4 Penjual Ayam Geprek Red Flag yang Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Nyesek

4 Penjual Ayam Geprek Red Flag yang Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Nyesek Mojok.co

4 Penjual Ayam Geprek Red Flag yang Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Nyesek (unsplash.com)

Salah satu kuliner yang wajib dicicipi penggemar makanan pedas adalah ayam geprek. Apalagi bagi mereka yang tinggal atau mampir di Jogja. Masak iya penggemar pedas tidak mencicipi ayam geprek di tanah kelahirannya. 

Sedikit informasi, pelopor masakan satu ini adalah warung ayam geprek Bu Rum sejak 2003. Menu makanan ayam tepung yang ditumbuk bersama cabai, bawang putih, dan garam itu begitu populer hingga akhirnya menjamur di mana-mana. Tidak hanya di Jogja, tapi juga di berbagai daerah lain. 

Persoalannya, semakin populer dan viral suatu makanan, semakin beragam pula inovasinya. Memang inovasi suatu makanan tidak bisa terhindarkan. Namun, beberapa perubahan rasanya terlalu jauh. Sulit diterima penggemar ayam geprek. Teman-teman saya yang penggemar berat makanan ini kerap mengeluhkan perkembangan ayam geprek yang muncul akhir-akhir ini. 

#1 Sambal hanya dioleskan di atas ayam 

Ini salah satu hal yang banyak dikeluhkan teman-teman saya. Saat ini semakin banyak penjual yang tidak mencampurkan sambal dengan ayam tepungnya. Ayam tepung memang digeprek, tapi tidak tercampur sempurna dengan bumbu pedasnya. Bahkan, beberapa penjual yang hanya mengoleskan sambal di atas ayam yang sudah digeprek. 

Kuliner yang keluar dari pakemnya memang jadi hal biasa. Apalagi ketika suatu makanan diadopsi di daerah lain. Namun, untuk kasus yang satu ini, banyak teman saya tidak bisa menerima. Sebab, esensi dari ayam geprek adalah ayam yang digeprek bersama bumbu. Keduanya tidak bisa dan tidak boleh dipisahkan. 

#2 Tepung pada ayam yang tidak matang

Kesalahan yang satu ini juga sering dilakukan penjual. Tepung pada ayam kerap kali belum matang sempurna. Dari luar mungkin terlihat baik-baik saja. Terlihat crispy dan enak. Namun, ketika disantap, masih ada rasa tepung tersisa. 

Kesalahan seperti ini biasanya terjadi karena penjual terlalu terburu-buru dan kurang cermat ketika menggoreng.  Selain itu, bisa juga ayam dilumuri tepung yang terlalu tebal sehingga sulit matang sempurna. 

Baca halaman selanjutnya: #3 Ayam geprek …

#3 Ayam geprek tidak didampingi kuah

Ini keluhan yang kerap disampaikan teman-teman saya. Mereka menyesalkan kenapa penjual tidak menyediakan kuah sebagai pendamping. Banyak penjual hanya menyajikan ayam, nasi, dan kadang lalapan. Sajian semacam ini terasa begitu kering dan bikin seret. Pengalaman kuliner jadi kurang nikmat. 

Maklum saja, referensi mereka adalah warung Bu Rum. Selain ayam geprek, warung makanan ini biasanya menyediakan kuah. Beberapa jenis kuah yang sering dipesan adalah kuah tongseng, gulai, sop. Mereka merasa, kalau tidak ada makanan pendamping ini rasanya ada yang kurang. 

#4 Inovasi ayam geprek berlebihan

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, inovasi pada makanan itu sah-sah saja. Namun, ada beberapa inovasi yang masih sulit diterima karena terlalu aneh. Misalnya, teman-teman saya sangat menolak inovasi ayam geprek menggunakan keju mozarela. Menurut mereka, keju tidak cocok berpadu dengann pedasnya ayam.

Satu hal lagi yang sering bikin kesal teman-teman saya. Namanya saja warung atau menunya ayam geprek, tapi bahan yang digunakan hanya ayam biasa, bukan ayam tepung. Ini mah lebih cocok disebut ayam penyet. Sayangnya, banyak orang salah kaprah tentang hal ini. Dikira semua ayam yang digeprek kemudian bisa disebut sebagai ayam geprek.

Di atas beberapa warung ayam geprek red flag yang sebaiknya dihindari pembeli. Apalagi pembeli dari Jogja yang terbiasa dengan warung Bu Rum, Bu Made, Bu Rini yang kualitas dan keasliannya nggak perlu diragukan lagi.   

Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sulitnya Jadi Penjual Warteg: Sehari-hari Siapkan Menu Enak dan Murah, tapi Kerap Kurang Dihargai Pembeli dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version