MOJOK.CO – Mumpung baru ide, gagasan Menhan Prabowo mengajak anak SMP dan SMA wajib militer ini perlu disikat cepet-cepet. Alasan yang pertama dan utama, ide ini melanggar UU.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berencana menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Perguruan Tinggi untuk menyiapkan komponen cadangan milirer dari kalangan siswa sekolah. Meniru Amerika Serikat yang menyuplai perwira cadangan dari universitas-universitas, ke depannya Prabowo ingin anak SMA ikut wajib militer. Bahkan, kalau bisa, anak SMP yang notabene masih melalui senandung masa puber juga ikutan wamil. Mungkin pikir Pak Prabs, daripada hamil di usia dini, lebih baik wamil di usia dini.
Membentuk komponen cadangan militer yang orangnya diambil dari warga sipil memang bukan keinginan Prabowo. Ia cuma melaksanakan apa yang sudah diketok dalam UU 23/2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan (UU PSDN). UU ini pengesahannya sempat bikin heboh pas rame-rame demo kemarin.
Salah satu penyebab UU ini kontroversial ialah perihal warga negara yang “berhak dan wajib” ikut bela negara tanpa perlu masuk TNI. Caranya dengan mendaftar sebagai sukarelawan komponen cadangan ini. Walau pemerintah bersikeras menyebut keikutsertaan warga negara sebagai komponen cadangan bukan wajib militer, tapi kata “berhak dan wajib” itu membingungkan. Jadi ini sukarela atau wajib?
Lalu sekarang, Prabowo bilang akan gandeng Kemendikbud untuk merekrut komponen cadangan dari kalangan pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa. Ini ide yang aneh sekali untuk ukuran Menteri Pertahanan. habis, UU PSDN Pasal 33 ayat 2 (c) kan sudah mengatur usia minimal anggota komponen cadangan itu 18 tahun kok.
Usia minimal 18 tahun itu tentu berlandaskan logika, peserta pelatihan militer harus sudah dewasa. Di kalangan remaja, MOS (Masa Orientasi Sekolah) yang cuma seminggu aja bisa jadi sumber bullying senior menindas junior dengan gaya sok militeristik, gimana kalau sampai mereka dibekali wamil? Ditambah anak-anak yang baru akil balig ini masih getol-getolnya caper. Jenis capernya ada yang sampai tahap bandel. Anak muda yang masih labil, diberikan kesempatan secara legal untuk menyandang senjata dan menjadi milisi?
Anak SMA yang pasifis (khususnya jurusan IPA) mungkin bakalan menolak angkat senjata, lantas lebih memilih kotak P3K dan menjadi tenaga medis tempur seperti Hacksaw Ridge. Namun, bagi anak STM yang doyan tawuran (dan demo bantuin kakak-kakah kuliahan), jelaslah ini seperti hobi yang direstui oleh negara. Yang ada nanti mereka bisa main gim perang PUBG di kehidupan nyata. Anjay mabar!
Di negara-negara yang mewajibkan wamil, warga negara yang diwajibkan ikut serta umumnya adalah pria dengan rentang usia 18-27 tahun. Jadi kriteria umur di UU PSDN sudah on the track. Sebaliknya, ide wamil di usia dini yang dicetuskan oleh Pak Prabs ini anti-mainstream.
Soalnya, pelajar SMP-SMA di Indonesia umumnya belum genap 18 tahun. Kecuali dia nggak naik kelas. Atau kalaupun sudah 18 tahun, pasti dia lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan ujian nasional. Kalau ke bioskop, pelajar seumuran mereka dilarang buat beli tiket filmnya Joko Anwar yang berjudul Perempuan Tanah Jahanam.
Di Korea Selatan, program wamil juga menyasar anggota boyband. Alhasil, pengabdi Kpop itu tak hanya pandai bernyanyi dan berjoget, tapi juga mampu angkat senjata. Thailand yang mengakui belasan jenis gender juga mewajibkan ladyboy ikut wamil. Sebenarnya, Indonesia pun pernah mengadakan wamil untuk para waria. Nama acara realitasnya adalah “Be A Man”. Namun, saat ini acara seperti “Be A Man” tidak akan pernah bisa kita saksikan di televisi karena pasti sudah disemprit KPI.
Selain itu, calon pegawai BUMN sebelum mulai kerja di lapangan, sudah tak asing dengan pelatihan dan pengembangan diri yang mirip-mirip wamil. Salah satu teman saya yang lolos masuk BUMD pernah ikut latihan militer begitu. Pulang-pulang, dia cepak. Ditambah dia hobi pakai kaos loreng-loreng dan menyanyikan yel-yel pembangkit semangat. Di tongkrongan, ia jadi lebih disegani.
Mungkin itulah maksud dan tujuan Pak Prabs ingin anak sekolah ikut wajib militer. Sejak dini, ditanamkan semangat untuk bela negara. Supaya negara kita ini disegani oleh dunia, dan jadi Macan Asia. Sewaktu pelantikan menteri, Jokowi merasa Prabowo lebih tahu tentang urusan pertahanan dibandingkan dengan presiden itu sendiri. Mungkin kita memang harus berbaik sangka dengan ide Pak Prabs, siapa tahu inilah cara yang mesti ditempuh agar Indonesia tidak jadi bubar pada tahun 2030 nanti.
BACA JUGA Melihat Potensi Perang yang Akan Dihadapi Indonesia dari Kacamata Realis Prabowo atau komentar lainnya di rubrik POJOKAN.