Kaliurang sempat jadi primadona bagi warga Sleman. Terutama mereka yang tinggal di Sleman sisi utara. Lokasinya yang nggak begitu jauh membuat orang-orang menjadikan tempat ini sebagai tempat healing favorit.
Bagi yang belum tahu, Kaliurang adalah kawasan wisata yang terletak di sisi utara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di kaki Gunung Merapi. Secara administratif, kawasan ini berada di Hargobinangun, Pakem, Sleman. Di Kaliurang banyak sekali spot wisata. Mulai dari Tlogo Putri, Gardu Pandang, Taman Kaliurang, Tankaman Natural Park, dan Nawang Jagad. Itu mengapa kawasan ini kerap jadi alternatif melepas penat bagi banyak orang.
Akan tetapi, itu semua dahulu. Kini warga lokal mulai malas ke sana. Selain makin banyak pilihan tujuan wisata lain, Kaliurang sekarang sudah berubah. Tidak seperti yang dahulu.
Kaliurang tidak lagi dingin, padahal itu yang dicari warlok
Salah satu daya tarik Kaliurang adalah hawanya yang dingin khas kawasan kaki gunung. Bagi mereka yang sehari-hari merasakan panasnya Jogja, hawa dingin jelas jadi daya tarik wisata yang menarik. Apalagi, di sana ada banyak pilihan kuliner yang cocok sambil menikmati dingin. Sebut saja berbagai jenis sate, ronde hingga, jagung bakar, kacang, dan berbagai rebus-rebusan. Semua itu bisa dinikmati dengan harga terjangkau.
Akan tetapi, Kaliurang kini sudah tidak sedingin dahulu. Memang lebih dingin dibanding daerah-daerah lain di Jogja. Hanya saja, perbedaannya tidak begitu signifikan. Itu mengapa orang-orang kadang mulai malas ke sana. Kalau sekadar menikmati kuliner seperti sate, ronde, hingga jagung bakar itu juga bisa dilakukan di tempat lain. Sekali lagi, yang membuat makanan itu berkesan karena disantap di udara dingin.
Baca halaman selanjutnya: Aksesnya ramai …
Aksesnya ramai minta ampun, terutama di akhir pekan dan musim liburan
Tentu saja kawasan wisata yang ramai di akhir pekan atau musim liburan adalah kabar baik. Artinya, orang-orang dengan senang hati akan mengeluarkan uang. Roda ekonomi akan berputar di kawasan wisata dan sekitarnya. Di tengah kondisi ekonomi yang sedang carut-marut, ramainya kawasan wisata jelas jadi hal yang patut dirayakan.
Akan tetapi, bagi warga lokal, biarlah wisatawan dari luar daerah yang menikmati Kaliurang di momentum terlebih dahulu. Sebab, rasanya nggak sanggup melihat jalanan Kaliurang yang ramainya minta ampun di saat akhir pekan maupun libur panjang.
Bayangkan saja kendaraan kalian mesti bersaing dengan mobil dan bus di Jalan Kaliurang yang tidak terlalu lebar itu. Memang ada akses lain untuk ke sana, tapi kebanyakan tidak selebar Jalan Kaliurang. Jalan alternatif pun juga padat saat akhir pekan atau libur panjang.
Akses ke sana hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi
Minimnya akses transportasi umum ke Kaliurang jadi satu hal yang sangat disayangkan. Tidak hanya oleh wisatawan, tapi juga warga lokal. Sebab, tidak semua warlok punya kendaraan pribadi. Selain itu, transportasi umum akan sangat membantu mereka yang rumahnya jauh, tapi pengin berwisata ke Kaliurang. Mereka tidak perlu capek-capek nyetir kendaraannya.
Ada sih kendaraan umum berupa TransJogja, tapi kendaraan ini hanya melayani hingga Pasar Pakem. Sementara Pasar Pakem ke jantung kawasan Kaliurang masih jauh, kurang lebih 8 km atau sekitar 16 menit menggunakan kendaraan. Konon katanya ada angkutan yang mengangkut dari Pasar Pakem hingga pusat Kaliurang, tapi nasibnya entah bagaimana sekarang.
Padahal, dahulu, ada transportasi umum yang melayani hingga pusat kawasan Kaliurang. Namanya bus baker. Saking ikoniknya, bus ini begitu dirindukan oleh warlok. Salah satu tulisan Mojok pernah membahasnya dalam tulisan berjudul Mengenang Bus Baker yang Legendaris: Andalan Warga Jogja Buat Mengarungi Kaliurang yang Kini Tinggal Nama. Seandainya bus itu “bangkit” kembali, pasti akan banyak orang memanfaatkannya.
Itulah beberapa alasan yang membuat warlok, termasuk warlok Sleman, malas berwisata ke Kaliurang. Sebenarnya bukan objek wisatanya yang nggak menarik atau bikin malas. Kawasan wisata di Kaliurang justri bisa beradaptasi dengan zaman. Misalnya, semakin banyak ditemui kafe estetik hingga minizoo.
Hanya saja, tempat wisata tidak bisa berdiri sendiri. Ia tetap perlu didukung serentet faktor yang membuat orang-orang wisatawan memutuskan berkunjung atau tidak. Sayangnya, faktor itu tidak dimiliki Kaliurang.
Apakah itu kemudian membuat kawasan wisata ini tidak layak untuk dikunjungi? Tentu saja tidak, kawasan wisata ini tetap saja primadona, apalagi bagi wisatawan atau orang yang belum pernah ke sana.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Penjaga Warung Madura Membeberkan 5 Hal Sepele yang Menentukan Kesuksesan Warung dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.
