Betapa Realisnya Prabowo dan Liberalisnya Jokowi - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Betapa Realisnya Prabowo dan Liberalisnya Jokowi

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
3 April 2019
0
A A
realis prabowo liberalis jokowi
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Realisme dan liberalisme adalah dua perspektif besar dalam Ilmu Hubungan Internasional yang ndilalah kok bisa-bisanya pandangannya secara sempurna direpresentasikan oleh Prabowo dan Jokowi.

Gara-gara nonton debat capres sabtu lalu, saya tiba-tiba de javu kayak lagi kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Kuliah 3 SKS yang saya selesaikan dengan susah payah itu, ternyata jadi kelihatan sangat gampang ketika apa yang saya pelajari kok ndilalah dipraktekan sama Prabowo dan Jokowi dalam debat kemarin.

Saya lihat pandangannya Prabowo dan Jokowi kok sangat merepresentasikan dua perspektif dasar dalam HI yaitu realisme dan liberalisme.

Buat kalian yang bukan anak HI, sini sini saya jelaskan apa itu realisme dan liberalisme.

Kalau disederhanakan, realisme ini adalah perspektif yang selalu curigaan. Orang realis ini selalu melihat kalau dunia ini penuh konflik dan persaingan.

Karena suka curigaan ini, realis berpikir bahwa nggak ada jaminan kalau kita akan selalu damai. Jadi harus jaga-jaga terjadinya kemungkinan terburuk yaitu perang. Makanya orang realis sangat menjunjung tinggi kemanan nasional, dan pertahanan negara.

Baca Juga:

debat pilpres

Debat Pilpres Terakhir: Prabowo Akui Dirinya Bagian dari 1 Persen Elit yang Kuasai Banyak Kekayaan Nasional

13 April 2019
perang yang akan dihadapi indonesia

Melihat Potensi Perang yang Akan Dihadapi Indonesia dari Kacamata Realis Prabowo

4 April 2019

Buat Realis, orang lain bisa saja terlihat baik dan tersenyum di depan kita, tapi di belakang kita? Siapa yang menjamin mereka nggak menertawakan kita hah???

Gimana?? Mirip kan kayak pernyataan-pernyataan Prabowo di debat kemarin!11!

Sementara perspektif liberalisme, berpandangan sebaliknya. Orang liberal itu melihat dunia penuh dengan optimisme (dan sedikit naif).

Seorang Liberalis berpikiran bahwa semua orang punya tujuan yang sama (ingin bahagia. Ea), oleh karenanya harus saling menghargai dan mau dengan sukarela bekerjasama untuk mewujudkan kebahagiaan itu bersama-sama. Romantis bgt bsgt.

Bagi mereka perang itu nggak masuk akal. Selain buang-buang duit, ngapain coba perang kalau sejak awal kita sudah saling mencintai membutuhkan dan bekerjasama.

Makanya liberalis lebih suka kerja sama ekonomi, perdagangan bebas, investasi, dan ekspor-impor antar negara.

Kan kan kan!1! Kayak pernyataan Jokowi di debat kemarin!!1!

Seketika saya takjub kok bisa mirip gitu…

Ternyata eh ternyata, perbedaan yang sangat kontras ini saya pikir disebabkan oleh latar belakang mereka yang sangat jauh berbeda.

Prabowo yang tentara tentu lebih banyak lihat konflik daripada Jokowi yang pengusaha. Pun, sebaliknya. Jokowi lebih percaya kerjasama dibandingkan dengan rasa saling curiga karena kalau bisnis saling curiga ya nggak akan laku, Buossss.

Yang menurut saya lebih menarik adalah, bagaimana pandangan-pandangan realis sangat melekat di dalam diri Prabowo, juga pandangan liberalis dalam diri Jokowi. Jadinya, pantes aja kalau selama ini kita sering dengar prabowo dikit-dikit perang-perangan terosss, dan Jokowi dikit-dikit dagang-investasi-dagang-investasi teross.

Dari debat kemarin misalnya, kita jadi memahami kenapa bagi Prabowo, keamanan dan keselamatan negara dari dunia yang penuh konflik adalah kepentingan nasional nomor 1. Mutlak!11! Tidak bisa ditawar-tawar.

Sebagai seorang Realis, Prabowo pasti punya rasa curiga yang tinggi terhadap negara lain. Makanya, kalau ingin selamat, menurut Blio, kita hanya bisa mempercayakan keselamatan kita kepada diri sendiri.

Itulah kenapa Blio sering sekali menyebutkan bahwa kita harus jadi bangsa yang berdikari. Berdiri di kaki sendiri. Karena rasa curiga dan waspada itu, bagi Prabowo, menyerahkan asset penting ke orang lain adalah hal yang bodoh. Impar-impor dan membuat negara ketergantungan terhadap negara lain juga hal yang bodoh karena bikin negara lemah.

Terlalu banyak memberi ruang investasi kepada negara lain juga bikin keuntungan tidak dikuasai negara. Harusnya kita bisa mengelola itu sendiri. Kebodohan ini—yang menurut Prabs—bikin kita dimanfaatkan lalu bikin keuangan negara bocor, bocor, bocor. HEH JANGAN KETAWA KALIAN. Pak Prabs itu serius taukk.

Selain masalah berdikari, rasa curiga yang dimiliki seorang realis juga menjastifikasi alasan kenapa Prabowo merasa insecure meskipun dalam keadaan yang relatif aman.

Lha wong ketika muda dulu dia diyakinkan nggak akan ada perang, eh jebul ternyata malah ada perang beneran kok. Prabowo menyebutkan perang dengan Timor Leste sebagai contohnya. (Lhaa ini sih bukan kita yang diperangi, tapi kita yang pengin perang sendiri pak hadehh).

Makanya, karena nggak ada jaminan bakal damai terus, negara perlu memperkuat kapasitas militer dan pertahanan. Pantas saja Pak Prabs sangat perhatian dengan anggaran pertahanan negara, dan betapa lemahnya kita karena jumlah peluru kita—kalau dipakai berperang, katanya hanya akan bertahan tiga hari.

Kalau kalian bertanya-tanya kenapa sichh Pak Prabs ini fokus mikirin kemungkinan perang perang mulu di tengah fokus dunia internasional yang pengin mewujudkan perdamaian, itu bukan karena Prabowo terlalu pesimis taukkk. Tapi karena seorang realis seperti Prabowo itu bijaksana.

Kok mikirin perang dianggap bijaksana???

Ya karena dengan selalu bersikap curiga, mengasumsikan bahwa negara lain itu tidak kooperatif dan egois, membuat kita selalu bersikap realistis bahwa kemungkinan perang itu selalu ada. Kalau pemimpun cuman mikir yang ideal-ideal dan damai-damai saja, itu artinya bodoh karena tidak melihat realita.

Kalau Prabowo melihat dunia yang penuh konflik, Jokowi lebih melihat dunia yang kooperatif. Makanya sangat optimis dengan kerjasama. Dikit-dikit investasi, perdagangan internasional, PTA, FTA, SEPA, SEPIA, SHEILA ON 7, ya mbuh lah nama-nama kerjasama ekonomi yang njelimet lainnya.

Bagi seorang liberalis, selama kita dagang dan saling membutuhkan, nggak akan ada tuh perang yang dikhawatirkan oleh Prabowo. Makanya, dalam sesi debat kemarin, Jokowi berkali-kali mengatakan “Saya melihat Pak Prabowo ini terlalu khawatir” ketika membicarakan banyaknya investor asing yang ada di Indonesia.

Kenapa Jokowi nggak takut perang dan investor asing kayak Prabowo?

Bagi seorang liberalis, semakin banyak kerjasama dan investasi, itu malah hal yang bagus karena negara akan semakin aman. Kenapa aman?? Ya kalau diperangin, nanti duit-duit para investornya nggak akan balik lagi ke mereka lahhh. Justru kalau ada perang, negara lain (yang punya kepentingan ekonomi dengan negara kita) pasti bakal bantu kita soalnya…. mereka nggak mau rugi dan kehilangan duit mereka yang ada di Indonesia ha ha ha ha.

Karena perspektifnya dagang dan kerjasama teross, makanya dalam debat kemarin, Jokowi bilang kalau milliter dianggap bukan prioritas. Militer penting.  Tapi Infrastruktur dulu, lalu pembangunan manusia, baru militer.

Nah, kalau udah tahu kalau Prabowo realis dan Jokowi liberalis, kira-kira mana dong yang punya pandangan lebih baik? Yang suka waspada atau yang suka kerjasama? Ya masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri kok. Tergantung kamu cocoknya sama yang mana. Yang ngejamin keamanan negara atau yang ngejamin ekonomi negara?

Eh, bentar, bentar, kenapa ini saya jadi ngasih kuliah 3 SKS?

 

Terakhir diperbarui pada 3 April 2019 oleh

Tags: debat capres keempatdebat pilpresHubungan Internasional
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

debat pilpres
Kilas

Debat Pilpres Terakhir: Prabowo Akui Dirinya Bagian dari 1 Persen Elit yang Kuasai Banyak Kekayaan Nasional

13 April 2019
perang yang akan dihadapi indonesia
Pojokan

Melihat Potensi Perang yang Akan Dihadapi Indonesia dari Kacamata Realis Prabowo

4 April 2019
Pojokan

Pertahanan Indonesia Rapuh Diketawain, Pertahanan Hati Rapuh Ditangisi

31 Maret 2019
Movi

Nonton Bareng Debat Capres 2019: Jokowi vs Prabowo

19 Februari 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya

Yusril: Habib Rizieq Si Raja Bohong yang Ragukan Keislaman Prabowo

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
realis prabowo liberalis jokowi

Betapa Realisnya Prabowo dan Liberalisnya Jokowi

3 April 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023
Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang MOJOK.CO

Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang

16 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
unair mojok.co

10 Prodi UNAIR yang Sepi Peminat dan Persaingannya Tidak Ketat

15 Maret 2023

Terbaru

massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023
Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu. MOJOK.CO

Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu

22 Maret 2023
RUU PPRT jadi inisiatif DPR

Sah Jadi Inisiatif DPR, RUU PPRT Harusnya Kelar Sebelum Lebaran, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

22 Maret 2023
pelaku mutilasi mojok.co

Terjerat Pinjol, Pelaku Mutilasi di Pakem Sudah Rencanakan Pembunuhan

22 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Jenazah korban mutilasi di rumah duka. MOJOK.CO

Psikolog UGM: Ada Dua Tujuan Orang Melakukan Mutilasi

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In