MOJOK.CO – Nadiem Makarim kaget kalau masih banyak rumah yang tidak teraliri listrik dan tidak dapat sinyal di Indonesia. Whaaat? Saya justru kaget kalau beliau kaget.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menerima banyak keluhan tentang kegiatan belajar online. Dalam telekonferensi yang disiarkan pada Sabtu, 2 Mei lewat YouTube, Nadiem mengemukakan permasalahan yang ditemukan dari kegiatan belajar online.
Salah satunya, Nadiem Makarim kaget kalau masih banyak rumah yang tidak teraliri listrik dan tidak dapat sinyal di Indonesia. Dia menyebutkan kalau masih ada kesenjangan dalam pendidikan. Menurutnya, daerah-daerah tersebut perlu diberi perhatian khusus.
Sek..sek…sebentar….
Listrik yang tidak merata ini masalah lawas. Semua orang udah tahu banget banget banget, Pak. Yang malah bikin kaget itu ketika Pak Nadiem Makarim kagetnya baru sekarang. Jangan-jangan Pak Nadiem tidur siang sama Captain America tapi kebablasan sampai 70 tahun, ya?
Pertanyaan yang muncul adalah, apakah Nadiem Makarim tidak mengecek kesiapan rakyat untuk kegiatan belajar online? Apa, sih, yang dibutuhkan rakyat biar biasa belajar online?
Tentunya listrik…dan sinyal internet, bukan? Lagian ini pertanyaan macam apa coba. Sama gampangya mengeja “Ini…ibu…budi.” Kalau mau lebih keren, Pak Nadiem bisa pakai istilah begini: rakyat butuh infrastruktur dan akses. Biar terdengar kayak Pak Jokowi: pembangunan infrastruktur kerja kerja gibah kerja gibah.
Sementara itu, kesenjangan dalam pendidikan juga masalah lawas. Nggak usah antar-pulau deh, satu kabupaten aja jurang kualitas antar-sekolah bisa jomplang kok. Ibaratnya masalah kayak gini dijadiin topik diskusi, wong-wong wis males saking seringnya dibicarain.
Pada titik ini, justru kita bertanya-tanya, apakah pada masa awal Pak Nadiem Makarim terpilih, dia melakukan evaluasi dari Menteri sebelumnya nggak, ya?
Kalau di setiap periode, pemerintahan membicarakan hal yang sama, ya tidak ubahnya kayak kaset rusak. Tidak ada bedanya siapa pun yang menjadi menteri kalau masalah yang dibahas selalu sama. Artinya, nggak ada perkembangan.
Dunia pendidikan memang masih punya banyak masalah. Bergerak maju hanya jadi angan kalau masalah klasik tidak kunjung selesai. Apalagi kalau mau mengikuti keinginan Pemerintah yang bergerak sesuai semangat Revolusi 4.0 atau apalah itu.
Pemerintah selalu memasukkan istilah “4.0” dalam program sebagai pertanda kesiapan Indonesia menghadapi tantangan dunia digital. Tapi, kalau masih kaget ada daerah tanpa aliran listrik, ya itu cuma angan.
Revolusi 4.0 kok oglangan, mah kepiye.
Kekagetan Nadiem Makarim, entah pure kaget atau berusaha ngeles, menunjukkan bahwa lagi-lagi Pemerintah hanya latah dalam menjalankan program. Negara-negara lain pakai kuliah online, langsung ikut-ikut, padahal infrastruktur dibilang ampas saja belum.
Indonesia belum siap sama yang bau-bau digital, makanya jangan dipaksain. Bangun semua dari dasar dulu, seperti infrastruktur, pemerataan akses, dan kesiapan rakyat. Yang paling penting, cek kesiapan rakyat, Pak Nadiem, nggak sekadar kaget doang.
Pemerintah sebaiknya bertindak sesuai prosedur yang berlaku. Cek kesiapan, siapkan program, luncurkan jika mampu. Kalau belum, cari alternatif lain. Jangan latah ikut-ikutan tren, malah kayak orang kalap beli Gundam.
Baca Juga One Piece Mungkin Ceritanya Bermasalah, tapi Naruto Jelas-jelas Sampah dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.