MOJOK.CO – Kita harus berkata kepada orang yang menginginkan Tirta menutup mulut Jerinx dengan data dan fakta adalah pemimpi yang payah.
Debat Tirta vs Jerinx berakhir anti klimaks. Masyarakat Indonesia yang terkenal suka baku hantam (kalau keroyokan) kecewa melihat Tirta yang cuma nggih dan nggih ke Jerinx. Debat tersebut lebih ke pertunjukan JRX minum alkohol dan Tirta minum Pocari.
Netijen mungkin berharap dua hal dalam acara debat tersebut. Pertama, Tirta akan berhasil menutup mulut Jerink yang tak terkendali. Kedua, mereka akhirnya memutuskan untuk baku hantam. Sulit untuk tahu mana yang lebih banyak, tak kaget juga jika ada yang ingin keduanya.
Sayangnya, kita harus berkata kepada orang yang menginginkan Tirta menutup mulut Jerinx dengan data dan fakta adalah pemimpi yang payah. Orang-orang ini punya rasa optimis yang begitu tinggi terhadap satu hal hingga lupa bahwa dunia adalah panggung kekecewaan.
Jerinx (biasa disingkat JRX) yang kini kita lihat berbeda dengan JRX beberapa tahun yang lalu. Semua orang menaruh respek yang tinggi pada JRX. Hell, saya bahkan terinspirasi untuk selalu berjuang karena melihat kegigihan JRX dalam gerakan Bali Tolak Reklamasi.
Kini perasaan itu menguap entah kemana. Alasannya bisa saya yang makin dewasa, atau Jerinx memang berubah. Kita lebih sering melihat JRX menantang orang berkelahi dibandingkan memberi narasi-narasi perjuangan yang menggugah.
Bahkan menonton Naruto 10 episode bisa memberi kita narasi perjuangan yang lebih baik dibanding mendengar celotehan JRX.
Ketika beberapa waktu lalu JRX mengeluarkan pernyatan-pernyataan kontroversial tentang konspirasi, dugaan saya makin menguat. JRX memang berubah, dan menuju ke arah yang absurd.
Mengharap debat Jerinx vs Tirta akan memberi kita sebuah insight yang penuh pengetahuan adalah hal sia-sia. Terlalu optimis jika Anda berharap akan keluar hal yang mencerahkan. Dunia tidak hitam-putih, kawan, dan kenyataannya lebih ruwet daripada pikiran JRX.
Debat tersebut ditonton 150 ribu orang lebih, dan saya justru prihatin. Ratusan ribu orang itu sebenarnya bisa saja memilih kegiatan yang lebih menyenangkan dan lebih bermanfaat.
Orang-orang tersebut bisa menyeduh teh atau kopi. Bisa digunakan juga untuk bermain game hingga frustasi, atau membaca buku yang jelas-jelas memberikan nutrisi penting untuk otak. Bahkan menghubungi mantan yang sudah mencampakkan Anda dengan spektakuler akan memberi sensasi yang lebih baik daripada membuang 40 menit untuk menonton debat tersebut.
Tapi pada akhirnya saya mengerti, bahwa manusia itu selalu punya harapan akan sesuatu yang lebih baik, bahkan kepada JRX sekali pun.
Beberapa tahun yang lalu, mantan (yang saat itu masih jadi pacar) mengomel panjang lebar agar saya mengerjakan skripsi. Saya selalu berkata tenang saja, saya akan lulus dan sukses. Dia percaya karena berharap saya akan berubah, dan menikahinya. Yang saya lakukan kemudian adalah keajaiban, yaitu membeli game Counter Strike.
Tentu saja setelah itu kita putus. Apalagi kalau bukan karena saya keedanan Counter Strike dan melupakan skripsi saya.
Ketika saya merasa kasihan dengan orang-orang yang berharap pada debat Tirta vs JRX tersebut, saya tiba-tiba teringat apa yang mantan saya (mungkin) rasakan. Bahwa memang kita tidak bisa sepenuhnya percaya kepada manusia, makhluk dengan kemampuan mengecewakan semua yang percaya pada mereka.
Sekarang saya jadi memahami omelan mantan saya, tapi tetap saja tidak menyesal beli Counter Strike.
BACA JUGA One Piece Mungkin Ceritanya Bermasalah, tapi Naruto Jelas-jelas Sampah dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.