata yang sungguh template: Itu-itu saja. Agak panjang. Dan ini sungguh masalah.
Pertama, pengisi acara itu dibayar dengan durasi. Bukan jumlah lagu yang mereka nyanyikan. Maka dari itu, ketika dalam durasi tersebut MC-nya kebanyakan ngomong, akibatnya jadi semakin sedikit lagu yang dinyanyikan. Kalau gitu kan rasanya jadi rugi? Padahal, padahal, kan~
Kedua, omongan yang template dan nggak perlu itu sungguh nggak punya substansi apa-apa. Berkali-kali beliau mengatakan, “Selamat datang di acara pernikahan bla-bla-bla….” Baiklah, kalau itu dikatakan sesekali. Akan tetapi, kalau dikatakan berkali-kali, buat apa?
Logikanya, tamu undangan yang datang pasti juga udah tahu mereka datang ke acara nikahannya siapa. Apalagi di deretan photobooth juga sudah tertera jelas nama orang yang menikah. Terus, ngapain harus disambut dengan pernyataan membosankan berkali-kali? Belum lagi, hal yang sungguh tidak perlu dilakukan adalah mereka pakai menyebut-nyebut nama kami berserta gelarnya. Hadeeeh, buat apa, Malihhh? Ini betul-betul nggak ada urusannya!
Selain itu, hal lain yang lumayan annoying dan dilakukan oleh seorang MC nikahan adalah ikut-ikutan nyumbang lagu tanpa diminta. Ya, maaf nih, bukannya nggak pengin disumbang pakai lagu. Hanya saja, biarlah urusan hibur menghibur itu menjadi ruang pengisi acara. Dan kalaupun ada yang pengin nyumbang, tolonglah beri kesempatan untuk keluarga ataupun kerabat dari orang yang punya gawe. Ya, boleh-boleh aja sih kalau mau nyumbang lagu, asalkan itu berdasar permintaan dari yang punya gawe. Bukan keinginan pribadi yang penginnya diperhatikan terus-terusan.
Sebetulnya saya paham betul. Dalam acara pernikahan semacam ini, setiap vendor tentu pengin mendapat “panggung” masing-masing, supaya punya kesempatan besar untuk diundang sama tamu undangan yang datang—kalau-kalau suatu saat mereka sedang membutuhkan. Akan tetapi, yang perlu dipahami, biarlah panggung untuk cari perhatian itu digunakan secukupnya saja. Kalau berlebihan, jatuhnya ieuh. Ya bagaimana tidak? Ini acara siapa? Kok situ yang ribet amat pengin diperhatiin melulu?
Jadi, meskipun sudah mempercayakan acara ke EO—tim yang sudah begitu cakap dalam urusan ini— breafing tipis-tipis pada MC tetap harus dilakukan sama pihak yang lagi punya acara. Ya buat jaga-jaga aja. Khawatirnya, tipikal obrolan template yang menyebalkan bagi kami itu, ternyata justru digemari oleh orang yang punya selera lain.
Memang, seorang MC itu didatangkan untuk ngomong. Tapi, nggak kebanyakan ngomong juga kali~
BACA JUGA Terima Kasih Selebgram, Telah Menaikkan Standar Pesta Pernikahan Kami atau artikel Audian Laili lainnya.