Bagaimana Kalau Iklan Rabbani Ternyata Cuma Satire?

MOJOK.CO – Iklan Rabbani selalu lekat dengan kontroversi. Sampai-sampai kita sama sekali nggak tahu, mana saja iklan mereka yang nggak kontroversial.

Lagi dan lagi, iklan reklame Rabbani Profesor Kerudung menuai kontroversi dan viral di media sosial. Gambar reklame papan iklan produk busana muslim ini menampilkan seekor kambing (yang entah jantan atau betina) berhijab dengan tagline sangat unik, “Korban tu ga wajib, yg wajib tu BERHIJAB.”

Terang saja iklan ini segera menjadi santapan netizen kita yang buasnya nggak ketulungan. Berhari-hari pembasan soal iklan Rabbani yang ini jadi bahan baku majelis ghibah dengan cita rasa tinggi dan kandungan sumpah serapah penuh gizi. Bahkan masih aja hangat dibahas meski iklan reklamenya udah kukut.

Kegeraman netizen ini patut dimaklumi, apalagi Rabbani memang sudah begitu akrab dengan iklan-iklan ajaib yang bisa bikin saya jadi koprol mendadak ini. Beberapa waktu sebelumnya—misal, kalau kamu masih ingat, iklan Rabbani pernah menampilkan sebuah tagline, “Rok makin di atas, prestasi makin di bawah.”

Ini belum dengan iklan yang memanfaatkan keputusan Risa Nose saat melepas hijab. Akun Instagram @rabbaniprofesorkerudung misalnya, sampai menulis semacam surat terbuka dengan salah satu potongan tulisan, “Mungkinkah kamu kurang trendi dengan hijab yg beberapa waktu lalu kamu kenakan?”

Tentu saja tiga contoh di atas ini belum mengakomodasi iklan Robbani lain yang sama kontroversialnya. Bahkan gara-gara saking istikomah dan akrabnya iklan Rabbani dengan kontroversi, kadang-kadang kalau ada iklan nggak kontroversial, saya suka mikir kayaknya itu iklan nggak Rabbani banget.

Tapi sebagai makhluk yang berusaha untuk selalu berprasangka baik, saya masih merasa agensi iklan Rabbani nggak mungkin goblok-goblok banget. Apalagi sampai tidak punya sense of awareness kayak gitu. Pasti bisalah, perusahaan sebesar Rabbani memilah mana konten yang menyinggung pihak lain dan mana yang tidak.

Apalagi iklan yang soal kambing dijilbabin itu. Membenturkan dua ibadah secara sekaligus sampai akhirnya menjatuhkan salah satu nilai ibadah. Mana yang dijatuhkan “nilai”-nya adalah ibadah berkorban lagi. Ibadah yang bentar lagi mau dilakukan oleh seluruh umat muslim di Indonesia.

Gara-gara terlalu seringnya iklan mereka dikemas dengan cara-cara aneh, saya jadi curiga kalau jangan-jangan agensi iklannya memang sengaja bikin kontroversi. Ya sengaja aja gitu, karena kontroversi itu memang rumus awal kalau pingin viral. Oleh karena itu, saya malah yakin kalau setiap iklan Rabbani ini sebenarnya merupakan pesan-pesan satire.

Di tengah budaya dikit-dikit lapor UU ITE belakangan ini, cara komunikasi satire adalah cara yang sangat direkomendasikan. Lagian, jika satire biasanya digunakan untuk menyerang pihak lain dengan menyindir habis-habisan, maka iklan Rabbani adalah iklan satire yang digunakan untuk menyindir…. diri sendiri.

Ini jelas pemikiran yang sangat brilian dan benar-benar sulit bisa dideteksi. Apalagi keuntungan dengan menyindir diri sendiri adalah menjadi viral, dan tak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan.

Oke deh, mungkin untuk kasus Rina Nose, kelihatan banget siapa sosok yang mau disindir, tapi kerugian terbesar dari konten itu kan sebenarnya malah bukan Rina Nose, tapi perusahaan Rabbani sendiri. Ini kan hal sangat beyond dan sebuah cara branding yang merombak logika marketing ala Barat?

Ya iya dong, kalau pakai cara marketing Barat kan citra produk itu harus bagus atau jangan sampai menyinggung pihak manapun, logika marketing iklan Rabbani jelas beda. Memperburuk citra sendiri karena yakin bakal tetap dibicarakan oleh orang-orang.

Salah satu buktinya ya tulisan ini. Gara-gara iklan itu juga, saya jadi kepikiran untuk menulis soal Rabbani. Kamu juga jadi tertarik untuk baca tulisan ini sampai menghabiskan kuota bulanan. Apaan sih cuma mau baca tulisan soal iklan Rabbani. Perkara itu soal kontroversi, tapi toh nyatanya kamu juga jadi tertarik kan?

Padahal Rabbani sama sekali tidak bayar saya, tapi saya dengan sukarela mau itu nulis soal mereka. Membahas mereka. Bahkan bisa jadi, setelah kamu selesai membaca ini, kamu jadi kepikiran membagikan tulisan ini ke temenmu.

Lalu temenmu jadi tahu produk bernama Rabbani. Padahal kamu sama sekali nggak dibayar oleh Rabbani lho. Tapi kamu tiba-tiba jadi sukarelawan agen iklan mereka. Nah lho, itu apa namanya kalau bukan hipnotis cerdas?

Toh, pada kenyataannya bukan cuma iklan Rabbani yang melakukan hal semacam ini. Memperburuk citra tapi mendulang untung juga sering dilakukan banyak influencer belakangan ini. Youtuber kayak Ria Ricis kemarin—misalnya—yang bikin video pamit terus nongol lagi, atau Young Lex yang terus bikin dirinya istikamah selalu dekat dengan kontroversi.

Banyak kok yang melakukan itu. Toh hasilnya tidak selalu mengecewakan. Bedanya mungkin kalau Ria Ricis dan Young Lex tidak bisa bermain-main di ranah agama, tapi kalau Rabbani bisa.

Kalau toh ada yang protes beneran lalu mau menuntut atau mengkritik keras Rabbani karena iklan-iklannya yang lekat dengan kontroversi, ya tinggal dibenturin aja dengan produk mereka. Beres kan? Lagian situ siapa kok berani-beraninya melawan (produk) agama.

Exit mobile version