Hari Pers Nasional Harusnya Kasih Award Untuk Koran Lampu Merah, Pelopor 5W1H di Bagian Judul

hari pers nasional dan koran lampu merah MOJOK.CO

MOJOK.COTak hanya Jokowi yang layak mendapatkan penghargaan Kemerdekaan Pers di Hari Pers Nasional. Koran lampu merah juga sangat layak dapat award yang sama.

Bagi beberapa penulis, terutama yang bergelut dengan produksi hard news, urusan membuat judul bisa menjadi pekerjaan yang rumit. Ketika diburu deadline, judul menjadi terasa kaku, meski tetap informatif. Saking sulitnya, terkadang sudah selesai menulis berita dalam waktu 10 menit, tapi bikin judulnya bisa sampai satu jam.

Saya sendiri lebih suka bikin judul dulu sebagai patokan “apa yang ingin saya tulis”. Namun, ada juga banyak orang yang suka bikin judul belakangan. Alasannya ya kerena sulit bikin judul itu tadi. Nah, untuk alasan tersebut, jurnalis yang bisa bikin judul informatif, sekaligus menghibur, perlu mendapatkan penghargaan di Hari Pers Nasional.

Adalah koran lampu merah, yang kebanyakan berisi berita kriminal, klenik, dan esek-esek, judul yang sesuai kaidah jurnalistik saja tidak cukup. Mereka sadar bahwa judul adalah bagian yang kali pertama dilihat calon pembeli koran. Supaya bisa bersaing dengan koran-koran dengan nama besar, koran lampu merah ini perlu inovatif.

Saking padat, informatif, sekaligus menghibur, koran lampu merah ini seperti menyematkan patokan 5W1H di dalam judul. Buat kamu yang belum tahu 5W1H itu apa, sini saya jelaskan secara singkat.

5W1H adalah patokan dalam penulisan berita, terutama untuk hard news, di mana waktu pengerjaannya dikejar waktu tayang. 5W1H menjadi tuntunan supaya tulisan tetap terarah dan padat. 5W1H sendiri punya kepanjangan:

What (apa), menjelaskan peristiwa yang sedang terjadi.

Where (di mana), menjelaskan di mana peristiwa terjadi.

When (kapan), menjelaskan waktu peristiwa.

Who (siapa), menjelaskan pelaku peristiwa.

Why (mengapa), menjelaskan latar belakang peristiwa yang ditulis.

How (bagaimana), menjelaskan proses terjadinya peristiwa.

Ketika menulis berita, sebisa mungkin 5W1H sudah selesai di bagian lead, yang ditulis secara padat menjadi satu kalimat. Kamu bisa menyebutnya sebagai bagian pembuka, pengantar menuju isi berita. Sementara itu, penutup sebuah berita bisa berisi informasi tambahan. Jadi, kalau berita yang ditulis sudah terlalu panjang, sementara kolom di media cetak terbatas, editor bisa memotong bagian penutup.

Teknik ini tertuang dalam prinsip piramida terbalik. Bagian paling besar merupakan pembuka dengan lead yang berisi 5W1H, bagian menengah adalah isi, sementara kerucut di bawah adalah penutup. Jika penutup dipotong, isi berita tidak akan terpengaruh. Pembaca tetap mendapatkan informasi utuh yang dibutuhkan.

Dari penjelasan di atas harusnya kamu sudah mendapatkan gambaran proses penulisan judul, lead, dan isi berita. Begitulah jika ngikut dengan kaidah jurnalistik. Namun, bagaimana bila 5W1H saja sudah dijejalkan di bagian judul? Jadi panjang sudah pasti. Membuat judul yang normatif saja sulit, tapi koran lampu merah malah membuat seperti taman bermain saja. Piece of cake, sego endog, sangat mudah membuatnya.

Misalnya contoh judul seperti ini:

Suksesnya judul di atas adalah langsung bisa bikin bahagia orang yang membacanya. Bikin bahagia itu orang lain itu berkah. Ini baru dari judul saja sudah penuh berkah, gimana dalamnya, bukan. Dahsyat.

Membaca judul di atas, 5W1H dirangkai dengan baik.

What: cowok UI yang jatuh dari lantai 11.

Where: di apartemen pacar.

When: pagi hari.

Who: cowok UI

Why: jatuh dari lantai 11 karena takut ketahuan ibunya pacar setelah nginep di apartemen pacar.

How: ketika menyelinap dari kamar apartemen di lantai 11, si cowok terpeset dan jatuh.

Sudah 5W1H, kasih dikasih punch line: “Untung Nggak Mati Lu”. Penulisnya bakat jadi stand-up comedian yang lebih lucu ketimbang dia yang pernah keliling Indonesia bawain beat-nya yang “terdengar nasionalis”.

Belum tentu kamu bisa bikin judul seinformatif, sekomplet, dan semenghibur seperti di atas. Perlu pemahaman tingkat tinggi dan keberanian menabrak kaidah jurnalistik untuk melakukannya. Ini revolusioner. Hari Pers Nasional sudah seharusnya melirik teknik-teknik nyeleneh seperti ini.

Kita geser ke contoh lain:

Variasi judul juga dilakukan oleh penulis judul di atas. Dia memberikan pengantar terlebih dahulu. Pengantar di dalam judul, seolah-olah bagian judul adalah berita itu sendiri. Ini out of the box. Nggak cuma butuh keberanian untuk menulis, tapi butuh kreatif. Penulisnya bakat jadi seniman.

5W1H judul di atas:

What: suami yang membunuh istrinya.

Where: di rumah suami istri.

When: kemungkinan pagi hari karena ada bagian “dilarang pergi kerja”.

Who: suami dan istri.

Why: suami ingin pergi kerja, tapi dilarang istri. Larangan itu bikin marah suami.

How: marah, suami menabrak istri menggunakan truk tronton sampai meninggal. Suami dipenjara karena perbuatannya.

Koran biasa akan pakai judul seperti “Kesal, Suami Bunuh Istri” atau “Ini Alasan Suami Bunuh Istri Sendiri…” yang mana jatuhnya malah click bait. Koran yang baik bikin judul yang terang tidak bersayap. Mereka menciduk pembaca dengan cara yang baik, bukan dengan click bait atau bikin judul yang bombastis. Mereka cuma bikin judul yang lucu. Titik. Itu saja.

Selain kreatif, jurnalis koran lampu merah ini juga peduli dengan kemampuan berbahasa Inggris pembacanya. Sila simak contoh ini:

Banyak orang tidak berani ngobrol dengan penutur asing karena takut grammar dan pengucapan yang salah. Padahal, untuk belajar, kita harus berani ngomong. Dari situ, kita bisa tahu di mana salahnya. Orang Singapura menciptakan Singlish, siapa tahu koran lampu merah bisa mengawali gerakan Indonelish. Indonesia English. Bikin kamu yang takut-takut ngomong Bahasa Inggris jadi berani. Kaidah 5W1H? ya jelas ada. Coba kamu yang susun sebagai bahan belajar.

Hari Pers Nasional perlu memperhatikan perjuangan koran lampu merah. Bukan hanya Jokowi saja yang layak mendapatkan penghargaan Kemerdekaan Pers. Koran lampu merah sangat layak mendapatkannya: Kemerdekaan Pers untuk kategori kemerdekaan membuat judul yang cerdas dan menghibur. Orang Indonesia yang sudah mulai makin sepaneng butuh asupan-asupan gizi pengendur saraf!

 

Exit mobile version