Fadli Zon, Gegar PKI, dan Rimba Media Sosial Menjelang Tahun Panas - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Fadli Zon, Gegar PKI, dan Rimba Media Sosial Menjelang Tahun Panas

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
27 September 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Fadli Zon dilaporkan ke polisi setelah video Ternyata Mereka PKI menuai kritik keras dan menjurus fitnah. Apalagi ketika disebar lewat “rimba” media sosial.

Selasa, 25 September 2018, PSI resmi melaporkan kader Partai Gerindra, Fadli Zon, ke polisi. Kalau saya sudah menulis nama Fadli Zon, kamu tentu tahu kontroversi apa yang ia picu. Sebuah video yang ia beri nama Goyang Bebek Angsa dan diberi judul Ternyata Mereka PKI oleh media menjadi sebab.

“Sekarang kami sudah ada bukti laporan lengkap. Kita lihat perkembangannya seperti apa,” kata Rian Ernest, juru bicara DPP PSI.

Yang dibuat viral oleh Fadli Zon, masalahnya, berisi ujaran yang nadanya sangat negatif. Bahkan, kalau kamu bilang unggahan itu bernada fitnah pun benar belaka. Kira-kira, begini lirik lagu yang disematkan ke dalam video bermuatan sengit itu:

Potong bebek angsa masak di kuali
gagal urus bangsa maksa dua kali
fitnah HTI fitnah FPI
ternyata mereka lah yang PKI
fitnah HTI fitnah FPI
ternyata mereka lah yang PKI
Potong bebek angsa masak di kuali
gagal urus bangsa maksa dua kali
takut diganti Prabowo-Sandi
Tralalalala lala
takut diganti Prabowo-Sandi
Tralalalala lala
Allahu Akbar

Baca Juga:

Dahsyatnya Nasida Ria hingga Koalisi Prabowo-Cak Imin

PKB Nilai Koalisi dengan Gerindra Lebih Realistis

D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini

Tuduhan PKI dan HTI itu sungguh sensitif di Indonesia ini, apalagi yang disebut kali pertama, apalagi di paruh akhir bulan September. Sebuah bulan di mana satu peristiwa mengubah wajah Indonesia. Sebuah peristiwa yang memakan tumbal, konon, jutaan warga Indonesia, para anggota partai komunis dan mereka yang tertuduh. Tanpa peradilan yang jernih, jutaan nyawa lenyap.

Setiap bulan September, setiap tahun setelah Orde Baru berkuasa, anak-anak hingga dewasa “diwajibkan” untuk nonton bareng film “Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI”. Film garapan Arifin C. Noer tersebut sudah menjadi menu wajib di bulan September. Anak-anak kelahiran tahun 1980an pasti punya rekam memori yang jelas terhadap film tersebut.

Apalagi ketika mendapatkan (bahkan hanya lewat tuduhan palsu) cap PKI di jidat, seseorang menjadi musuh bersama. Ia seperti menjadi bagian makar masa lalu ketika faktanya ia hidup di tahun 1990an. Oleh sebab itu, tuduhan sebagai kader PKI menjadi salah satu senjata di setiap kontestasi politik. Kampanye hitam hanya untuk mendiskreditkan orang yang tidak bersalah.

Pilpres 2014 seperti menjadi trigger sesuatu yang sudah begitu berbahaya, dibuat menjadi semakin mengkhawatirkan. Saat itu, Jokowi disebut sebagai anak PKI, anak makar, ketika maju di Pilpres 2014. Sepak terjang Obor Rakyat sempat membuat suasana politik Indonesia mendidih. Segala fitnah dijejalkan ke setiap lembar halaman majalah yang tidak berumur panjang tersebut.

Setelah awalan yang mengguncang dari Obor Rakyat, gema fitnah itu diperkaya dengan konten-konten yang kreatif di media sosial. Kreatif fitnahnya.

Facebook menjadi babakan yang liar. Platform media sosial ini membantu seseorang menulis sebuah narasai lebih lengkap, paragraf-paragraf panjang berisi konten kebecian. Dari sana, grup-grup WhatsApp, Youtube, dan Twitter memproduksi ulang konten fitnah yang kali pertama disebar lewat Facebook. Kalau tahun 2018 ini, Instagram menjadi primadona panggung fitnah.

Media sosial punya daya jangkau yang nisbi besar, apalagi ketika si penyebar fitnah punya lingkaran pertemanan yang luas atau punya pengaruh. Kata buzzer menjadi fenomenal. Lambat laun, makna kata “buzzer” menjadi negatif. Padahal, pada awalnya, “buzzer” punya makna sebuah profesi yang kerjanya membantu menyebarkan merek sebuah produk. Sangat jauh dari makna yang negatif.

Katakanlah Fadli Zon. Menengok akun Twitter beliau, ada lebih dari 905 ribu lebih followers. Misalkan ada 100 ribu followers dengan jumlah pengikut lebih dari 10 ribu, kamu bisa membayangkan daya jangkau akun Fadli Zon. Persebarannya sangat luas dan ini bisa sangat berbahaya.

Mengapa berbahaya? Sampai di sini, saya mau sedikit bercerita.

Beberapa tahun yang lalu, Fandom.id bekerja sama dengan Sleman Fans mengadakan sebuah diskusi di bilangan Ring Road Utara, Sleman, DIY. Pokok bahasan adalah keprihatinan kekerasan suporter sepak bola yang dipicu debat kusir di media sosial. Banyak aksi kekerasan suporter sepak bola yang berawal dari saling serang lewat bantuan papan ketik dan ketikus.

Diskusi terbuka tersebut menghasilkan sebuah kesimpulan awal bahwa dibutuhkan pengawasan, edukasi, hingga sanksi jika dibutuhkan untuk meredam kekerasan suporter sepak bola yang dipicu kekuatan media sosial.

Selain kekerasan suporter sepak bola, beberapa kejadian tawuran pelajar juga diawali saling ejek di media sosial. Bahkan tidak jarang hingga memakan korban jiwa. Si pelajar yang terlibat dikenai hukuman. Tetapi, akar permasalahannya tidak pernah disentuh, yaitu potensi negatif dari media sosial. Semua terlihat sangat liar.

Nah, memasuki tahun panas, tahun politik 2019 ini, saya khawatir, potensi bahaya media sosial menemui puncaknya. Sesuatu yang sudah panas sejak 2014 akan semakin mendidih di tahun 2019 ketika elite politik sendiri menyebarkan hasutan. Bukannya kampanye damai, elite politik ini malah mengipasi api di dalam sekam.

Bukan hanya Fadli Zon saja sebetulnya. Kebetulan saja, si bapak ini punya nama besar dan sangat seksi untuk diserang ketika ia memproduksi konten kontroversial. Halo Partai Gerindra, tidak adakah teguran atau sanksi untuk kader yang begini?

Serangan dengan stigma PKI di paruh akhir September sudah seperti “gegar PKI”. Guncangan besarnya hanya terasa menjelang tanggal 30 September. Tetapi, pengarunya akan sangat awet ketika disebarkan oleh public figure dengan kekuatan pengaruh yang besar. Takutnya, panas tahun 2014 akan terbawa ke tahun depan. Fitnah itu bakal awet ketika ia diproduksi terus-menerus.

Ketika elite politik dengan pengaruh besar menyebarkan fitnah, kecenderungannya, para pendukung pasti mengamini. Jika sudah begini, potensi kekerasan pasti mengintip. Semoga ini hanya kekhawatiran saya saja.

Lagian, jika ingin menyerang Jokowi dan Ma’ruf Amin, sebetulnya banyak cara yang lebih elegan dan menarik. Tetapi ya enggak bakal saya kasih tahu. Nanti tim sukses Prabowo dan Sandiaga Uno makan gaji buta, enggak kerja tapi malah baca Mojok. Mending tahun depan saya bikin jadi konten. Lumayan buat menjaring pembaca pro Prabowo.

Pada akhirnya, rimba media sosial bisa menjadi hutan yang penuh mara bahaya tanpa pengawasan dan kesadaran dari mansianya sendiri. Kalau retorika dan deklarasi damai memang berfungsi, rimba media sosial bisa menjadi hutan yang asri, sejuk, dan menghidupi.

Terakhir diperbarui pada 26 September 2018 oleh

Tags: Fadli ZonFadli Zon dilaporkanfilm g30s pkigerindrajokowi pkikomunismepartai komunisPilpres 2019PKIprabowoseptember
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Dahsyatnya Nasida Ria hingga Koalisi Prabowo-Cak Imin

Dahsyatnya Nasida Ria hingga Koalisi Prabowo-Cak Imin

22 Juni 2022
koalisi pkb mojok.co

PKB Nilai Koalisi dengan Gerindra Lebih Realistis

20 Juni 2022
D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini

D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini

16 Mei 2022
Jokowi Widodo Prabowo Subianto

Rayakan Lebaran, Jokowi Ajak Prabowo Makan Opor Sambil Ngobrol Santai

2 Mei 2022
Terawan Tidak Salah, Kita Lebih Suka Testimoni Ketimbang Metode dan Bukti Ilmiah

Terawan Tidak Salah, Kita Lebih Suka Testimoni Ketimbang Metode dan Bukti Ilmiah

30 Maret 2022
Anies Baswedan dengerin Cek Sound Nidji versi Non-Giring Itu Beneran Kocak Sih

Anies Baswedan Dengerin Cek Sound Nidji versi Non-Giring Itu Beneran Kocak Sih

17 Januari 2022
Pos Selanjutnya
anies baswedan

Anies Baswedan Hentikan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Fadli Zon, Gegar PKI, dan Rimba Media Sosial Menjelang Tahun Panas

27 September 2018
warung kopi mbah kuwot mojok.co

Kisah Mbah Kuwot Selamat dari Romusha dan Buka Warung Kopi Legendaris di Trenggalek

19 Juni 2022
Universitas Sanata Dharma

Bakso Dab Supri Sanata Dharma yang Mencatat Kisah-kisah Mahasiswa 

18 Juni 2022
Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
UTBK bocor di jogja

Viral di Sosmed, UTBK di UPN “Veteran” Yogyakarta Bocor, Pelaku Ditangkap

20 Juni 2022
Bank Plecit Menyaru Bank BUMN: Agen Rahasia Utang Ibu Rumah Tangga di Desa MOJOK.CO

Bank Plecit Menyaru Bank BUMN: Agen Rahasia Utang Ibu Rumah Tangga di Desa

20 Juni 2022
Kos LV di Jogja

Dilema Pemilik Indekos Tertib dan Pemilik Kos LV yang Menolak Tudingan Seks Bebas

14 Juni 2022

Terbaru

Makan Bersama di Tepikota, kuliner jawa timur di Yogyakarta

Minggu Bersama di Tepikota, Menikmati Kuliner Jawa Timur di Jogja

25 Juni 2022
Pentingnya ganti oli mesin mobil

5 Alasan Ganti Oli Mesin Perlu Dilakukan Berkala

25 Juni 2022
hasil pertandingan piala presiden PSS Sleman PSIS Semarang

Takluk dari PSIS Semarang, PSS Sleman Harus Menang di Laga Terakhir Grup A Piala Presiden

24 Juni 2022
baskara aji mojok.co

Soal Jam Malam, Sultan Minta Menyeluruh di Jogja

24 Juni 2022
pinjol ilegal

Cara Terhindar dari Bahaya Pinjol Ilegal

24 Juni 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In