Avril Lavigne feat. Tony Hawk dan Kenangan Lagu Tahun 2000-an dari Game Playstation

lagu avril lavigne

MOJOK.COMenerawang masa lalu melalui lagu-lagu lawas yang populer gara-gara game playstation.

Melalui Twitter, saya jadi tahu kalau Avril Lavigne, salah satu diva paling moncer di era 2000-an itu kini sudah bikin akun Tiktok. Ini tentu saja menjadi kabar yang menyenangkan bagi saya dan mungkin banyak orang lainnya, utamanya orang-orang yang tumbuh bersama kenangan lagu-lagu lawas Mbak Avril.

Menjadi lebih menyenangkan lagi saat ternyata konten pertama Avril di Tiktok adalah konten kolaborasi dengan skater paling kondang se-jagad raya, Tony Hawk. Lagu yang dipakai oleh Avril dalam konten tersebut pun adalah lagu andalan dia, “Sk8er Boi”, lagu yang, anak-anak 2000-an pastilah tak asing dengan liriknya. Utamanya bagi para pemain winning eleven pada jamannya.

Kehadiran Tony Hawk dalam video Avril Lavigne juga tak kalah memancing kenangan. Lagi-lagi melalui game Playstation. Banyak dari kita mungkin tak terlalu familiar dengan permainan skateboard, namun melalui game Tony Hawk’s Pro Skater, kita diajak seakan-akan kita sendirilah yang sedang bermain skate.

Ini sama seperti kita yang mungkin tak pernah familiar dengan gocart namun menjadi lebih relate dengan permainan itu gara-gara permainan CTR.

“He was a boy, she was a girl, can I make it any more obvious?”

Mampus. Begitu lirik itu terdengar dalam konten video Avril di Tiktok itu, ingatan saya langsung menerawang jauh ke masa saat saya SMP. Masa waktu saya masih suka bermain playstation di rentalan. Waktu itu, seingat saya, jaman-jaman game bola masih edisi Winning Eleven 5, 6, 7, entah yang asli maupun yang versi bajakan, lagu “Sk8er Boi”-nya Avril memang menjadi salah satu soundtrack yang mau tak mau harus kita dengarkan di sesi formasi sesaat sebelum permainan dimulai.

“Sk8er Boi”-nya Avril, “Numb”-nya Linkin Park, “The Reason”-nya Hoobastank, “Bring Me To Life”-nya Evanescence, “Santeria”-nya Sublime, sampai yang paling saya ingat, “Hey Ya!”-nya Outcast memang menghadirkan memori masa lalu yang amat sentimentil utamanya yang berhubungan dengan masa kecil di rental PS.

Ia mengingatkan saya betapa saya pernah, dan mungkin sering, mencuri uang milik orangtua saya hanya untuk bermain PS. Kalak, tindak kriminal level kroco tersebut sedikit banyak tidak saya sesali, sebab melalui jalan kriminal yang saya pikir nggak dosa-dosa amat itu (elah, yang dimaling juga duit bapak sendiri), saya jadi bisa berkenalan dengan banyak musik-musik bermutu.

Banyak lagu-lagu menyenangkan yang akhirnya bisa saya dengarkan sejak dini melalui perantara game Playstation. Selain lagu-lagu soundtrack Winning Eleven di atas, misalnya, saya jadi tahu lagu-lagu seperti “Killer Queen”-nya Queen, “Take Me Out”-nya Franz Ferdinand, sampai “Through the Fire and Flames”-nya DragonForce melalui game Guitar Hero. Permainan Playstation yang sangat pernah amat mahir memainkannya namun kacau saat memainkan gitar versi sesungguhnya.

Mengenang masa lalu, membayangkan masa-masa sekolah dengan segala masalah dan kebahagiannya, masa ketika perkara terbesar hanyalah PR Matematika, rasanya selalu sukses menjadi oase di tengah kehidupan menyebalkan masa sekarang yang entah kenapa penuh dengan cobaan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Saya pikir kita perlu mendengarkan lagu-lagu macam “Dear God”-nya Avenged Sevenfold yang mengingatkan kita akan masa-masa saat masih sering di warnet, atau lagu macam “Always With Me, Always With You”-nya Joe Satriani yang membuat kita ingat dengan masa-masa ketika kita amat antusias dengan sepakbola dengan sering menonton acara One Stop Football di Trans 7.

Kita harus menyadari bahwa salah satu kunci kewarasan dan kebahagiaan kita memang adalah merawat ingatan-ingatan masa lalu yang menyenangkan. Salah satunya melalui musik yang langsung otomatis mengingatkan kita pada masa silam yang menyenangkan itu.

Kebahagiaan itu pula yang saya dapatkan beberapa tahun yang lalu saat menonton salah satu sesi konser di Synchronize Fest pada 2019 lalu dengan bintang tamu band-band yang populer saat saya masih SMP sepert Wali, Radja, ST 12, sampai Kangen Band. Band-band yang menjadi langganan Inbox dan Dahsyat.

“Generasi Covid-19 minggir dulu, generasi flu burung mau lewat,” tulis salah satu orang menanggapi video konser tersebut yang diunggah di Youtube.

Ah, terima kasih, para musisi. Terima kasih.

BACA JUGA Musik Terbaik untuk Joko dan artikel AGUS MULYADI lainnya. 

Exit mobile version