#2 Bakpia kukus menyalahi pakem
Beberapa waktu lalu muncul varian bakpia yang cukup bikin geger dunia per-bakpia-an Jogja. Bakpia yang saya maksud adalah bakpia kukus.
Bakpia umumnya dipanggang, mau itu bakpia basah atau kering. Mengutip Kompas, perbedaan bakpia basah dan kering ini ada pada proses pemanggangannya, yang mana untuk bakpia kering memakan waktu lebih banyak. Sementara itu, bakpia kukus dibuat dengan cara dikukus seperti namanya, bukan dipanggang. Sehingga tekstur dari bakpia kukus ini lebih lembut.
Sejujurnya menurut saya, bakpia kukus ini menyalahi pakem bakpia Jogja. Ya tahu sih namanya juga inovasi, tapi ini sudah kelewatan. Soalnya bakpia kukus ini lebih mirip bolu. Saran saya, kalau mau cari bakpia Jogja yang autentik buat oleh-oleh di kampung halaman, hindari bakpia kukus.
#3 Inovasi sah-sah saja, tapi kalau beli bakpia dengan varian rasa terlalu nyeleneh kayaknya nggak dulu
Sekarang sudah banyak bakpia Jogja dengan berbagai varian rasa dijual di pasaran. Hal ini dilakukan produsen sebagai bentuk inovasi dari segi rasa. Kalau rasanya kayak kumbu hitam, kacang hijau, keju, atau cokelat sih masih lumrah, ya. Lha, sekarang sudah banyak beredar juga bakpia rasa durian, matcha, red velvet, sampai moccacino.
Bukannya apa-apa, masalahnya kadang bakpia berbagai varian rasa ini bisa menjadi bumerang. Bakpia dengan varian rasa terlalu nyeleneh bukannya memberikan sensasi baru, tapi malah menciptakan rasa bingung dan trauma.
Jadi buat wisatawan yang datang ke Jogja, saran saya beli oleh-oleh bakpia yang rasanya sewajarnya saja. Rasa kacang hijau, keju, cokelat, kumbu hitam masih normal. Tetapi kalau rasanya udah mulai nyeleneh kayak matcha, moccacino, atau rasa yang pernah ada, mending skip aja. Eh, gimana?
#4 Bakpia Jogja tanpa label, tanpa nama, pokoknya tanpa segala-galanya
Terakhir, bakpia Jogja yang sebaiknya nggak dibeli wisatawan kalau nggak mau kecewa adalah bakpia yang nggak ada label produksinya, nggak ada namanya, nggak ada tanggal expirednya, pokoknya nggak ada semuanya. Nggak jelas asal-usulnya.
Sejujurnya saya lebih percaya bakpia buatan pabrik yang jelas izin dan namanya. Bukan berarti yang homemade nggak baik, tetapi sebagai pembeli, alangkah baiknya jika kita juga berhati-hati. Soalnya bakpia ini kan nantinya akan disantap dan masuk ke dalam tubuh kita. Semua yang masuk ke dalam tubuh kan harus dipastikan keamanan dan kebaikannya, dong.
Liburan ke Jogja seharusnya jadi momen yang manis, bukan kering dan mengecewakan kayak bakpia yang gagal. Kalau mau beli oleh-oleh bakpia Jogja, saran saya pilihlah yang sudah teruji waktu dan lidah. Misalnya kayak bakpia yang menduduki kasta tertinggi ini. Jangan sampai kenangan indah kalian tentang Jogja dirusak oleh makanan bulat satu ini. Selamat berburu bakpia!
Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Rekomendasi Bakpia Jogja Underrated yang Layak Dibawa Pulang Wisatawan dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.












