9 Tokoh yang Layak Jadi Calon Ketum PBNU

Ada 9 tokoh nasional yang layak untuk didorong jadi calon Ketum PBNU. Jika nggak bisa tahun ini, ya buat periode ke depan laaaah~

MOJOK.COBeberapa bulan ke depan, Muktamar NU akan diselenggarakan. Nama-nama calon Ketum PBNU pun sudah bermunculan. Nah, kami coba memaparkan 9 tokoh yang layak.

Jika dalam khasanah politik Indonesia bursa calon presiden untuk 2024 baru nongol belakangan-belakangan ini, dalam Nahdliyin universe aroma “politik” pemilihan sudah sangat riuh dengan isu calon Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Calon Ketum PBNU sendiri akan dipilih dalam pemilihan suara pada Muktamar NU ke-34 yang rencananya akan digelar di Lampung 23-25 Desember 2021 besok. Dalam Muktamar NU sendiri, selain soal pemilihan calon Ketum PBNU, ada juga pemilihan Rais Aam PBNU.

Namun, karena pemilihan Rais Aam PBNU dipilih pakai metode ahlul halli wal aqdi (Ahwa) alias memakai jalur mufakat antara perwakilan ulama-ulama sepuh di seluruh Indonesia, maka hype Rais Aam tidak bakal bisa menandingi pemilihan calon Ketum PBNU.

Nah, dalam rangka memeriahkan hajat empat tahunan PBNU ini, MOJOK akan mencoba menyusun 9 tokoh nasional yang layak jadi calon Ketum PBNU. Kenapa 9? Hayaaa ini menyesuaikan dengan lambang 9 bintang pada logo Nahdlatul Ulama. Ngepasin aja.

K. H. Said Aqil Siraj

Calon pertama tentu saja muncul dari sosok K.H. Said Aqil Siraj. Sebagai incumbent Kiai Said Aqil jelas merupakan calon terkuat.

Apalagi sudah dua periode Kiai Said Aqil jadi Ketum PBNU, sehingga rasanya butuh kejadian luar biasa untuk mengalahkan Kiai Said Aqil Siraj dari posisinya. Jika Kiai Said Aqil Siraj menang lagi, salam tiga periode layak dikumandangkan sebagai wujud euforia bagi warga Nahdliyin.

Gus Yahya Cholil Staquf

Calon kuat berikutnya ada pada sosok Gus Yahya Cholil Staquf. Apalagi yang bersangkutan sudah declare ke publik kalau memang mau mencalonkan diri.

Kehadiran Gus Yahya juga menjadi penyegaran baru dalam bursa pemilihan calon Ketum PBNU. Apalagi beliau cukup dikenal oleh santri di Indonesia sebagai kreator Terong Gosong. Sebuah situs yang sudah menjamah kaum intelektual dengan penuh guyon ala pemuda-pemudi Nahdliyin di seluruh Nusantara.

K.H. Marzuki Mustamar

Jika dari Jawa Barat ada Kiai Said Aqil, Jawa Tengah ada Gus Yahya, maka dari Jawa Timur ada nama K.H. Marzuki Mustamar. Ketua PWNU Jatim ini bisa menjadi calon poros ketiga yang bisa menganggu stabilitas suara Kiai Said ataupun Gus Yahya.

Terutama Kiai Marzuki berasal dari daerah dengan jumlah warga Nahdliyin terbanyak di seluruh Indonesia (bahkan mungkin dunia), yakni Jawa Timur. Tidak sekadar terbanyak malah, tapi juga dikenal paling fanatik.

Lah wong konon di Jawa Timur (terutama di daerah Madura) agama yang diakui sampai ada tujuh, tidak enam seperti daerah lain di Indonesia. Ada Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Kong Hu Cu, dan Muhammadiyah.

Gus Yaqut Cholil Qoumas

Sebagai Menteri Agama, Gus Yaqut memang tidak akan mencalonkan diri sebagai calon Ketum PBNU, terutama karena kakak beliau sudah mendeklarasikan diri mencalonkan diri lebih dulu. Meski begitu, kalau mau ngomong layak apa tidak layak, ya Gus Yaqut jelas layak kalau misalnya berkenan mencalonkan diri.

Apalagi jabatannya di Kementerian Agama, meski pakai embel-embel agama, sebenarnya kan masih ngurusi administrasi agama secara keduniawian saja, sedangkan kalau Gus Yaqut mau ngurus PBNU dengan jadi ketumnya kan beliau juga bisa ngurusi dunia dan akhirat, hehe.

K.H. Anwar Zahid

Nama Kiai Anwar Zahid memang bakal mengejutkan Anda sekalian. Apa urusannya mubalig kondyang seperti Kiai Anwar Zahid kok dimasukin ke daftar ini?

Lho? Lho? Tunggu dulu, kami bisa jelaskan.

Jika misalnya (ini misalnya aja) Kiai Anwar Zahid secara ajaib bisa jadi calon Ketum PBNU atau bahkan jadi Ketum PBNU sekalian, kami yakin beliau akan membuat birokrasi di PBNU lebih simpel dan tidak bertele-tele.

Ya iya dong, dengan mantra ajaibnya, “Qulhu ae, lek!” Kiai Anwar Zahid pasti bisa membuat PBNU mengalami akselerasi di segala bidang. Dari sana juga sudah menunjukkan betapa beliau sudah punya visi soal percepatan di segala aspek.

Lah piye? Wong, dalam urusan bacaan surat di salat aja bisa cepet, apalagi di urusan birokrasi PBNU.

Gus Ulil Abshar Abdalla

Sebagai intelektual muda, sudah seharusnya nama Gus Ulil Abshar Abdalla masuk ke dalam bursa calon Ketum PBNU. Oke lah, Gus Ulil memang sempat menjadi nama yang disingkirkan dalam Muktamar NU ke-32 pada 2010 lalu. Saat itu, Gus Ulil dicap liberal banget sehingga dinilai tidak sesuai dengan nafas NU.

Meski begitu, reputasi Gus Ulil sudah beransur-angsur membaik lagi dalam beberapa tahun ke belakang. Bahkan beliau disebut sudah “tobat” meski yang bersangkutan tidak menganggap itu sebagai pertobatan tapi menganggapnya sebagai laku intelektual dan laku spiritual yang perlu dijalani.

Dengan membaiknya reputasi Gus Ulil, bukan tidak mungkin di masa mendatang Gus Ulil bisa layak menjadi calon Ketum PBNU. Kalau untuk sekarang, kayaknya sih masih sulit, apalagi beliau juga masih sibuk dengan road show (meski via online aja sih) untuk ngaji dan mengkaji kitab Ihya Ulumuddin yang belum ada acara syukuran khatamannya itu.

Gus Irfan Nuruddin

Sebagai “Wali Sarung” dengan merek menasional seperti Lar Gurda, Gus Irfan Nuruddin layak juga masuk bursa untuk jadi calon Ketum PBNU. Sudah begitu Gus Irfan juga dikenal cukup punya relasi cukup luas. Suka silaturahmi dengan komunitas ToSky (Tour Sowan Kiai) Belum dengan twit-twit-nya atau status Facebooknya yang sering ramai.

Apalagi Lar Gurda yang digagas oleh Gus Irfan sendiri kan sebenarnya merupakan pengejewantahan paling sip soal “Al-muhafazhatu ‘ala qadimis-shalih. Wal akhdzu bil-jadiidil-ashlah”. Nguri-uri tradisi yang baik, dan berinovasi dalam hal baru yang lebih baik.

Dari batik yang sudah menjadi tradisi yang baik, berinovasi dengan sarung sebagai perangkat untuk ibadah (hal yang lebih baik). Bahkan tidak hanya baik, tapi juga jadi tren.

Benar-benar sangat NU sekaleee.

Habib Husein Ja’far

Jika boleh menilai, irisan jamaah yang dimiliki Habib Husein Ja’far dalam tajuk “Pemuda Tersesat” itu sebenarnya orang-orang yang sangat NU sekali. Setidaknya NU kultural yang merupakan generasi milineal atau Gen-Z.

Agak sulit masuk dalam bayangan kita soalnya, kalau ada jamaah Muhammadiyah yang sangat ketat soal kesalehan dan kehati-hatian masuk ke logika umat “Pemuda Tersesat”. Rasanya kayak beda kutub gitu.

Apalagi hampir setiap hari Habib Husein menerima pertanyaan-pertanyaan unik lewat “Pemuda Tersesat”, jadi bisa dibilang Habib Husein ini tiap saat selalu bikin bahtsul masail kecil-kecilan via online. Oke deh, kadang pertanyaan-pertanyaan yang nongol suka nggak mutu, tapi kan jawaban dari Habib Husein tetep aja serius, ada dasarnya pula.

Nah, dengan meningkatnya jamaah “Pemuda Tersesat” hal ini menunjukkan bahwa Habib Husein sangat cocok untuk kelompok Nahdliyin muda di daerah-daerah urban. Sekaligus menjadi tanda bahwa umat ini sedang makin meningkat popularitasnya.

Lebih-lebih, kemampuan Habib Husein dalam merangkul pemuda-pemuda muslim perkotaan ini cukup jarang dimiliki calon-calon Ketum PBNU lainnya. Apalagi ini belum ditambah, hanya beliau lho satu-satunya yang “Habib” di daftar ini.

Waiki. Wani po sampean? Yen aku sih prei.

Gus Savic Ali

Nama terakhir ada sosok Gus Savic Ali. Founder sekaligus Direktur Islami.co dan NU online. Sosok yang sangat aktif dalam memperjuangkan narasi Islam toleran di ranah siber. Melihat kiprah beliau dalam meramaikan bacaan-bacaan masyarakat Nahdliyin di dunia siber, maka layak lah kalau beliau dimasukkan ke dalam daftar ini.

Apalagi sudah bertahun-tahun beliau ini punya jabatan kultural di kalangan jamaah Nahdliyin online, yakni: Ketua PBNU Online. Sebuah jabatan prestisius dan tak tergantikan.

Hebatnya lagi, jika Ketum PBNU yang offline perlu dibikinkan Muktamar NU sampai harus dilakukan pemilihan langsung ketika acara, Gus Savic Ali bahkan tak perlu melakukan itu semua. Apalagi, jika Ketum PBNU offline dibatasi masa jabatannya, Gus Savic menjabat Ketua PBNU online tak terbatas masa jabatannya.

Bener-bener Ketua PBNU abadi.

Online tapi.

BACA JUGA Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Begitu pun Warga NU dan tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Exit mobile version