Ciri Orang Indonesia Itu Pemberi Maaf, Baik Hati, dan Beriman

[MOJOK.CO] “Sudah banyak masalah yang terjadi, tapi tetap bisa memberi maaf.”

Sudah, sudah, jangan diteruskan membahas Setya Novanto. Dia bukan Ahok yang kafir, bukan pendiri Traveloka yang dituduh walkout juga kebetulan kafir, dia masih sesama muslim, sama seperti pemilik First Travel dan Ustadz Lutfi Hasan Ishaaq yang dizalimi.

Saya sebagai umat yang beragama sama dengan Setnov merasa kita tidak adil. Bukankah ciri umat yang baik itu adalah saling mengingatkan, saling memaafkan, dan saling menjaga saudara? Kecuali yang agamanya beda.

Kalaupun benar Akhi Setnov ini bersalah di kasus e-KTP ya itu kan kekhilafan belaka. Sama juga dengan khilafnya beliau di kasus papa minta saham di Freeport atau Bank Bali dulu. Beliau ini kan tak pernah menghina umat Islam dengan menyebut Surah Al-Maidah itu dibuat menipu. Tolong jangan campurkan antara dunia dan akhirat, politik, dan umat. Saya kira kita tak perlu melanjutkan perisakan dan mengganggu Akhi Setnov. Biarlah dia beristirahat dan sembuh dulu. Jangan diganggu

Lelucon tentang Setnov ini sudah mulai tidak lucu. Bukan, bukan karena betapa hukum di Indonesia diinjak-injak, akal sehat kita diberakin, dan seluruh keadilan dianggap seperti sampah. Atau karena kita dibuat ketawa-ketawa dan duit pajak kita dipakai buat belain pesakitan yang menghindari hukum, tapi karena beliau, sebagai muslim, kehormatannya dirusak. Masyaallah, betapa kita sebenarnya tengah memakan bangkai saudara sendiri. Kita mencari keburukan orang lain untuk disebarluaskan. Ayo, minta maaf.

Lagi pula KPK ini lembaga thagut yang demikian kejam terhadap umat muslim. Dari Ustadz Lutfi sampai Patrialis Akbar, semua ditangkapi, tapi terhadap kafir mereka diam saja! Luar biasa.

Rezim ini demikian kejam terhadap umat. Coba pemilik First Travel itu kan mewujudkan mimpi ribuan umat yang ingin umroh, tapi malah ditangkap dan dituduh menggelapkan dana umat. Salah mereka apa coba? Kami ini merindukan Mekkah, merindukan Kakbah, merindukan tanah kelahiran Rasulullah. Kalau bisa kami ingin menyusul Imam Besar Rizieq Shihab, betapa beruntungnya beliau, bisa tinggal lama-lama di sana tanpa harus peduli masalah visa, masalah kewarganegaraan, tidak diekstradisi seperti para buruh migran.

Pemerintah ini juga adalah yang sama yang menutup mata terhadap pengungsi Rohingya, tapi mempersilahkan jutaan warga aseng masuk ke Indonesia. Meski sudah sering ketahuan bohong dan fakta bahwa bahwa pekerja ilegal asal Tiongkok jumlahnya mungkin sama banyak dengan pelancong lendir di Puncak, tapi kan yang penting pemerintah ini salah. Mereka kan bisa memberikan tempat penampungan sementara bagi muslim Rohingya, masak kami umat ini yang harus menerima, pengungsi ini kan ngerepotin, banyak minta, nyusahin lagi. Persatuan umat itu penting, asal bukan saya yang menangani.

Hanya di bawah pemerintah Jokowi umat muslim jumlahnya terus menurun. Kalo nggak percaya, tanya Ketua Yayasan Rumah Peneleh, Aji Dedi Mulawarman. Kata dia, ketika pemeluk Islam secara global naik signifikan, di Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia persentasenya malah menurun.

“Umat Islam (di Indonesia) dari 95 persen menjadi 85 persen, ada anomali di dalam pusat Islam di Nusantara,” kata Aji.

Ada agenda liberalisme, individualisme, deislamisasi, dan depolitisasi yang membuat umat semakin tersisih. Contohnya, saat ini PKS sering dihina dan secara sistematis ada yang berniat menghancurkan, bukan karena kadernya banyak yang ditangkap KPK. Selain itu turunnya umat Islam di Indonesia juga karena rezim ini membiarkan perusakan akidah dan tauhid. Bukan karena pertumbuhan penduduk karena reproduksi apalagi karena memang program KB berhasil. Umat Islam sedang dalam ancaman, populasinya terus menurut dalam lima tahun terakhir!

Misalnya begini, katakan saat ini jumlah penduduk Indonesia ada 250 juta. 200 juta di antaranya beragama Islam, tapi yang Islam ini 80 juta orang NU, membolehkan tahlil dan ziarah kubur, jelas bid’ah, maka bukan islam.

Sisa 120 juta. Yang 120 juta ini 30 juta Muhammadiyah diwakili oleh Prof. Syafi’i Ma’arif yang membela Ahok, maka bukan Islam.

Sisa 90 juta orang Islam. Nah yang 70 juta tidak masalah dengan pemimpin kafir, membela hak minoritas, dan menjaga kerukunan antar-umat beragama, jelas ini bukan nilai-nilai tauhid yang benar. Maka, sisanya 20 juta saja.

Nah dari 20 juta, 18 juta ini merasa bahwa Gus Mus, Prof. Quraish Shihab, dan Kyai Said Aqil Siraj itu ulama. Jelas sudah yang 18 juta ini sesat. Dengan demikian, yang benar-benar umat Islam di Indonesia hanya 2 juta.

Itulah kenapa saya berharap kita berhenti mengejek Setnov. Emang salah dia apa sih sampai kalian demikian marah? Emang dia menghina Al-Quran? Kan tidak. Emang dia menganggap jilbab itu tidak wajib? Kan tidak. Emang dia bilang Syiah itu Islam? Kan tidak.

Dia hanya diduga memiliki kaitan dengan kasus korupsi e-KTP yang menggunakan dana pajak dan menjadi pejabat publik yang korup. Tidak ada larangan agama yang dilanggar oleh Setnov. Dia juga tidak menghina Islam seperti yang dilakukan oleh Ahok. Kenapa sih kalian menghinanya?

Pak Setnov ini kan tidak mendatangi kontrakan orang buat berzina. Jadi nggak perlulah kita permalukan, apalagi suruh telanjang, sambil direkam.

Sebagai umat beragama, kita lakukan persekusi hanya kepada yang lebih lemah, jangan yang lebih kuat, apalagi yang berkuasa.

Untuk itu, saya mendorong agar sesama umat berhenti menghina saudara seagama. Pak Setnov itu sudah banyak sekali jasanya kepada kita. Tanpa dia, kita tidak akan punya variasi bentuk surat identitas kependudukan. Kalau dulu bentuknya hanya KTP, sekarang kita bisa punya surat blanko sebesar A4 sebagai penanda identitas, banggalah kita yang lebih maju dari Ghana.

Pak Setnov toh juga nggak lagi lepas jilbab. Lha piye, wong dia laki-laki.

Exit mobile version