5 Cuti Tambahan yang Seharusnya Ada untuk Mendukung Jiwa-jiwa Pekerja Rapuh

Selain cuti bersama, cuti haid, cuti melahirkan, pekerja seharusnya berhak libur di momen-momen tertentu dalam hidupnya.

5 Cuti Tambahan yang Seharusnya Ada untuk Mendukung Jiwa-jiwa Pekerja Rapuh cuti bersama cti haid hak cuti pekerja

MOJOK.CO Cuti bersama, cuti haid, dan libur tambahan lain buat pekerja kayaknya emang masih kurang. Kami butuh lebih banyak day off demi work life balance!

Teriak-teriak work life balance pun percuma jika ujung-ujungnya kita nggak bisa menikmati hidup karena nggak pernah punya libur kerja. Selain cuti tahunan yang rutin diberikan kepada pekerja, sebenarnya ada cara “liburan” lain yang bisa digunakan pekerja untuk tidak bekerja. Contohnya aja kayak cuti haid, cuti bersama habis Hari Raya, cuti melahirkan, dan lain-lain.

Sebagai generasi yang belum cepat puas, alangkah baiknya kita menawar agar libur yang kita dapat bisa lebih banyak. Ini demi menguatkan jiwa-jiwa pekerja rapuh yang gampang oleng dalam suatu momen di hidup mereka. Lho, ini penting! 

Demi kemaslahatan kalian dan saya sendiri, saya mengusulkan beberapa cuti tambahan yang seharusnya dimiliki pekerja. Kalian perlu setuju dengan hal ini. Ingat kata Pak Jokowi, “Perasaan ini tolong sama. Kita harus sama perasaannya kalau ada yang berbeda satu saja sudah… bahaya.”

#1 Cuti ketika tim bola kesayangan kalah

Saya lagi nggak mau nyenggol fans Manchester United yang tempo hari dibantai. Nggak kok. Ngejek aja dikit.

Kebayang nggak kalau habis MU kalah, fansnya kemudian boleh berlibur sama merayakan kesedihan? Nggak cuma berlaku buat MU deh, fans tim-tim bola yang bakal kalah dalam waktu ke depan juga butuh waktu merenung.

Ini sungguh sebuah dukungan moral yang selama ini kaum pekerja harapkan. Menanggung malu setelah tim kesayangan kalah itu perasaan yang begitu berat untuk dilalui. Apalagi, telinga para pekerja bukan telinga portable yang bisa pura-pura ditinggal di rumah hanya karena nggak tahan menghadapi ejekan di kantor nanti. Sumpah, rasanya kayak pengen jadi manusia invisible yang bisa menghilang. Nggak kuat rasanya tim kesayangan di-bully habis-habisan. 

Nah, kalau usai tim bola kesayangan kalah lalu pekerja dapat cuti, kan enak. Simpel. Mereka bisa kembali masuk kerja saat isu dan hinaan itu mereda.

#2 Cuti kematian hewan peliharaan

Sudah bukan masanya lagi memperdebatkan bahwa hewan peliharaan itu cuma hewan. Beberapa pemilik menganggap mereka sebagai bagian keluarga sendiri. Jika ada salah satu peliharaan yang meninggal dunia, sudah seharusnya pekerja boleh cuti berduka. Bebas menangis seharian lalu kembali produktif esok hari adalah yang kita butuhkan untuk saat ini.

#3 Cuti nonton episode terakhir drakor dan series

Saya ingat betul saat episode terakhir Game of Thrones ditayangkan di HBO pada Senin pagi kala itu. Saya dan sebagian kawan-kawan di kantor rasanya nggak mood kerja. Selain karena ending-nya jelek, kami berduka karena minggu depan sudah nggak ada lagi series seru yang bisa ditonton bersama-sama.

Ini begitu berat dilalui. Apalagi, Game of Thrones tayang di jam-jam aktif kerja dan kami harus mengerjakan beberapa deadline di malam hari biar paginya agak santai. Jiwa raga pekerja tidak diciptakan untuk menerima beban seberat ini. Bayangin deh, bayangin aja. Kalau udah dibayangin ya udah.

Pokoknya pekerja perlu dikasih cuti “season finale” di setiap serial, drakor, dan tayangan seru yang mereka tonton. Masa sih tambahan cuti cuma dapat cuti bersama sama libur hari nasional. 

Menyaksikan episode terakhir itu juga sebuah momen penting dalam hidup pekerja. Di satu sisi mereka bersemangat untuk nonton, di sisi lain mereka bersedih karena bakal kehilangan hiburan. Perasaan campur aduk ini kalau dibawa buat kerja, output-nya nggak bagus.

#4 Cuti patah hati

Nggak perlu dijelasin lebih detail kenapa orang yang lagi patah hati kayak diliburkan dan dibebastugaskan. Apalagi kalau hubungannya diakhiri dengan cara yang buruk. Alamak, mau ambil cuti tahunan nggak bisa mendadak. Mau unpaid leave, tapi masih miskin. Pekerja yang sedang patah hati itu hidup dengan penuh dilema.

Belum lagi, mereka juga butuh waktu buat bangkit dan yakin bahwa mereka bisa cari pacar lagi. Lha kamu pikir gampang dapat pacar? Seringnya, cinta itu hadir dan berakhir tidak berbalas. Begitu menemukan berbalas, lha kok hubungannya berjalan tidak mulus dan akhirnya kandas. Ah, nggak kebayang deh. Setidaknya pekerja yang patah hati butuh cuti tambahan minimal 5 hari kerja. Periodt.

#5 Cuti konser

Ketika cuti-cuti lainnya mengarahkan pekerja untuk menghayati waktu-waktu sulit mereka, cuti yang satu ini justru sebaliknya. Pekerja seharusnya boleh berlibur dengan alasan cari hiburan. Kita nggak pernah tahu kalau ternyata suatu hari nanti BTS mengadakan konser dadakan. Siapa tahu juga, Adele tiba-tiba lagi pengin liburan ke Bali dan bikin gigs kecil-kecilan di Ubud. Wah, hal-hal macam ini nggak bisa ditunda.

Belum lagi kalau ada festival yang dihadiri banyak musisi lokal berkualitas. Seharusnya ada kompensasi buat pekerja yang mencintai konser-konser macam ini. Secara tidak langsung, manajemen kantor mendukung karyawan untuk perbaikan kualitas hidup dengan musik. Sesuatu yang baik macam ini perlu didukung. Cuti bukan hanya untuk merayakan kesedihan, tapi juga buat bergembira.

Dachlach, nggak usah pada protes. Mendingan kita teguh pendirian untuk merancang cuti-cuti tambahan ini sebagai bagian dari undang-undang. Daripada terus-terusan menunggu masa cuti bersama hanya untuk berkumpul bersama keluarga, pekerja harus punya me time juga. 

Memanjakan pekerja itu dapat pahala. Mohon seluruh bos di Indonesia camkan hal ini. Salam cinta dan work life balance.

BACA JUGA Hak Cuti Haid, Bukti Indonesia Pernah Progresif pada Suatu Masa dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version