Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kata Cinta Laura Keluarga Jadi Tempat Paling Aman, Bukannya Paling Rawan?

Audian Laili oleh Audian Laili
8 Agustus 2019
A A
cinta laura keluarga MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kata Cinta Laura, keluarga adalah tempat paling aman. Nyatanya, justru keluarga jadi tempat paling rawan terjadinya kekerasan.

Sebagian orang ada yang menyebut bahwa keluarga adalah tempat nomor satu untuk bercerita dan mengadu, sayangnya itu tidak berlaku bagi setiap orang. Oleh karena itu, nggak mengherankan saat Cinta Laura nge-tweet mengenai hal tersebut, langsung banyak netizen yang memberondongnya dengan pernyataan bahwa: Tidak seperti itu yang terjadi di kehidupannya.

Keluargamu harus jadi tempat nomer satu untuk mengadu, bercerita, bertanya dan berdiskusi. Bukan orang lain yang tidak tahu keseharianmu, apalagi teman online mu! Mari jadikan keluarga sahabatmu. #KeluagakuSahabatku pic.twitter.com/XFeaqBhM63

— Cinta Laura Kiehl (@xcintakiehlx) July 29, 2019

Hubungan dengan keluarga yang harmonis dan saling mendukung satu sama lain, memang menjadi dambaan setiap orang. Ya, siapa sih yang nggak pengin memiliki tempat untuk bisa bertingkah dengan bebas dan apa adanya tanpa takut di­-judge?

Ta, tapi masalahnya, nggak semua orang punya privilege kayak Cinta Laura. Keluarga yang anggotanya nggak bisa kita pilih tersebut, bagi sebagian orang malah jadi pemicu perasaan tidak nyaman dan aman itu sendiri. Justru dari merekalah, kecemasan dan kegelisahan muncul.

Teman saya, misalnya. Dia pernah bercerita kalau lebih nyaman berada di kampus dan mengikuti beragam kegiatan daripada lama-lama berada di rumah. Meskipun jarak kampus dan rumahnya tidak jauh-jauh amat, baginya rumah tidak beda jauh dengan tempat untuk tidur saja.

Dia terlalu malas berada di rumah apalagi kalau harus terjebak mengobrol bersama orang tuanya. Pasalnya, ujung dari semua pembicaraan tersebut selalu menyalahkannya yang tidak berhasil masuk jurusan dambaan keluarga. Meskipun dia menjadi mahasiswa yang berprestasi di jurusannya. Tetap saja, cap bahwa dia telah gagal, masih belum terhapus juga.

Hal inilah yang kemudian membuatnya merasa kalau berada di luar rumah adalah tempat terbaik. Justru di sanalah ia menemukan keluarga yang lebih bisa menerimanya sebagai manusia. Ketidanyamanan dan ketidakamanan berada di rumah seperti yang dialami oleh teman saya ini, mungkin juga banyak dialami banyak orang. Atau bahkan, kondisi yang terjadi jauh-jauh lebih sulit lagi.

Dalam studi PBB misalnya, menyebutkan bahwa rumah adalah tempat yang rawan kekerasan terhadap perempuan. Dalam statistik yang dirilis pada Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Wanita, Kantor PBB untuk UNOCD menghitung dari 87.000 kasus pembunuhan wanita di seluruh dunia pada 2017, sekitar 50.000 (58%)nya dilakukan oleh pasangan intim atau anggota keluarga.

Sementara itu, dalam studi UNICEF, kekerasan anak di rumah juga tergolong tinggi. Dalam rentang tahun 1987-2005, ada 133-275 juta anak di bawah usia 17 tahun yang mengalami kekerasan di rumah mereka sendiri. Ya, di rumah mereka sendiri.

Bayangkan saja, rumah yang didaulat jadi tempat yang harusnya aman, justru menjadi tempat rawan. Lantas, masihkah bisa menyebut keluarga menjadi satu-satunya tempat untuk mengadu, bercerita, bertanya, dan berdiskusi? Jika kondisi keluarga memang tidak sedang baik-baik saja, tak bolehkah mengabarkan pada teman online untuk meminta pertolongan?

Jadi, kalau di kolom komentar banyak yang protes dengan pernyataan Cinta Laura, ya tolonglah dipahami. Bukan malah dipersalahkan dan disindir-sindiri. Ya, mohon maaf nih. Pernyataan ketidaksetujuan itu nyatanya betul-betul terjadi. Janganlah dianggap sebagai argumen asal-asalan untuk cari perhatian.

Tolonglah dimengerti bahwa tidak semua orang bisa menjadikan keluarganya sebagai sahabat kayak Cinta Laura. Sudah terlalu banyak peristiwa kekerasan yang terjadi di rumah dan dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Itu yang ketahuan dan dilaporkan. Sementara yang tidak? Kesemrawutan yang terjadi di rumah itu kayak gunung es. Meskipun sebegitu banyak kasus yang muncul, itu hanya puncaknya saja.

Terakhir diperbarui pada 8 Agustus 2019 oleh

Tags: cinta lauraKekerasankeluarga
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Alasan Soeharto tak layak dapat gelar pahlawan, referensi dari buku Mereka Hilang Tak Kembali. MOJOK.CO
Aktual

Buku “Mereka Hilang Tak Kembali”, Menyegarkan Ingatan bahwa Soeharto Tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan, tapi Harus Diadili Mantan Menantunya

1 November 2025
KDRT di aceh.MOJOK.CO
Ragam

Beratnya Perempuan Muda Aceh Jadi Saksi KDRT di Rumahnya Sendiri

20 Agustus 2024
Tupperware.MOJOK.CO
Ragam

Krisis Tupperware Membuat Emak-emak Khawatir, Stok Botol Baru Masih Banyak di Gudang

10 Januari 2024
Rasanya Jadi Anak Perempuan Bungsu di Keluarga Jawa, Muslim Taat, dan Sedikit Patriarki MOJOK.CO
Kilas

Rasanya Jadi Anak Perempuan Bungsu di Keluarga Jawa, Muslim Taat, dan Sedikit Patriarki

13 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.