3 Strategi Personal Branding di Media Sosial yang Seharusnya Anda Lakukan

personal branding Anak Hilang Selama 5 Tahun Ditemukan lewat Twitter hanya Dalam 2 Hari mojok.co

antisosial jarang online kemewahan sederhana bikin bahagia keuntungan puasa media sosial efek negatif media sosial whatsapp twitter instagram komentar negatif netizen susah tidur mojok.co

MOJOK.CODi era digital, membangun personal branding bisa dilakukan melalui akun media sosial. 

Di zaman ketika banyak pemberi pekerjaan menyeleksi calon karyawannya justru bukan melalui CV yang mereka kirimkan, melainkan dari profil media sosial mereka, maka semakin tak bisa dimungkiri lagi bahwa peran akun media sosial kian penting sebagai instrumen pembangun personal branding.

Akun media sosial kini bukan lagi sekadar platform untuk bersenang-senang belaka, lebih dari itu, akun media sosial sudah benar-benar menjelma menjadi representasi diri seseorang, ya di dunia maya, maupun dunia nyata.

Sayangnya, tak banyak orang yang memerhatikan hal ini. Banyak orang yang sebenarnya punya potensi yang besar untuk mengembangkan personal branding melalui akun media sosial miliknya namun ia justru mengabaikannya.

Nah, jika kalian memang sedang ingin membangun personal branding, maka salah satu hal yang paling masuk akal untuk dilakukan adalah mengoptimasi akun media sosial, sebab itulah yang menjadi gerbang utama bagi seseorang untuk bisa memperkenalkan diri kepada orang lain melalui internet.

Selayaknya membangun reputasi, tentu saja membangun personal branding yang mantap di media sosial juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun demikian, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mempercepat hasil personal branding yang dioptimasi di media sosial.

Menjelaskan diri di bio

Ini hal yang sangat sederhana namun banyak orang melewatkannya. Bio akun media sosial, baik Facebook, Twitter, maupun Instagram adalah stopping point bagi orang-orang saat mereka mampir ke sebuah akun media sosial. Karena itulah, bio media sosial seharusnya bisa menjelaskan dengan baik, siapa sosok yang ada di balik akun tersebut.

Tuliskan dengan singkat namun jelas, apa profesi, skill, atau bisa juga spesialisasi yang dimiliki. Tuliskan juga apa yang bisa ditawarkan kepada orang-orang. Hal tersebut agar keterangan tersebut bisa dikutip sebagai atribusi di banyak media dan platform.

Sebagai contoh, media sosial, saya menuliskan bio saya sebagai “Blogger dan penulis yang bekerja di sebuah media bernama Mojok”, bio tersebut sudah sangat menjelaskan siap saya dan skill yang saya punya.

Ketika ada satu atau dua twit saya ternyata viral dan kemudian dikutip oleh media, maka atribusi pada bio itulah yang nantinya akan dipakai oleh media, dan itu sangat membantu impresi branding kita utamanya di internet.

Saat saya menuliskan kisah saya mendapatkan kiriman paket misterius secara COD, misalnya, Kompas kemudian mengutip kisah saya itu dan kemudian menyematkan atribusi “blogger” untuk menjelaskan siapa saya.

“Kejadian ini dialami oleh blogger Agus Mulyadi…” begitu tulis Kompas.

Pada titik inilah atribusi yang dituliskan pada bio menjadi sangat penting, sebab tanpa atribusi pada bio, status atribusi kita ketika dikutip oleh media menjadi hanya sekadar “netizen”. Dan tentu saja, “netizen” bukan personal branding yang bagus.

Mengunggah konten yang berkaitan dengan skill yang dikuasai

Sebagai penulis, saya terbiasa mengunggah beberapa karya tulisan saya di media sosial. Hal tersebut bukan hanya semata sebagai konten, namun juga pesan kepada para pengikut saya di media sosial, bahwa saya seorang penulis. Saya seperti ingin mengatakan kepada mereka, “Ini lho tulisan saya.”

Hal ini penting dalam sebuah upaya membangun personal branding. Orang butuh dikenal atas sesuatu yang menjadi spesialisasinya, yang menjadi keahliannya, sebab dari situlah personal branding dibangun.

Kalau Anda dokter, sering-seringlah mengunggah postingan tentang edukasi seputar dunia kesehatan. Kalau Anda seorang pegiat otomotif, sering-seringlah membagikan informasi-informasi seputar dunia otomotif. Kalau Anda seorang pakar hukum, sering-seringlah menanggapi isu-isu terkini dalam sudut pandang hukum.

Intinya, aktifnya memberikan konten yang berhubungan dengan skill yang dikuasai.

Memposting acara atau kegiatan

Memposting acara baik poster maupun saat kegiatannya di mana Anda terlibat di dalamnya janganlah diartikan sebagai pamer, namun justru harus diniatkan sebagai usaha untuk memberikan pesan kepada orang-orang bahwa Anda memang seorang profesional di bidang tersebut, sehingga Anda layak untuk dilibatkan dalam acara tersebut.

Terlibat dalam acara, misal talkshow atau seminar merupakan salah satu bukti bahwa Anda dipercaya untuk memberikan pemaparan tentang apa yang Anda kuasai.

Hal tersebut secara tidak langsung akan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada orang-orang yang ingin atau akan menggunakan jasa Anda.

BACA JUGA WhatsApp Sekarang Jadi Medsos yang Bikin Capek Lahir Batin dan artikel AGUS MULYADI lainnya. 

Exit mobile version