Kelompok Pemilih yang Bodo Amat dengan Debat Capres Pertama

debat capres

MOJOK.CO Tidak semua pemilih yang punya hak suara peduli dengan debat capres pertama. Padahal katanya, debat capres ini penting dan bisa memengaruhi kelompok yang masih galau dengan pilihannya.

Debat capres pertama, akan berlangsung pada malam nanti. Semua perhatian media seolah-olah tertuju padanya—termasuk yang dilakukan oleh Mojok.co. Apalagi peforma dari para capres-cawapres yang akan berdebat nanti, katanya akan mempengaruhi para undecided voters (pemilih yang masih belum menentukan pilihan mereka) yang jumlahnya sekitar 10% serta swing voters (pemilih yang mengganti pilihan mereka). Yang jika keduanya dijumlahkan, bisa mencapai 25%.

Angka sekitar 25% ini, bukanlah jumlah yang sedikit. Ini adalah angka yang sama-sama memungkinkan memenangkan kedua belah kubu. Artinya apa? Artinya, janganlah kamu kubu yang saat ini merasa menang, terlalu bangga dengan kondisi yang sebetulnya masih belum pasti.

Banyak orang yang saat ini sedang menebak-nebak, kira-kira bagaimana kedua capres-cawapres ini akan berlaga malam nanti. Misalnya dari bagaimana mereka nanti akan bersikap dengan melihat kepribadian biasanya, persiapan mereka, serta isu-isu yang akan ditujukan untuk memojokkan mereka. Tak hanya para capres-cawapresnya saja, namun moderator, panelis, bahkan para penonton di acara tersebut, katanya sih, bakal menarik untuk disimak.

Namun, sebetulnya tidak semua orang peduli-peduli amat dengan debat capres pertama ini. Ya gimana lagi, pagelaran debat capres ini disebut-sebut sudah nggak well. Si KPU dianggap bukan lagi sebagai penyelenggara yang tegas. Segala keputusannya justru terlihat hanya mengakomodasi permintaan peserta Pemilu dengan dalih…

…untuk membiasakan tradisi musyarawah mufakat. Halah mbel. Akhirnya, hal ini membuat masyarakat sudah semakin tidak percaya dengan debat capres ini. Ya, gimana? Lha wong banyak keputusan KPU yang blunder kayak onde-onde.

Pertama, mengenai siapa saja yang akan menjadi panelis dalam debat diputuskan dengan campur tangan tim sukses. Kedua, nggak ada sosialisasi visi misi. Ketiga, kisi-kisi pertanyaan debat sudah dibagikan jauh-jauh hari. Jadi, bisa dipastikan, amunisi jawaban sudah dipersiapkan dengan matang. Lha, kalau udah kayak gini, kan udah bikin males nonton, ya? Lantas, apa bedanya nonton debat dengan nonton drama Turki?!!!

Selain banyak yang sudah males karena beberapa alasan di atas. Namun tidak sedikit kelompok pemilih yang memang tidak ada gairah untuk menonton, dikarenakan alasan yang lain. Jadi, wahai debat capres, janganlah kamu bersombong diri dengan merasa penting karena menjadi pusat perhatian.

Satu: Pegiat literasi

Katanya nih, para pegiat literasi merasa kecewa ketika PT Pos menghentikan program kirim buku gratis untuk sementara waktu. Hal ini dikarenakan PT Pos tidak menerima sokongan dana dari Pemerintah. Padahal sebelumnya Jokowi sudah berjanji untuk ikut memajukan literasi di daerah-daerah terdepan Indonesia dengan program Kirim Buku Gratis.

Ternyata instruksi kepada PT Pos Indonesia tersebut, masih belum berupa Inpres. Jadi, dana masih belum ditanggung Pemerintah. Lah, kalau dana PT Pos semakin menipis dan ujug-ujug pengiriman buku gratis ini di-stop, kan bikin sakit hati, ya? Malah jadi males nggak, sih? Mendengarkan janji-janji dan jawaban normatif mereka dalam debat nanti?

Dua: Ibu-ibu yang suka nonton sinetron

Bagi Ibu-Ibu yang masuk dalam golongan ini, mereka tidak hanya tidak peduli dengan debat capres. Namun, bisa jadi mereka justru mangkel kenapa harus ada acara ini!!11!! Apalagi jika televisi di rumah cuma satu dan si suami ternyata hobi banget ngomongin politik, supaya nggak ketinggalan dalam pergaulan jika diajak ngobrol tentang politik waktu ngeronda. Jika hal ini yang terjadi, debat capres justru dapat memungkinkan terjadinya prahara rumah tangga.

Pasalnya, bagi ibu-ibu yang sudah mengikuti sinetron Kisah yang Hilang di RCTI, tentu mereka memiliki kebutuhan lebih penting untuk mengetahui kisah selanjutnya tentang si Mira dan anaknya. Selain itu, apa sih, menariknya nonton debat capres yang juga sama-sama seperti berdasar skenario itu?

Tiga: Anak sekolah yang besok ujian

Sudah tahu kan, apa kewajiban dari anak sekolah? Yak betul, belajar, belajar, belajar. Apalagi kalau esok harinya dia harus menghadapi ujian dan dia merupakan tipe pembelajar… sistem kebut semalam. Meski si anak sekolahan ini sudah punya hak pilih, dan Pemilu mendatang merupakan Pemilu perdananya. Mohon maaf nih, mendapatkan nilai ujian di atas KKM tanpa harus ikut remidi, merupakan kebutuhan jangka paling dekat. Masalah akan memilih siapa untuk menjadi capres nanti, bisa dipikirkan nanti-nanti.

Empat: Mahasiswa yang lagi ngurus revisian untuk yudisium

Mahasiswa memang dianggap sebagai agen perubahan, melihat sejarahnya, ia seolah harus selalu melek politik. Sebetulnya debat capres pertama ini merupakan sarana bagi mereka untuk mengenal dan memahami para calon yang ingin maju memimpin Indonesia. Namun, bagi teman-teman kita yang tengah berjuang untuk menyelesaikan revisian skripsi dan segala persyaratan untuk yudisium, tidak ada yang lebih penting dari itu.

Bedebah dengan debat capres. Toh siapapun yang menang juga nggak akan memberi sumbangsih dalam memunculkan senyum orang tuanya di hari wisuda nanti.

Lima: Suami-istri yang sedang mengutamakan sunahnya

Wooo, kalau yang ini jelas. Daripada nonton debat capres pertama, mending mempersiapkan untuk melaksanakan sunah malam Jumat.

Exit mobile version