MOJOK.CO – Menyontek saat ujian adalah seni kehidupan yang penuh pertimbangan. Dengan kata lain: nyontek boleh, tapi jangan bego-bego amat, lah!
Suasana ujian sekolah kembali terasa saat saya mulai dihubungi adik kelas untuk ditanyai perihal tips menggambar suasana untuk ujian keterampilan SBMPTN atau sekadar mengingatkan dimintai catatan lama. Hal ini lantas mengingatkan saya akan perjuangan-perjuangan bertahan hidup di bangku SMA saat ujian dengan cara…
…menyontek.
Hal-hal yang akan saya tuliskan kemudian di sini selalu saya lakukan—kecuali pada saat ujian kelulusan—karena tidak ada pelajaran yang cukup menarik untuk saya pahami dan nyandak di otak saya.
Nah, jika kamu-kamu merasakan hal yang sama dan muak dengan bahan pelajaran yang toh tidak seluruhnya akan digunakan di dunia nyata, selamat mencoba tips-tips di bawah ini:
Pertama, baca seluruh materi
Lah, kalau baca seluruh materi, sama saja belajar, dong??? Gimana, sih, ini?? Click bait amat!
Eits, bentar dulu, mylov. Jika kamu kamu lebih sering bengong saat guru menerangkan atau lebih menggemari bolos pelajaran demi mengurus kepanitiaan event, kemudian berniat mau menyontek saat ujian, ya mohon jangan bego-bego amat. Membaca seluruh materi ini penting untuk memastikan kamu tahu materi apa saja yang akan diujikan.
Tujuannya? Ya tentu saja biar kamu tahu bagian mana yang kamunya mudah lupa dan tahu pula jawaban-jawaban yang salah.
Jika materi yang diujikan adalah tentang reproduksi, minimal kamu tahu kalau jawabannya bukan oomycota, glomerulus, maupun dikotil dan monokotil. Jika materi yang diujikan adalah tentang lapisan atmosfer, kamu juga tahu kalau jawabannya jelas bukan tentang geosentris, fauna endemik, maupun revolusi Prancis.
Tunggu, tunggu–kenapa ini malah berasa kisi-kisi ujian, ya??? Yah, pokoknya gitu, deh, maksud saya. Paham, kan?
Oke, lanjuuuut!
Kedua, bikin rangkuman atau catatan kecil yang hanya kamu yang tahu artinya
Salah satu bentuk sontekan yang mudah dibuat adalah dalam bentuk catatan kecil yang fleksibel untuk diselipkan di sudut yang luput dari pengawasan. Akan jauh lebih baik jika tulisannya berupa kode atau bentuk-bentuk yang tidak dipahami oleh orang lain.
Misalnya, setelah tahu kalau kamu bakal kesulitan mengingat unsur apa saja yang termasuk golongan gas mulia, maka buatlah sontekan unsur He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn menjadi:
He is ne ar karena qu sedang Xendiri right now
Bentuk kalimat yang semakin bersinggungan dengan kenangan masa lalu pastilah akan semakin mudah diingat. Hal ini sangat mungkin dilakukan—dan tentu saja aman—karena jika kamu dicurigai dan disamperin oleh pengawas, kamu bisa bilang kalo catatan kecil itu bukan sontekan, melainkan hanya curcol tentang mantan kamu.
Walaupun, yah, tetap ada risiko lembar jawabanmu jadi basah, sih, kalau kamu tiba-tiba baper dan teringat mantanmu beneran….
Ketiga, taruh sontekan di tempat yang tidak mungkin terlihat oleh pengawas
Menaruh sontekan di sela-sela jari, di paha, di balik kertas pelapis penghapus, atau di dalam sepatu itu sudah mainstream dan mudah dicurigai oleh pengawas, mylov. Apalagi, kamu pun bukannya ngeliatin lembar jawaban, tapi malah sibuk grasa-grusuk ngeliatin bagian laci meja. Haaashhh, basi!
Jadi gini: tolong kreatif dikit, lah. Carilah tempat terbaik untuk menaruh “bantuan” yang tidak dicurigai oleh pengawas. Misal: di kartu ujian.
Ya, saya ulangi sekali lagi: kartu ujian.
Kartu ujian adalah salah satu properti yang wajib dibawa saat ujian dan tidak mungkin dilarang dibawa masuk dalam ruangan. Namun, trik menyontek saat ujian yang satu ini mempunyai kelemahan pada cakupan luas permukaan kartu ujian. Jika kartu ujian tidak cukup untuk menulis semua sontekan, kamu bisa coba untuk menduplikat, memperpadat sontekanmu sendiri, atau sekalian bikin sontekan di kertas soal atau…
…atau ya gimana, lah, terserah kamu, masa apa-apa harus aku yang mikir???
Tapi ingat: cara ini mempunyai risiko tinggi karena kartu ujian harus ditandatangani pengawas sebagai bukti kehadiran. Namun, saya selalu berhasil-berhasil saja, tuh, pada setiap ujian yang saya hadapi di bangku sekolah. Soalnya, pengawas ujian saya tidak cukup iseng dan suudzon untuk melihat sisi belakang kartu ujian dan tentu saja karena mereka belum pernah baca artikel ini. Xixixi~
Keempat, jangan mengandalkan dengan teman depan-belakang-samping bangku
Kamu nggak pernah tahu apakah kamu pernah melakukan kesalahan pada temanmu sendiri. Hal-hal sepele yang tidak sengaja dilakukan bisa saja menyakiti dan menyinggung perasaan teman di depan-belakang-samping bangku kamu.
Maka, jangan jadikan mereka sebagai back up saat kamu bingung harus menjawab soal dengan rumus listrik statis atau hukum relativitas karena ini bisa menjadi momen balas dendam mereka terhadap apa yang telah kamu perbuat sebelumnya dengan cara memberi jawaban yang salah.
Tapi, tenaaaang, jangan khawatir! Masalah ini bisa diantisipasi dengan cara menjadi murid aktif, supel, dan tidak menjadi member ruangan konseling. Strategi ini bertujuan untuk meminimalisir perhatian guru terhadapmu sehingga kamu bisa melihat sontekanmu tanpa perlu dicurigai.
Kelima, yakini bahwa manusia merencanakan, Tuhan yang menggagalkan
Setelah semua persiapan sudah matang dan mantap, peluang untuk gagal dan ketahuan dalam upaya menyontek saat ujian akan tetap ada. Nah, hal ini pun akan kembali kepada diri kalian: memilih untuk belajar dengan maksimal biar paham materi secara lahir dan batin, belajar hanya untuk sekadar lulus, atau bahkan belajar demi mengubah sistem pendidikan Indonesia yang semua-muanya dibebankan pada pelajar usia semi produktif sehingga para pelajar ini baru diarahkan untuk mengembangkan minat dan bakat saat kuliah, padahal itu tuh udah kelamaan dan, ya ampun, kenapa kita harus belajar banyak hal yang belum pasti bakal dipakai sejak di bangku sekolah, padahal kan—
Eh, maaf, maaf. Kelepasan emosi. Wkwk.