Sudah dua bulan lebih berlalu sejak wabah virus corona pertama kalinya diidentifikasi, namun sampai sekarang, gaung tentang wabah virus ini masih terus membesar. Jumlah korban yang terdampak masih terus bertambah, sementara jumlah korban yang meninggal pun tak bisa tidak juga terus naik. Sementara itu, WHO menyebut bahwa vaksin penawar corona kemungkinan baru akan tersedia setahun lagi.
Virus yang punya nama resmi coronavirus disease 2019 atau kerap disingkat menjadi COVID-19 ini pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kemunculan virus ini banyak disangkutpautkan dengan adanya pasar tradisional di Wuhan yang banyak menjual makanan hidup. Selain itu, juga banyak dihubungkan dengan kebiasaan orang di Wuhan yang sering mengonsumsi kelelawar yang oleh banyak ahli kesehatan diduga menjadi penyebab utama penyebar virus corona.
Gejala atas virus corona ini secara garis besar adalah berupa demam hebat, kelelahan dan batuk kering, sesak napas, serta gangguan pernapasan.
Per tanggal 25 Februari 2020, dari data resmi, jumlah penderita yang dikonfirmasi terpapar virus corona sudah mencapai 80 ribu orang di seluruh dunia, dari jumlah tersebut, 2701 di antaranya meninggal dunia.
Kemunculan virus ini tentu saja mendapat perhatian khusus dari banyak orang. Di Indonesia, negara yang memang terkenal dengan sopan-santuy-nya itu, munculnya wabah virus corona banyak ditanggapi dengan enteng dan bahkan sesekali dengan jokes atau guyonan.
Maklum saja, sejauh ini, Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan jumlah penderita terpapar corona yang sangat kecil. Meskipun sudah ada dua pasien yang terkonfirmasi positif corona, namun hal itu tidak mengubah status Indonesia sebagai salah satu negara dengan dampak penyebaran yang paling minim. Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya yang sangat besar.
Minimnya penyebaran virus corona di Indonesia ini kemudian memunculkan banyak spekulasi. Ada yang menyebut bahwa Indonesia memang belum sanggup mendeteksi virus corona secara maksimal, hal yang belakangan dibantah oleh pihak Kementerian Kesehatan yang menyatakan Indonesia punya peralatan medis yang cukup untuk mendeteksi virus corona. Spekulasi lain adalah tentang betapa masyarakat Indonesia yang disebut kebal terhadap virus corona karena sudah sejak kecil dibiasakan hidup dalam lingkungan yang penuh dengan penyakit dan kuman.
Spekulasi yang terakhir di atas tentu saja menarik dan diyakini oleh banyak orang.
Hal tersebut semakin dikuatkan oleh kasus penyebaran virus corona di kapal pesiar Diamond Princess. Saat itu, dari ribuan penumpang dan awak kapal, tak ada satu pun WNI yang terpapar virus corona, padahal di kapal tersebut, ada 78 warga Indonesia yang bekerja menjadi kru kapal. (Belakangan diketahui bahwa ada 9 warga Indonesia yang terpapar dan saat ini sedang di rawat di Jepang.
Berita tetang betapa “saktinya” 78 warga Indonesia yang bisa lolos dari corona tersebut kemudian memancing banyak komentar lucu.
“78 kru kapal ini dulu pas ikut LPK pelayaran, pas jam istirahat kelihatannya sering beli gorengan yang minyaknya dicampur plastik, sambil ngemil cilok dan bakso tusuk yang ada boraxnya, trus minumnya es teh yang es batunya diangkut balokan pakai gerobag dekil. Daya tahan mereka sudah teruji. Sudah kebal. Virusnya juga minder mau masuk. Indonesia, je.” Begitu seloroh netizen. Guyonan lain menyebutkan bahwa virus corona susah masuk ke Indonesia karena proses perizinannya yang ketat.
Lantas apakah masyarakat Indonesia memang punya kekebalan ekstra yang membuat masyarakat Indonesia sampai saat ini masih belum terdampak secara signifikan oleh virus corona? Entahlah. Yang jelas, sudah ada beberapa pendapat terkait hal ini.
Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga, Chaerul Anwar Nidom menyebut bahwa jahe, sereh, kunyit, dan temulawak yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia kemungkinan punya peran penting dalam pencegahan dan penangkalan virus corona di Indonesia.
“Infeksi corona high pathogenic yang terjadi di paru tersebut mengakibatkan terjadi badai sitokin sebagai prises biologis. Badai sitokin ini bisa di tangkal dengan curcumin yang banyak terkandung dalam temulawak, jahe, kunyit dan sereh yang dikonsumsi harian oleh masyarakat Indonesia,” terang Prof. Nidom.
Pendapat Prof Nidom tersebut tentu saja menjadi amunisi baru bagi banyak orang untuk berkomentar lebih jauh.
Lha gimana, China butuh mengisolasi warganya, bikin penelitian jutaan dolar, juga membangun rumah sakit gedhe buat menangkal corona, sementara kita cuma butuh nongkrong di angkringan sambil pesen jahe susu anget.
Terlepas dari itu semua, mau gen masyarakat Indonesia kebal atau tidak, mau kita suka mengonsumsi jahe atau tidak, mau kita dekat dengan China atu tidak, pada intinya, adalah penting membentengi kesehatan tubuh dari berbagai serangan penyakit.
Cara paling utama dan paling dasar, alias selemah-lemahnya iman, tentu saja adalah dengan menjalankan laku hidup sehat, utamanya menjaga kebersihan.
Mulai membiasakan diri terhadap hal-hal kecil tapi punya pengaruh besar terhadap kebersihan tubuh, misal tidak makan makanan sembarangan, mandi secara teratur, juga rajin mencuci tangan. Kebiasaan-kebiasaan di atas toh pada kenyataannya mudah, tapi sering diabaikan, padahal ia punya dampak yang sangat besar terhadap kesehatan.
Cuci tangan, misalnya. Tak banyak yang mengetahui bahwa sekitar 98 persen penyebaran kuman di tubuh bersumber dari tangan. Itulah kenapa, menjaga kebersihan tangan menjadi salah satu upaya dini yang paling dasar agar terhindar dari berbagai penyakit.
Banyak para ahli kesehatan yang menyarankan untuk rutin mencuci tangan saking pentingnya kebiasaan kecil ini terhadap kesehatan.
NUVO, salah satu produsen sabun terkemuka di Indonesia itu bahkan sudah cukup lama merilis produk sabun cuci tangan yang diberi nama NUVO hand soap. Sabun cuci tangan besutan NUVO tersebut diklaim bukan hanya mampu membantu mengurangi kuman dan bakteri, namun juga efektif menghilangkan bau tak sedap pada tangan, serta menghasilkan wangi pada tangan yang tahan lama.
NUVO tentu saja tak sendiri, beberapa produsen sabun lainnya pun berlomba-lomba menciptakan produk sabun tangan terbaik mereka.
Hadirnya banyak produk sabun cuci tangan ini tentu saja diharapkan bisa ikut mengerek kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan tubuh mereka.
Setidaknya, itu menjadi benteng pertahanan penting bagi tubuh untuk menghalau banyak kuman dan penyakit. Tentu saja tidak mesti virus corona, tapi penyakit-penyakit lain baik yang sudah dikenali, maupun penyakit-penyakit yang mungkin baru akan muncul di masa depan.
Penyakit memang hal yang menyebalkan, itulah kenapa, kita harus mampu menjaga kebersihan, agar kita tak harus sering bertemu dengan hal yang menyebalkan itu.