MOJOK.CO – Setelah memerankan Dilan di film Dilan 1990, bakat politik Iqbaal Ramadhan bangkit. Btw, selamat ulang tahun, Iqbaal. Sehat selalu.
Selamat ulang tahun ke-19 Iqbaal Ramadhan. Semoga sehat selalu. Tak lupa, Mojok Institute mengucapkan semoga di tahun 2019, kamu semakin sukses, tambah laris.
Rupawan, ditambah bakat akting yang mumpuni, seiring waktu, Iqbaal Ramadhan bakal menggeser Nicholas Saputra dan Reza Rahadian sebagai dua aktor pria papan atas Indonesia.
Usianya baru 19 tahun. Kalau di sepak bola, Iqbaal Ramadhan adalah wonderkid, yang mendobrak papan atas perfilman Indonesia setelah memerankan Dilan. Mantan kuncen Coboy Junior tersebut menjadi trendsetter. Gayanya ditiru milenial, tak terkecuali om-om yang pekerjaannya memimpin sebuah negara.
Sukses di dunia akting, bidang pekerjaan lain terbuka lebar untuk Iqbaal Ramdhan. Sebut saja bikin kue ala-ala artis, warung ayam geprek dengan menu nyeleneh, hingga yang rutin dilakukan oleh artis senior dan mulai nggak laku: masuk ke dunia politik. Setelah nabung dari pekerjaan sebagai artis, biaya politik tentu bisa dengan mudah dibayarin pemeran Dilan tersebut.
Jangan salah, Iqbaal Ramadhan ini bisa mendobrak stigma artis yang nggak bisa ngapa-ngapain di dunia politik, yang konon cuma bermodalkan nama besar (dan pundi-pundi uang) itu. Ya memang, ada beberapa (mantan) artis yang pemikirannya sangat brilian dan berkontribusi di gedung wakil rakyat sana selain tidar-tidur dan absen ketika sidang.
Iqbaal Ramadhan ini memendam bakat politikus yang sangat besar. Bahkan, di dalam dirinya bersemayam banyak kelebihan, gabungan dari beberapa politikus Indonesia yang sundul langit kinerjanya, produktif bikin Undang-Undang, dan peduli dengan nasib rakyat tidak hanya ketika menjelang pemilihan umum saja. Ada yang seperti itu? Kayaknya ada. kayaknya…
Kamu tidak percaya? Mari kita bedah bersama-sama:
1. Dilan, eh Iqbaal Ramadhan, jago bikin rayuan maut.
Sebentar, jangan protes dulu. Memang, kalimat-kalimat rayuan Dilan yang bikin hati wanita dan pria meleleh di film Dilan 1990 memang ditulis oleh penulis skenario. Iqbaal hanya membuatnya “hidup” saja.
Namun, kamu juga perlu tahu kalau banyak politikus di luar sana yang pidatonya ditulis oleh sebuah tim. Pidato, sebagus apapun, kalau gagal dihidupkan oleh sang politikus, jatuhnya hanya sebatas rangkaian kalimat yang menjadi paragraf. Menghidupkan sebuah skenario atau naskah pidato butuh kepiawaian tersendiri. Ada seninya.
Iqbaal punya teknik dan kualitas akting untuk menghidupkan sebuah pidato untuk merayu hati rakyat. Sebuah teknik dasar yang harus dilimiliki semua politikus.
2. Mampu memerankan tokoh yang begitu sayang keluarga.
Politikus perlu membangun citra. Salah satunya adalah menjadi sosok bapak atau ibu dengan keluarga yang hangat. Ya kecuali politikus yang sementara ini belum punya keluarga (lagi). Sayang anak juga boleh kok.
Kontestasi politik Indonesia pernah punya keluarga Susilo Bambang Yudhoyono sebagai “keluarga RI 1”. Semuanya kompak. Misalnya pakai batik untuk menghadiri acara-acara resmi. Pakai batik lengan panjang. Sampai-sampai sempat menjadi dress code wajib Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas.
Nah, “keluarga RI 1” yang sekarang, keluarga Jokowi, juga menunjukkan suasana hangat yang sama. Berfoto bersama di Istana Bogor dengan suasana santai. Meski Kaesang Pangarep tidak diajak, kehangatan keluaga sangat terlihat.
Nah, Iqbaal pun mampu memerankan sosok laki-laki yang begitu sayang dengan keluarganya. Tepatnya ketika ia menunjukkan perhatian kepada adiknya, Disa. “Dik, jangan pergi jauh-jauh. ‘Kan, ada darahku di darahmu.” Uwuwuwu, mau dong jadi adiknya Dilan, eh Iqbaal Ramadhan.
3. Ada aura Orba di dalam diri Iqbaal.
Terkadang, politikus tidak hanya harus tegas, tapi juga kejam. Semuanya demi mengamankan posisi dan menjaga “ketertiban umum”. Orde Baru dikenal sebagai orde yang penuh….(isi sendiri ya, saya takut dikarungin).
Suatu ketika, Dilan pernah berucap kepada Milea bahwa, “Jangan bilang ke aku ada yang menyakitimu. Nanti besoknya orang itu akan hilang.” Coba kamu bayangin kalau yang ngomong itu Pak Soeharto, sambil menunjukkan senyumnya yang manis tapi misterius.
Mampu menghidupkan kalimat tersebut, Iqbaal bisa meledakkan emosi pada waktu yang tepat. Emosi yang terukur penting bagi politikus. Ia akan tahu kapan harus marah tanpa perlu menggebrak meja, cukup dengan senyuman saja, dan tahu kapan harus merangkul lawan politiknya (sambil sedikit nyubit pinggang, pakai gunting kuku).
4. Out of the box, seperti Ibu Susi.
Untuk satu poin ini memang bukan tentang sosok politikus. Namun, kita perlu menegaskan bahwa sifat-sifat dari seorang menteri ini perlu juga ada di dalam diri politikus.
Betul, Iqbaal juga bisa mencitrakan Dilan seperti orang yang out of the box, seperti Ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan. Hanya Menteri Susi yang berani menenggelamkan kapal pencuri ikan. Ibu Susi juga bekerja sangat giat, rajin menemui nelayan, ikut meninjau ke tengah laut. Saking giatnya, bagi politikus semenjana, hal itu sudah terasa out of the box.
Ibu Susi, saking out of the box-nya, berani meladeni debat dengan artis yang tidak dikenal oleh Fadli Zon seperti Jerinx. Jarang-jarang, kan, ada menteri yang meladeni twitwar dengan artis yang heuheuheu…
5. Punya jiwa pujangga, selevel dengan Fadli Zon.
Sama seperti menghidupkan naskah pidato, kemampuan menghidupi kalimat-kalimat indah di dalam skenario juga perlu dimiliki aktor (dan politikus). Lewat penjiwaan yang tepat, Iqbaal Ramadhan bisa membuat Dilan menghidupi penggalan dialog legendaris dari film Dilan 1990:
“Jangan rindu. Berat. Kamu enggak akan kuat. Biar aku saja.”
Sebuah kalimat yang bikin lumer hati mbak-mbak dan emak-emak yang nonton di bioskop. Di sudut remang-remang, mas-mas dan om-om juga bilang “awwwwwww” tapi dalam hati. Sudah, ngaku saja. Berat. Kamu enggak akan kuat. Lekas jujur saja.
Dialog legendaris itu sudah satu level dengan penjiwaan Fadli Zon ketika membawakan:
// Petruk bertahta di singgasana / mimpi perbaiki keadaan / tak tahu apa mau dilakukan / merusak aturan tatanan / semua jadi dagelan //
Sebuah penggalan puisi yang luar biasa jenius. Kalau kalimat Dilan bikin bergairah, penjiwaan Fadli Zon juga bikin bergairah. Gairah untuk malas makan.