ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Hal Konyol di Tempat Makan yang Kita Pernah Khilaf Melakukannya

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
25 Februari 2021
0
A A
rawan pangan mojok.co

Ilustrasi makan (Mojok.co)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ada hal yang membuat saya malu saat berbincang dengan owner Olive Fried Chicken, Kunardi Sastra Wijaya dan Aurora Sri Rahayu. Saya pernah melakukannya, di rumah makan atau tempat makan. Saya khilaf.

Saat bertanya tentang hal konyol yang dilakukan konsumen di Olive Chicken, Pak Kun dan Bu Aurora tertawa. Ada banyak cerita konyol yang sebenarnya lucu tapi menjengkelkan. Bagaimanapun mereka menganggap konsumen adalah raja, jadi kalaupun hal itu terjadi, tidak ada tindakan yang tegas kecuali senyum keikhlasan.

Bu Aurora menceritakan suatu waktu ia melihat satu pelanggan mahasiswa makan Olive Chicken. Entah mengapa, mahasiswa ini menyisakan nasinya sedikit sekali. Kemudian nasi tersebut dibuat bulatan kecil, selanjutnya ayam goreng yang tinggal tulang belulang ditata sedemikian rupa.

Tindakan selanjutnya dari mahasiswa itu membuat pemilik tempat makan ini seolah-olah ingin berteriak. “Jangaaaaan kau lakukan itu anak muda!”

Mahasiswa itu mengambil saos botolan dan menuangkannya ke piring, menghias ‘karya seni’ yang terbuat dari tulang-tulang ayam dan sedikit nasi. Manyaksikan sebentar hasil karyanya, anak muda itu pergi tanpa pamit. Pastinya diiringi hati yang menjerit dari pemilik dan karyawan tempat makan itu.

Bu Aurora mengatakan, pemuda itu melakukan hal tersebut setiap kali makan di Olive Chicken.

Soal saos, Pak Kun juga punya cerita. Sudah sesuai SOP apabila ada pesanan take away, maka saos yang disertakan adalah sepasang saos yang terdiri satu sachet saos sambal dan satu sachet saos tomat. Namun, ada satu peristiwa dimana pelanggan meminta tambahan saos sachet. Oleh karyawan ditolak karena memang aturannya satu menu ayam goreng, itu hanya akan mendapat sepasang saos.

Merasa tidak terima, pembeli tersebut kemudian mengambil saos botolan dan menuangkan isinya ke kotak yang berisi nasi dan ayam dalam jumlah banyak. Pak Kun, hanya mengelus dada karena baginya konsumen adalah raja.

Pak Kun punya alasan sendiri hanya memberikan sepasang saos. Harga ayam di Olive itu sudah sangat murah, sehingga kalau mereka memberikan tambahan saos sachet maka beban produksi menjadi lebih tinggi.

Kalau hanya satu dua orang mungkin tidak masalah, tapi kalau itu dilakukan di 100 cabang Olive Chicken, biaya yang dikeluarkan akan sangat tinggi untuk makanan yang sudah dikenal murah.

Mendengar cerita Pak Kun dan Bu Aurora, saya tertawa sekaligus menangis dalam hati, mengingat dosa-dosa saya di masa lalu. Saya pernah punya kebiasaan menuangkan sambal, saos, dan kecap di mangkok bakso setelah saya selesai makan. Kadang, saya tambahkan cuka di ramuan nggak jelas peruntukannya tersebut. Sambil melamun, saya mengaduknya kemudian meninggalkan tempat makan tersebut.

Saya insaf setelah teman saya mengingatkan betapa kebiasaan menjijikan tersebut juga membuat makanan menjadi mubazir. Dosa. Dia mengingatkan kebiasaan baik saya yang selalu menghabiskan makanan apapun meski tidak enak. Menuang saos, cuka, sambel dan kecap di mangkok dan meninggalkannya tanpa memakannya adalah tindakan tak beradab.

Saya lantas ingat, ‘dosa-dosa’ teman saya di tempat makan. Ia memasukan tisu ke kuah yang tersisa di mangkok mie ayam atau bakso. Ada juga yang iseng mengambil tusuk gigi, dan membungkusnya dengan tisu kemudian membawa pulang.

Teman yang lain, tanpa alasan yang jelas menyobek tisu dan meletakannya begitu saja di meja makan atau di bawah meja makan. Sebagian lagi tentu saja membawanya pulang. Saya menasehati mereka, kalau itu tindakan tak beradab.

Belum lagi kebiasaan kita setelah makan, ambil tisunya bukan satu dua lembar, kalau bisa berlembar-lembar. Saya bukan aktivis lingkungan, tapi mengingat betapa tisu itu dibuat dari batang-batang pohon yang ditumbangkan, nyesek juga dada ini.

Saya jadi ngeh, mengapa, banyak tempat makan yang sekarang tidak menyediakan tisu di meja makan. Namun, memilih meletakannya di meja kasir dengan sebuah kalimat perintah, “Ambil secukupnya.”

Bagi tempat makan yang harganya memang diperuntukan kelas mahasiswa, apalagi mahasiswa di Jogja. Satu sachet saos atau selembar tisu bisa jadi sangat berarti. Jadi apa kebiasaan konyolmu di tempat makan?

Baca Juga : Memancing Ikan di Sungai Itu Soal Cara Bertahan Hidup, Bukan Melatih Kesabaran dan tulisan di Rubrik POJOKAN lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2021 oleh

Tags: Olivetisutisu makan
Iklan
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Umur 19 Gaji 3,5 Juta dan Rencana Taklukkan Dunia. (Mojok.co/Ega Fansuri).
Pojokan

Mengomentari Rencana Gaji 3,5 Juta di Umur 19 dan Upaya Taklukkan Dunia

22 Januari 2022
Jogja di Sepotong Sayap Olive Fried Chicken sejarah olive chicken pemilik olive chicken mojok.co
Liputan

Jogja di Sepotong Sayap Olive Fried Chicken

21 Februari 2021
Ini Dia Bedanya Tisu Toilet, Tisu Makan, dan Tisu Wajah MOJOK.CO
Pojokan

Ini Dia Bedanya Tisu Toilet, Tisu Makan, dan Tisu Wajah

2 Februari 2018
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Juliari Batubara dan Tahanan Korupsi Lainnya Pantas Divaksin Covid-19 Duluan, Kita Mah Nggak Apa-apa Belakangan

Juliari Batubara dan Tahanan Korupsi Lainnya Pantas Divaksin Covid-19 Duluan, Kita Mah Nggak Apa-apa Belakangan

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sisi suram kos pasutri di Sleman Jogja MOJOK.CO

Sisi Suram Kos Pasutri Jogja, Tetangga Tak Tahu Batasan hingga Jadi Kedok “Hubungan Terlarang”

17 Mei 2025
Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee MOJOK.Co

Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee 2025

15 Mei 2025
Upaya Merawat Candi Borobudur di Magelang agar Bisa Bertahan 2000 Tahun Lagi. MOJOK.CO

Upaya Merawat Candi Borobudur agar Bisa Bertahan 2000 Tahun Lagi

13 Mei 2025
Bersyukur jadi lulusan SMK meski diremehkan karena lebih mudah cari kerja ketimbang sarjana MOJOK.CO

Lulusan SMK Diremehkan, Tapi Bersyukur Nasib Lebih Baik ketimbang Sarjana yang Banggakan Gelar tapi Nganggur

14 Mei 2025
Jika bus Sinar Mandiri bertemu Jaya Utama, sopir akan lebih ngawur dari bus Sumber Selamat MOJOK.CO

Jika Bus Sinar Mandiri Ketemu Jaya Utama, Sumber Selamat Kalah Ngawur: Jalan Rusak Pantura Jadi Arena Balapan

15 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.