Introvert-Ekstrovert Itu tentang Cara Kita Charger Energi

 

MOJOK.COMasih banyak yang salah kaprah tentang pemaknaan introvert-ekstrovert. Sini tak bilangin, biar Mbah Jung nggak marah~

“Kamu sih introvert, jadi nggak punya temen terus depresi, kan?”

“Aku tahu sih kalau kamu ekstrovert, tapi nggak usah mendominasi terus gitu, lah!”

Ehm, semudah itukah memisah-misahkan kepribadian seseorang?

Banyak yang dengan mudah mengklasifikasikan seseorang masuk ke dalam tipe introvert atau ektrovert. Bahkan saat ini sering yang akhirnya menyangkut pautkan depresi dengan tipe kepribadian introvert. Benarkah seperti itu?

Tunggu dulu, Beb, ini nggak sesimpel itu. Tapi juga nggak rumit-rumit banget sih….

Pemahaman yang memang kondang saat ini adalah, orang yang ekstrovert adalah seseorang yang punya banyak relasi, berani bicara di depan forum besar, suka kegiatan yang rame-rame.

Sementara introvert adalah tipe seseorang yang temennya sedikit, hanya berani ngobrol banyak sama orang terdekat, dan sering berkegiatan sendirian.

Jadi gini, Beb. Ada pemaknaan yang sedikit meleset tentang tipologi ini. Maksudnya itu bukan begitu. Sini duduk dulu, tak certain.

Introvert-ekstrovert ini memang menjadi tipologi kepribadian yang cukup populer. Sangking populernya, banyak orang akhirnya dengan mudah mendaku atau menjudge orang lain dengan salah satu tipe kepribadian ini.

Tipologi yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi dari Swiss, bernama Carl Gustav Jung ini, dikenalkan pada 1921 melalui buku berjudul, Psychologische Typen. 

Jung yang merupakan murid Sigmund Freud melihat kepribadian itu melalui sisi psikoanalisis. Dalam bukunya tersebut, Jung menyebutkan manusia itu memiliki dua sikap dasar yakni introvert dan ekstrovert yang bisa diketahui melalui tes-tes psikologi ataupun pengamatan.

Jadi menurut tipologi kepribadian Jung ini, setiap orang punya sikap jiwa atau cara tentang bagaimana mengisi kembali energi (libido) di dalam jiwanya dan memperoleh gairahnya kembali. Ibaratnya, hal ini tentang perbedaan cara untuk mengisi ulang energi kita.

Btw, selain itu, energi si introvert ini akan lebih cepat habis jika ia berada di diantara banyak orang. Sebaliknya energi si ekstrovert akan lebih cepat habis jika ia sendirian. Sehingga…

…orang yang memiliki tipe kepribadian introvert atau ekstrovert bisa jadi sama-sama terlihat banyak omong atau pun irit ngomong.

Yang ngebedain itu, masalah kenyamanan dia dalam sebuah kondisi yang sebenarnya nggak terlalu kelihatan. Serta apa yang bakal dilakukan ketika butuh untuk nge-charge energi pas lagi capek, putus asa, atau hilang semangat. Agar kembali dapat tegak berdiri untuk melanjutkan langkah. Eaaakkk~

Perbedaan kepribadian ini nantinya juga akan memberikan pandangan yang berbeda dalam pengambilan keputusan, interaksi sosial, respon terhadap sebuah masalah, dsb.

Untuk nge-charger energinya, si tipe introvert yang terpusat pada faktor subyektif ini, biasanya akan memilih pergi menyediri. Misalnya dengan pergi ke pantai sendirian, nonton film di laptop atau baca buku sambil mendekam di dalam kamar terkoyak sepi. Kalau perlu, menonaktifkan sosial media dan ngechat ke pacar, “Sayang, aku lagi pengin sendiri.” Sangking bener-bener ngerasa butuh untuk nggak diganggu oleh apapun.

Bagi seorang introvert, ketika dalam suasana hati yang nggak enak, menikmati kesendirian adalah kebahagian. Pasalnya, sumber energinya berada di dalam dirinya sendiri, sehingga ia akan merasa recharged setelah menyendiri.

Sementara tipe ekstrovert yang terpusat pada faktor objektif, akan memilih mengobati dirinya sendiri dengan bertemu orang lain. Misal dengan nongkrong cantik, berdiskusi, dan datang acara lain yang memungkinkan ia bisa berinteraksi dengan orang lain. Karena keramaian adalah sumber energinya.

Contoh agak rumitnya ya, bisa jadi orang yang kelihatannya supel parah, suka ngomong di depan khalayak ramai, dan kegiatan sosialnya berjibun, ternyata malah bertipe introvert. Karena walau ia terlihat aktif di depan banyak orang, sebenarnya di lingkungan tersebut energinya justru cepat habis. Dan dia butuh mengisi ulang energinya dengan hal yang membuatnya nyaman: sendirian, menyepi, merenung sambil nulis-nulis diary. Begitu pula sebaliknya.

Fokus introvert-ekstrovert itu bukan cuma tentang bagaimana kamu dalam kehidupan sehari-hari. Namun juga tentang bagaimana kamu ketika merasa butuh mengisi ulang energi dalam diri kamu.

Introvert-ekstrovert ini juga tidak saklek dan akan berlaku selamanya, loh. Ia dapat berubah dengan seiring waktu sesuai dengan proses hidupmu.

Jadi, tipologi ini gunanya sebagai pemahaman terhadap diri kita sendiri. Supaya kita tahu harus ngapain pas butuh energi. Dan nggak galau-galau sendiri tanpa ada juntrungannya gitu. Dengan tahu apa yang harus dilakukan ketika perasaan sedang kacau, maka kita juga akan lebih cepat mengatasi permasalahan yang ada.

Ngoten loh, Beb~ (A/L)

Exit mobile version