Baju Koko Black Panther, Bagaimana Asal-Usul Sebenarnya?

MOJOK.CO Benarkah baju yang dikenakan T’Challa dalam film Black Panther adalah baju koko? Lantas, bagaimana sebenarnya asal-usul dari baju koko Black Panther yang kini sedang diminati banyak orang ini?

Ramai dibicarakan gara-gara film Black Panther yang terkenal dengan potongan dialog “Wakanda forever!”, kostum yang dikenakan T’Challa dalam film ini masih mencuri perhatian hingga memasuki bulan Ramadan tahun ini. Apa pasal?

Sekilas, kostum ini disebut mirip dengan baju koko. Sontak saja, penjual baju di Indonesia ramai-ramai menjajakan baju koko Black Panther dengan berbagai warna, mulai dari hitam hingga warna putih—yhaa, yang putih dikasih nama ‘Baju Koko White Panther’. Dalam satu kesempatan, Didier Drogba bahkan pernah tertangkap kamera sedang mengenakan pakaian serupa.

Tapi, benarkah baju yang dikenakan T’Challa adalah baju koko? Kalau memang benar, kenapa tiba-tiba ia memakai baju koko? Apa, sih, makna yang ingin ia sampaikan lewat baju semacam itu? Mau salat Jumat? Hmm?

Ternyata, meski nyaris sama dengan baju koko, pakaian ini bukanlah baju koko, Teman-Teman. Dilansir dari Kompas.com, baju kebesaran T’Challa ini adalah pakaian yang bernama…

*jeng jeng jeng*

…agbada!!!

Baju koko Black Panther yang kita lihat ternyata merupakan desain pakaian agbada abad ke-18 yang dihias dengan gaya asli Nigeria. Agbada sendiri punya kesamaan dengan baju koko, yaitu sama-sama merupakan pakaian untuk pria. Bedanya, agbada umumnya dipakai oleh orang-orang penting saja, seperti raja atau kepala suku.

Yah, setidaknya, di kantor Mojok, Mas Puthut bisa lah pakai baju ini~

Awal mulanya, agbada merupakan pakaian dengan bentuk jubah yang berpotongan lebar, lengkap dengan hiasan bordir. Pun, baju ini tidak bisa dipakai sembarangan. Raja-raja hanya berhak mengenakan pakaian ini jika sedang berada dalam acara penting, seperti pernikahan atau pemakaman.

Kalau disebut mirip dengan baju koko, bisa jadi penyebabnya adalah unsur islami yang terasa kuat dalam pakaian ini. Di Nigeria masa itu, pada abad ke-18, tengah kedatangan pendatang yang membawa agama Islam, yaitu Suku Fulani. Setelah mengalahkan kekuatan utama ibu kota Yoruba, pendatang-pendatang Arab inilah yang kemudian membawa agbada ke tengah-tengah peradaban sana. Ditujukan agar penggunanya lebih mudah saat menunggang kuda, agbada pun dihadirkan dengan jubah dan berdesain longgar.

Pangeran-pangeran Arab di Nigeria kala itulah yang menjadi inspirasi bagi orang-orang di luar Yoruba, termasuk soal selera berpakaiannya. Alhasil, sejak sekitar abad ke-20, pakaian ini menjadi bagian dari Nigeria, bahkan diikuti pula oleh beberapa negara tetangga.

Tapiii, agbada yang kini populer di Nigeria tidaklah sama dengan agbada di zaman dahulu, melainkan telah mengalami perkembangan. Semua pria pun bisa mengenakan pakaian ini, tidak harus menjadi raja atau kepala suku terlebih dahulu. Alhamdulillah~

Namun begitu, pada dasarnya, semua agbada memiliki fitur-fitur dasar, yaitu celana (sokoto), pakaian dalaman (kaftan), dan jubah lebar besar, yang disebut agbada itu sendiri. Kaftan dalam pakaian ini bisa berlengan pendek maupun panjang. Umumnya, yang berlengan pendek dinilai lebih kasual, sedangkan yang panjang bisa dipakai dalam banyak kesempatan.

Sumber: www.blog.jiji.ng

Sebagaimana baju koko ataupun baju lebaran, pria-pria Nigeria juga gemar mengenakan agbada dengan warna dan model senada dengan si buah hati. Ya, setidaknya sih khusus bagi yang sudah menikah dan punya anak.

Kalau yang belum nikah-nikah kayak kamu sih mentok-mentoknya paling cuma kembaran kaos sama pacar, tulisannya “He is Mine” sama “She is Mine”. Iya, to? Duh.

Exit mobile version