MOJOK.COÂ – Hanoi mengakhiri fase pembatasan sosial dan hingga hari ini, Vietnam melaporkan nol kematian semenjak menyatakan perang terhadap pandemi. Kok bisa?
Vietnam adalah salah satu negara yang berbatasan langsung dengan China. Letak geografis yang dekat ini secara logika bakal bikin Vietnam kalap karena lebih mungkin menuai serangan pandemi corona secara masif.
Dengan kondisi negara yang tidak maju, pendanaan yang pas-pasan, dan fasilitas kesehatan yang nggak sempurna, Vietnam sangat mungkin tumbang karena virus kurang ajar ini. Tapi kabar yang kita terima justru berkebalikan. Hingga kini tidak ada satu pun warga Vietnam yang tewas akibat pandemi corona.
Bahkan Hanoi telah mengakhiri masa pembatasan sosial, beberapa fasilitas publik dan sekolah kembali dibuka. Mereka seakan merdeka di tengah pandemi yang masih berkecamuk. Wajar kalau kalian jadi iri setengah mati dan heran sampai mengerutkan dahi perkara Vietnam, negara berkembang yang begitu saja memenangkan perang lawan pandemi.
Bahkan pagi ini ibu saya menelepon dan menanyakan apakah berita perihal Vietnam bebas pandemi corona ini beneran atau sekadar hoaks seperti berta berantai lainnya. Karena kabar ini seolah hampir mustahil. Nyatanya, pandemi corona telah kalah dari orang Vietnam. Tapi apa sih rahasianya?
Sejak awal, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc melakukan pidato saat pertemuan Partai Komunis yang berkuasa di Vietnam, bahwa melawan virus corona (yang saat itu masih epidemi) adalah perang melawan musuh. Nggak main-main, Vietnam menganggap virus corona sebagai musuh yang bisa merusak tatanan negara. Nyatanya ini bukan hanya sekadar analogi, dan sikap seperti ini benar-benar berpengaruh pada kebijakan yang mereka ambil setelahnya.
Soal perang, Nguyen nggak bercanda. Mereka banyak memberikan iklan dan pesan-pesan bernada heroik yang akan mengingatkan masyarakat pada perang Vietnam 1975. Langkah ini sudah dilakukan sejak Januari lalu dan secara tidak langsung menanamkan mindset pada masyarakat bahwa mereka berada dalam kondisi yang serius.
Selain menciptakan ‘suasana perang’ Vietnam tegas menutup semua penerbangan ke China. Mohon maaf jangan bandingkan ini dengan diskon pariwisata yang diambil sama pemerintah Indonesia, nanti kalian bisa dituduh nggak apple to apple. Kerugian akibat keputusan menutup penerbangan memang fantastis, tapi toh keputusan sulit ini tetap mereka laksanakan.
Sebenarnya mereka juga melakukan penelusuran kontak layaknya Kementrian Kesehatan di Indonesia yang menyelidiki cluster-cluster dari pasien positif. Bedanya, Vietnam melakukannya sembari mengarantina penduduk agar pandemi tidak menyebar. Sebagai contoh, saat terkonfirmasi 10 pasien positif COVID-19, pemerintah memutuskan karantina terhadap lebih dari 10.000 penduduk.
Kalau boleh beropini, sebenarnya karantina yang dilakukan oleh Vietnam terbilang cukup ‘kejam’. Apalagi kalau dibandingkan dengan karantina wilayah di Indonesia yang jelas nggak ada apa-apanya. Saya mau beli kentang di Pasar Colombo aja sempat macet dulu. Karantina wilayah di sana benar-benar karantina, masyarakat nggak bisa ke mana-mana. Pasar sepi, kafe tutup, dan ekonomi langsung lemah lunglai.
Tidak akan ada masyarakat yang bermobilisasi, tidak akan bebas keluar masuk wilayah perkotaan karena perbatasan dijaga ketat oleh milisi lokal. Bagi negara dengan masyarakat yang haus kebebasan, kebijakan ini mungkin akan sulit diterapkan. Mengingat, imbauan pembatasan sosial di Indonesia saja baru dimulai saat kasus terinfeksi COVID-19 mencapai ratusan. Itu pun nggak benar-benar diindahkan hingga korbannya ribuan. Hadeeeh!
Kunci Vietnam menang lawan pandemi adalah karena pemerintahnya yang terorganisir dan rakyatnya yang patuh. Saya nggak sedang ngomongin model politiknya sih, tapi lebih pada gambaran sikap antara dua pihak yang terlibat: pemerintah dan rakyat. Jika keduanya harmonis, bukan mustahil Indonesia juga bisa ikut-ikutan sukses. Eh tapi bisa nggak ya?
Lagi-lagi, semua jadi rumit ketika kita menengok bagaimana permasalahan pandemi dalam negeri dipenuhi dnegan gimmick dan hiasan politik. Data yang simpang siur (beneran konkret nggak sih?), kebijakan yang cenderung masih lunak, instruksi pemerintah yang nggak kompak, sebaran informasi yang nggak sampai ke masyarakat kecil dan minim akses, masalah ekonomi, sampai ke masyarakat yang ngeyelan sudah cukup jadi segudang alasan kenapa jumlah korban meninggal di Indonesia bisa puluhan setiap harinya.
Melihat Vietnam sukses dengan strategi mereka, hanya bikin kita semakin tertegun sembari ngiler di pojokan. Sial, sama-sama negara kecil di Asia Tenggara tapi kita kalah jauh.
BACA JUGA 10 Kompilasi From This to This Pemerintah yang Menciptakan Kerut Dahi atau artikel lainnya di POJOKAN.