Film Final Destination dan Paranoia yang Tak Kunjung Hilang

final destination film horor trauma paranoid paranoia mojok.co

final destination film horor trauma paranoid paranoia mojok.co

MOJOK.COSaya sedang coba mengingat-ingat, apa sih film horor paling menakutkan yang pernah saya tonton. Makmum (2019) bisa dibilang sangat mengerikan dan bikin orang takut salat sendirian. Tapi setelah merenung lama, saya mendaulat Final Destination sebagai film horor paling bajingan sepanjang masa.

Bukan cuma bikin takut, Final Destination menyisakan trauma yang tidak akan hilang bahkan puluhan tahun setelah menontonnya. Rasa-rasanya, tak ada film yang lebih bikin gilo dibanding film ini.

Buat yang belum pernah nonton, film yang pertama kali rilis tahun 2000 ini bercerita tentang sekelompok anak muda yang selamat pesawat yang meledak karena mereka batal naik di detik-detik terakhir. Salah seorang dalam kelompok mendapat penerawangan bahwa jika mereka naik pesawat itu, mereka semua akan mati.

Inti film ini adalah orang tak bisa menghindar dari takdir kematiannya. Akibatnya, sejak lolos dari kecelakaan pesawat tersebut, satu per satu orang di kelompok itu mati secara tragis lewat kejadian tak terduga. Di film-film lanjutannya yang total berjumlah 5 buah, premisnya selalu dimulai dengan penghindaran dari kematian yang berujung orang-orang itu mati juga.

Masalahnya cara matinya ngenes semua. Ada yang mati karena pas bermobil, tiba-tiba ditabrak truk yang bawa muatan gelondongan. Ada yang mati karena ketancap paku. Ada yang mati karena kepalanya terlempar kerikil yang mental pas kesenggol mesin potong rumput.

Cara mati yang melibatkan barang dan kejadian sehari-hari itu membuat saya sangat paranoid di sejumlah momen.

Misalnya, saya selalu ketakutan kalau bermotor di belakang pikap atau truk yang membawa barang-barang gelondongan. Entah itu kayu-kayu besar, lebih lagi kalau balok beton. Makin parno jika muatan itu posisinya sampai keluar dari bak mobil.

Di mata saya, tanda segitiga pengaman yang digantung di ujung muatan seketika menjadi sirine untuk segera menghindar. Kalau bisa nyalip, ya langsung nyalip. Kalau tidak memungkinkan, mending saya memelankan kendaraan biar mobil di depan segera menjauh.

Di lain waktu, saat sedang menunggu boarding pesawat atau tengah berada dalam kereta melaju, selalu saja datang bayangan pesawatnya akan kecelakaan atau keretanya terguling. Gara-gara film bajingan ini, saya juga tidak akan pernah berani naik roller coaster karena ada adegan wahana permainan ini keluar dari relnya.

Adegan dua orang gadis yang hendak tanning (menggelapkan kulit) dengan cara masuk ke dalam tabung terus listriknya korslet dan tabungnya meledak juga tak pernah lepas dari ingatan saya. Saya hakulyakin, kalau kelak saya harus masuk mesin MRI, pasti adegan inilah yang pertama kali terbayang.

Untunglah, sudah lama sekali saya berdekatan dengan aktivitas memotong rumpuk menggunakan mesin. Semasa SMA, jika ada petugas kebersihan sedang motong rumput di halaman sekolah, saya memilih ngibrit sejauh-jauhnya karena horor ada kerikil yang mental menembus kepala saya.

Saya rasa sudah betul genre film horor saat ini berkutat pada makhluk gaib saja. Toh kalau ditakut-takuti hantu, saya masih bisa tenang karena merasa tidak punya kemampuan melihat hantu. Lha kalau film sejenis Final Destination masih diproduksi, apa jadinya akidah saya. Harusnya takut hanya sama Allah, ini kok merembet ke takut pada mesin pemotong rumput dan mobil pikap segala.

BACA JUGA Kejadian Horor di Bioskop saat Nonton Film Horor atau artikel menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version