Saya pencinta mie ayam garis keras. Kuliner tersebut mengalir dalam darah saya. Tapi mie ayam bakso, sumpah, saya benci kuliner itu dengan segenap jiwa.
Oke, kalian pasti bertanya-tanya, kenapa hanya karena ditambah bakso, saya jadi benci. Masalahnya, mie ayam bakso itu tak sesederhana kuliner A ditambah kuliner B. Bagi saya, ini kompleks. Saya jarang dapat kepuasan kalau sudah dicampur bakso. Saya jauh lebih suka makan mie ayam tanpa bakso, karena banyak alasan yang bagi saya penting.
Bagi kalian yang beneran bingung kenapa saya mengutuk kuliner ini, sebagai orang Wonogiri yang bikin saya lumayan otoritatif menilai kuliner ini, berikut alasan saya.
Kuah baksonya ikut dicampur ke mie ayam
Saya sering menemukan rasa mie ayam bakso yang saya beli itu hambar. Hambarnya karena apa, karena kuah baksonya ikut dituang ke mie ayam. Ya jelas remuk lah rasanya. Orang mie ayam itu udah punya pakem rasanya, kenapa pake dituang kuah?
Padahal bisa banget lho baksonya ditirisin dulu, tanpa ada kuahnya, langsung masuk mi ayam. Atau dipisah kayak cara Titoti. Kalau di Titoti, saya baru berani pesen mi ayam bakso karena memang ditaruh di wadah yang berbeda. Pengalaman makan kulinernya jadi nggak terganggu.
Baksonya nggak enak
Ini juga yang bikin saya nggak yakin sama kuliner ini. Saya tuh heran, misal di warung A, saya makan baksonya enak, mie ayamnya juga enak, tapi kenapa bakso yang dijadikan tambahan bisa bener-bener beda?
Kadang, baksonya kayak nggak kenyal sama sekali. Sekali digigit, hilang. Kayak nggak ada perlawanan gitu. Padahal nek beli baksonya, rasanya bisa beda. Padahal kan orang makan bakso kan yang dicari sensasi dan teksturnya ya.
Kalau dibedain gini, kok rasanya kayak ketipu ya. Mana harga makanannya bisa beda jauh lagi.
Baca halaman selanjutnya












