Kekeyi dan Betrand Onsu Itu Korban yang Diledek Lalu Dipermainkan

Kekeyi dan Betrand Onsu MOJOK.CO

MOJOK.COKekeyi dan Betrand Onsu adalah korban. Mereka dipermainkan dan diledek. Sedih, ketika keduanya tidak tahu kalau sedang menjadi korban konten-konten manis.

Malam minggu di seputaran Sapen, Yogyakarta, hujan turun sangat deras. Saya ditemani Ega Fansuri dan Ali Ma’ruf berteduh di burjoan. Niat awal cuma neduh, menunggu pukul 17.00 sore datang. Kami berencana menghadiri undangan sebuah acara di Demangan. Namun, hujan turun sangat lebat dan lama.

Setelah masing-masing menandaskan dua gelas kopi, obrolan terhenti. Kami sibuk di depan gawai masing-masing. Berisik hujan yang menghantam atap seng mendominasi. Tiba-tiba, Ali menyuruh saya mengecek kanal Youtube Panji Manusia Ular yang rajin nangkring di tangga trending Youtube Indonesia.

Saya menonton beberapa video. Panji sedang memberi makan ular king cobra dengan anakan piton. Panji sedang semringah ketika mendapat hadiah enam anakan kura-kura dari artis yang namanya begitu sulit saya ingat. Panji sedang menelusuri sebuah goa ketika menemukan cobra di selempitan bebatuan. Random.

Ke-random-an itu membawa mata saya ke dua buah video dari orang-orang yang sebelumnya asing di telinga. Mereka adalah Kekeyi dan Betrand Onsu. Onsu? Oh, anak angkat dari Ruben Onsu. Ya, saya ingat nama itu. Bukan karena suaranya yang bagus, tetapi karena kontroversi Betrand minum ASI Sarwendah. Bukan dicucup langsung, tetapi dari gelas.

Yang menjadi kontroversi adalah Betrand bukan lagi anak di bawah usia dua tahun. Dia sudah berusia 13 tahun. Sudah atau hampir akil baliq.

Kata Dr. Endang Mariani M.Psi., seorang dokter sekaligus pengamat sosial budaya, normal kok seorang ibu angkat memberi ASI kepada anak angkatnya. Namun, ketika ASI itu diberikan kepada anak di atas usia dua tahun, istilahnya sudah di luar batas kewajaran. Inilah yang membuat nama Betrand menjadi pusat kontroversi, yang saya yakin kamu udah pada tahu, kan.

Oke, ke sampingkan dulu nama Betrand. Ketika scroll halaman Youtube sevara random, saya menemukan juga nama Kekeyi. Oh, artis baru yang juga disebut sebagai beauty vlogger. Dari judul-judul video soal Kekeyi yang saya teliti secara seksama, beliau baru saja putus dari pacarnya yang bernama Rio Ramadhan. Ada sebuah video yang berusaha menjelaskan alasan Kekeyi meninggalkan Rio.

Namun, saya nggak menonton video itu. Saya nggak begitu minat dengan penderitaan Kekeyi. Saya sudah hendak mencari video kompilasi gol-gol indah di Youtube, seperti layaknya mamang-mamang yang bosan akut dan nggak tahu lagi mau nonton apa di Youtube, ketika saya menemukan video wawancara Deddy Corbuzier dan Kekeyi. Video berdurasi 45 menit itu sudah ditonton 1,4 juta orang.

Saya suka dengan konten wawancara Deddy Corbuzier. Terutama ketika beliau ngobrol dengan Ari Lasso tentang toleransi. Meski terdengar galak dan agak sombong, kadang-kadang tengil dan gatheli, omongan Deddy masuk akal. Maka, saya klik thumbnail video wawancara Kekeyi dan Deddy itu. Klik. Dan 30 menit kemudian saya menyesal.

Sekitar 10 menit awal video, yang saya dapatkan adalah usaha orang yang mengikuti perkembangan dunia showbiz sedang memancing kelucuan (atau kebodohan) dari orang yang masih dianggap kampung dan tidak tahu nama penyanyi sekaligus aktris dari Inggris bernama Naomi Scott.

Deddy mengaku pernah berpacaran dengan Naomi Scott. Deddy bilang kalau pacarannya sama Naomi itu cuma setting-an belaka. Ketika putus, menurut pengakuan Deddy, Naomi menganggap Deddy lagi pansos. Kekeyi nggak tahu siapa Naomi Scott. Kekeyi juga nggak tahu apa itu satire ketika Deddy melakukan tekel dua kaki terhadap hubungan Kekeyi dan Rio. Pansos. Panjat sosis.

Dari cara Kekeyi menjawab dan cara Deddy melempar pertanyaan sekaligus merespons, kamu bisa menangkap gelagat orang tua yang memandang sebelah mata tingkah anak muda. Deddy cuma ngebercandain dan mencari sebuah celah dari jawaban Kekeyi supaya bisa kita tertawakan berjaah di kolom komentar atau padang pembantaian media sosial masing-masing.

Kepolosan (entah sengaja atau dibuat-buat) dari Kekeyi menjadi bahan ledekan banyak orang. Kombinasi antara meledek kondisi fisik, hubungan pacaran, dan ketengilan Kekeyi ketika menjawab pertanyaan. Saya rasa, semuanya cuma berasal dari sebuah situasi ketika Kekeyi (dan Betrand) tidak mendapatkan tuntunan dari orang yang lebih tua (lebih tahu).

Betrand berubah menjadi anak yang luar biasa manja. Jujur saja, saya jengkel melihat tingkahnya ketika minta kiss sama Sarwendah. Ada dua video beredar yang menunjukkan usaha Betrand memegang payudara Sarwendah. Untung Sarwendah nggak meledak sama tingkah Betrand. Dia masih bisa menahan diri, sambil menepis tangan Betrand dan memasang tawa renyah di bibirnya.

Di usinya yang menginjak 13 tahun, Betrand seharusnya sudah mendapatkan pelajaran seksual. Mana bagian tubuh orang lain yang boleh disentuh, mana yang bukan. Orang lain bukan saja merujuk teman atau orang asing, tetapi juga orang tua, baik kandung maupun angkat. Di usia 13 tahun, seharusya dia sudah tahu mana yang baik dan mana yang jelek.

Nyata terlihat kalau Betrand tidak mendapatkan pelajaran atau tuntunan yang pas. Siapa yang bertugas? Tentu Ruben dan Sarwendah. Keduanya, yang sudah menjadi orang tua Betrand, seharusnya sudah menanamkan pelajaran-pelajaran itu semenjak resmi jadi bapak/ibu. Bukannya memoles Betrand menjadi produk konten dan pendulang viewers saja.

Ali Ma’ruf menyampaikan sebuah pendapat yang menurut saya sangat pas soal Kekeyi. Dia menuliskannya menjadi cuitan di akun Twitter pribadinya. Bisa kamu baca:

Anak seperti Kekeyi ini sangat banyak di Indonesia. Semuanya rentan dimanfaatkan menjadi konten dan pendulang viewers. Setelah sisi melalukan sudah terlihat, mereka ditinggalkan dan dibiarkan menjadi bahan ledekan. Mereka dipermainkan. Dan sedihnya, mereka tidak tahu kalau sedang menjadi sebuah “alat”.

BACA JUGA Dear Konten Kreator, Tolong Jangan Buat Prank Amoral Lagi! atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Exit mobile version