Cara Kru Mojok Merayakan Masuk Ranking Alexa 100 Besar

Kru Mojok Merayakan Masuk Ranking Alexa 100 Besar MOJOK.CO

MOJOK.COBulan Syawal 1440 hijriah menjadi bulan berkah bagi Mojok.co, yang akhirnya masuk ranking alexa 100 besar. Alhamdulillah, yhaaa~

Minggu terakhir bulan Juni 2019 yang masih bersuasana Syawal, ranking alexa Mojok.co akhirnya masuk 100 besar. Bahkan bukan sekadar 100 besar, tapi mencapai angka 82-an. Tentu saja, ini adalah pencapaian baru bagi kami selama hampir 5 tahun berproses. Sebelumnya, paling mentok kami hanya sanggup bertengger di ranking alexa 103.

Masih ingat betul, saat laporan harian menunjukkan angka 103 di bulan Januari lalu, kami dengan begitu bahagia yang meletup-letup berharap besar bisa masuk 100 besar hanya dengan loncatan 4 angka lagi. Tapi, ternyata nggak jadi. Tiba-tiba ranking alexa tersebut turun dengan drastis. Tanpa kami sanggup menikmatinya sedikit lebih lama.

Pengalaman tersebut akhirnya membuat kami tidak lagi terlalu berharap, saat masa-masa menuju 100 besar ada di depan mata. Sampai akhirnya laporan trafik harian menunjukkan kalau kami bergabung dalam 100 besar alexa’s club, senang tentu ada. Merasa bangga, itu pasti. Akan tetapi yang jauh lebih mendominasi, justru perasaan deg-degan, saat menyadari bahwa kami hanyalah media kecil dengan 15 kru—sudah termasuk Kepala Suku.

Ada kebanggaan tapi juga ketakutan di dalamnya. Kami mengingat peribahasa: mempertahankan jauh lebih sulit daripada mendapatkan. Dengan “si beban” baru ini, kami merasa tidak cukup kuat untuk dapat mempertahankannya. Sebab untuk mempertahankan, itu artinya ada kekonsistenan dalam kerja yang jauh lebih keras dari biasanya. Sanggupkah kami?

Namun, apa pun itu, meski kami nggak bisa bahagia-bahagia amat, ranking alexa ini merupakan pencapaian baru dalam sejarah Mojok.co yang pantas untuk dirayakan. Pantas untuk diapresiasi. Setidaknya, sebagai bentuk penghargaan atas kerja tim ini yang kadang bekerja dengan empot-empotan, tapi kadang juga males-malesan.

Sesuai saran dari Mas Puthut—Kepala Suku kami, kami merayakannya dengan berkumpul di sebuah tempat makan bernama Leyeh-Leyeh Yogyakarta. Sekadar untuk menikmati pizza dan menyesap cappuccino saat senja. Jam 16.00 dianggap sebagai waktu yang tepat untuk mengeksekusinya.

Sebelum kami sampai sana, Mbak Dyah (personalia kami) mengabari kalau tempat sudah direservasi. Setibanya kami di sana, ternyata tempat yang telah direservasi menempatkan kami duduk di kursi. Belum lagi, tempat yang dipesan ternyata terpapar cahaya matahari yang sedang panas kentang-kentang. Kami menjadi enggan, dan merasa tidak dapat betul leyeh-leyeh—seperti rencana awal.

Akhirnya, sesuai saran dari mas-mas Leyeh-Leyehnya, kami diantarkan ke spot favorit Leyeh-Leyeh. Duduk lesehan dan bermain-main di hammock jumbo yang jaring-jaringnya membuat ketar-ketir karena kami merasa tidak terlalu aman dengan si hammock. Bagaimana tidak? Hammock ini, kan, hanya mampu menahan beban 250 kilogram, sedangkan kalau seluruh kru Mojok naik ke sana, beratnya bakal menyerupai separuh badan gajah hutan Afrika. Kalau hammock-nya sobek dan kami jatuh, bubar deh perayaannya—tulisan ini bahkan mungkin bakal masuk ke rubrik Malam Jumat, bukan Pojokan.

Kami foto-foto sok akrab, untuk membantu Mas Ali bikin konten Mojok Video. Sambil berusaha menikmati suasana tersebut dan membayangkan kami berada di Ubud. Bukan di Jalan Kaliurang Yogyakarta, yang hanya sepersepuluh menitan dari kantor kami dengan mengendarai motor. Beruntungnya, kami sudah terbiasa berimajinasi. Sehingga tidak terlalu susah untuk mengganggap bahwa kami sedang di Ubud dengan sawah, ketenangan, dan senjanya.

Setelah lumayan puas leyeh-leyeh, makanan dan minuman pun datang. Tampilan minumnya yang hampir serupa membuat kami harus ribet hanya untuk membedakan mana yang almond, latte, atau cappuccino. Perdebatan selesai setelah semua orang mendapatkan minumannya masing-masing. Lantaran mulut sudah di-bekep minuman dan pizza yang datang tidak lama setelahnya.

Suasana lebih tenang dan rapat pun dimulai dengan evaluasi mingguan seperti biasa. Apresiasi juga disampaikan oleh Mas Puthut kepada kami. Tapi, supaya kepala kami tidak berat-berat amat membayangkan untuk mempertahankannya, beliau mengatakan, anggap pencapaian ranking alexa ini sebagai bonus.

Tapi yang pasti, tidak akan mungkin kami menjadi bagian dari 100 besar alexa’s club, tanpa ketekunan, setia pada proses, serta menghadapi masalah dengan dada terbuka plus keberanian mencoba eksperimen-eksperimen ganjil yang sering kali dianggap tidak mungkin.

Bulan Agustus depan, kami genap berusia 5 tahun. Semoga kami tetap dapat berjaya di darat, udara, laut, dan alexa.

Exit mobile version