Mau Pemilu, Ayo Lemesin Dulu dengan Nonton 7 Film Korea Bertema Politik Berikut Ini

film korea bertemakan politik

Ilustrasi 7 film Korea bertemakan politik yang cocok ditonton jelang pemilu (Mojok.co).

MOJOK.CO – Dunia politik seringkali bikin urat saraf kaku. Perdebatan tak berujung, gontok-gontokan argumen di media, hingga berita rebutan kekuasaan jelang tahun politik seakan jadi makanan sehari-hari.

Namun, tontonan-tontonan bertema politik di bawah ini enggak bakal bikin kalian tegang mikirin politik dalam negeri. Industri hiburan Korea, melalui film-filmnya, memang cukup berhasil ngasih tontonan berbau politik tapi tetap memastikan saraf kita enggak kaku.

Nah, buat kalian yang tertarik mantengin drama intrik politik tapi tetap santai, daftar tujuh film Korea bertema politik berikut ini bisa jadi pilihan. Beberapa di antaranya bahkan terinspirasi oleh kejadian nyata.

#1 Joint Security Area (2000)

Rekomendasi pertama berjudul Joint Security Area, yang bercerita tentang konspirasi politik di Semenanjung Korea, dan diangkat dari sebuah novel karya Park Sang Yeong berjudul DMZ.

Film yang rilis tahun 2000 ini mengisahkan tentang kasus yang terjadi di sepanjang “Jembatan Tanpa Pengembalian” di Panmunjom, zona demiliterisasi Korea Utara dan Korea Selatan.

Seorang penjaga perbatasan, terbunuh oleh senapan dari penembak jitu yang dicurigai adalah tentara Korsel bernama Lee Soo-hyeok (diperankan Lee Byung Hun), yang saat itu ditemukan tengah terluka di tanah lapang.

Kejadian ini pun berakibat fatal. Pasalnya, dianggap sebagai tindakan provokasi dari kedua belah pihak. Baik Korut maupun Korsel lantas meminta otoritas negara netral (NNSC) untuk menyelidiki kasus tersebut. Seorang kapten tentara perempuan Swiss, Mayor Sophie Jean (diperankan Lee Yeong Ae) pun dikirim ke Panmunjom.

Lantas, apa saja kebenaran yang ditemukan Sophie Jean?

Film ini semakin menarik karena memadukan unsur thriller, drama, dan humor dalam mengemas teka-teki sepanjang film.

Selain itu, Joint Security Area juga memberikan gambaran yang sangat baik tentang kehidupan militer di Korea Selatan, serta bagaimana lingkungan militer dapat memengaruhi jiwa dan mentalitas seseorang.

#2 The Attorney (2013)

Selanjutnya ada The Attorney, yang dirilis pada 2013 lalu. Fyi, film ini terinspirasi pada kisah nyata seorang pengacara terkenal bernama Roh Moo-hyun, yang memulai karirnya sebagai pengacara dan belakangan menjadi Presiden Korea Selatan pada tahun 2003.

Sementara The Attorney sendiri mengikuti kisah seorang pengacara bernama Song Woo Seok (diperankan Song Kang Ho), yang hanya lulusan SMA. Meski begitu, Woo Seok berhasil menjadi seorang pengacara hukum perpajakan yang sangat berpengaruh di Busan.

Sejak masih sekolah, ia menjadi langganan di rumah makan milik Nyonya Soon Ae (diperankan Kim Young Ae). Suatu hari, putra Soon Ae, yakni seorang mahasiswa bernama Park Jin Woo (diperankan Im Si Wan) ditangkap karena dianggap komunis.

Akhirnya, sebagai bentuk balas budi, Woo Seok menerima permintaan Soon Ae untuk membebaskan anaknya yang disiksa dan difitnah pemerintah. Lantas, berhasilkah Woo Seok mengungkapkan kebenaran atas tuduhan yang ditujukan kepada Jin Woo?

The Attorney sendiri mendapat banyak ulasan positif. Selain menyajikan gambaran kehidupan sosial-politik di Korea pada 1980-an, film ini juga memaparkan bagaimana pengadilan dalam sistem hukum dapat disalahgunakan untuk menindas rakyat kecil. Juga gambaran mengenai kekuatan media dan kebijakan politik yang memengaruhi jalannya kasus hukum.

#3 The Throne (2015)

The Throne, atau dalam Bahasa Korea dikenal sebagai “Sado”, merupakan sebuah film drama-sejarah Korea yang dirilis tahun 2015.

Film ini sendiri didasarkan pada kisah nyata Raja Yeongjo (diperankan Song Kang-ho) yang memerintah Dinasti Joseon selama 52 tahun.

Raja Yeongjo, terkenal karena kebijakan-kebijakannya yang inovatif dan dia berusaha memperbaiki keadaan kerajaan yang pada saat itu sedang mengalami krisis ekonomi dan politik.

Namun, di balik kepemimpinannya yang kuat, ada rahasia kelam yang dia sembunyikan dengan sangat rapat. Rahasia apa itu?

Film ini begitu emosional. Selain menyajikan kisah istana kerajaan bersama dengan intrik-intriknya, The Throne juga menyelami kehidupan personal antara Raja Yeongjo dan sang putra, Pangeran Sado (diperankan Yoo Ah-in), yang menderita sakit mental.

#4 Anarchist From Colony (2017)

Selanjutnya ada Anarchist From Colony, drama-sejarah yang rilis tahun 2017. Film ini mengikuti kisah hidup Park Yeol (diperankan Lee Je-hoon), seorang aktivis anarkis pro-kemerdekaan Korea yang lahir pada awal abad ke-20.

Park bersekolah di Jepang dan belajar tentang ideologi anarkisme. Ia kemudian kembali ke Korea untuk bergabung bersama gerakan kemerdekaan.

Yang menarik dari film ini, kita tak hanya disajikan dengan adegan-adegan perlawanan radikal dalam melawan pendudukan Jepang. Dalam Anarchist From Colony, juga disajikan kehidupan intelektual Park, bagaimana ia dan kelompoknya menyusun strategi melancarkan aksi melawan Jepang, hingga kehidupan percintaannya.

Film ini cocok bagi kalian yang sedang terbakar api cinta dan perlawanan. Hehehe~

#5 1987: When The Day Comes (2017)

Seperti judulnya, 1987: The Day Comes merupakan film yang berlatar tahun 1987, yang mana Korea sedang dipimpin rezim diktatorian antikomunis. Film yang tayang pada 2017 ini mengisahkan peristiwa penangkapan dan interogasi Park Jong-chul, seorang mahasiswa yang meninggal dunia di tangan polisi pada tahun 1987.

Namun, polisi membantah segala tuduhan penyiksaan dan pembunuhan tersebut.

Media dan mahasiswa yang tak percaya dengan polisi, kemudian mulai melakukan perlawanan. Kepolisian dibuat kalang kabut dengan kehadiran Jaksa Choi Hwan (diperankan Ha Jung Woo), yang mencurigai kematian Jong Chul dan menolak memberi izin kremasi. Tak hanya itu, Jaksa Choi justru meminta mayat Jong Chul diautopsi.

Intrik semakin memanas setelah media dan mahasiswa melakukan aksi-aksi perlawanan terhadap pemerintah demi mengungkap kebenaran. Berhasilkah mereka?

Selain memotret kegigihan Jaksa Choi, 1987: When The Day Comes juga menunjukkan perjuangan keluarga Park Jong-chul, terutama ibunya (diperankan oleh Kim Hye-soo), untuk menemukan kebenaran tentang kematian anak mereka.

Kisah mahasiswa yang turun ke jalan dan menyuarakan perlawanan pun juga digambarkan secara epik dan emosional.

#6 A Taxi Driver (2017)

Masih dalam linimasa waktu yang sama dengan film sebelumnya, A Taxi Driver. Film ini diadaptasi dari kisah nyata yang menampilkan masa kediktatoran Korea Selatan pada 1980-an.

Film ini mengikuti kisah Kim Man-seob (diperankan oleh Song Kang-ho), seorang sopir taksi yang sehari-harinya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.

Suatu ketika, ia bertemu dengan wartawan Jerman bernama Peter (diperankan oleh Thomas Kretschmann) yang memintanya untuk mengantar ke Gwangju, kota di Korea Selatan yang sedang mengalami krisis politik dan kerusuhan.

Di tengah perjalanan, Kim Man-seob menemukan seorang siswi SMA yang sedang terjebak dalam kerusuhan, dan berusaha membantunya. Kim Man-seob kemudian menjadi sopir taksi yang membawa orang-orang yang hilang atau terluka selama kerusuhan tersebut, termasuk seorang ibu yang mencari anaknya yang hilang dan seorang pemuda yang terluka.

Apa yang kemudian terjadi dengan Kim Man-seob dan sang wartawan? Berhasilkah mereka selamat dari kejamnya para tentara yang meneror warga?

Tak hanya emosional dan penuh ketegangan, film ini sekaligus menjadi gambaran situasi politik Korea pada 1980-an, di mana pemerintahnya terus melakukan tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang berjuang untuk demokrasi dan hak asasi manusia.

#7 The Man Standing Next (2020)

Rekomendasi yang terakhir adalah The Man Standing Next, yang mengambil latar belakang tahun 1979, ketika Presiden Korea Selatan, Park Chung-hee, terbunuh dalam sebuah kudeta militer.

Film ini mengisahkan konflik antara dua figur paling berkuasa di pemerintahan saat itu, yakni Kepala Badan Intelijen Nasional dan Kepala Keamanan Presiden. Mereka saling berebut kekuasaan dan pengaruh di tengah situasi yang semakin tidak stabil.

Pada masa itu, tepatnya di tahun 1979, Korea Selatan tengah berada di bawah kepemimpinan diktator Presiden Park, yang telah berjalan 18 tahun.

Presiden Park (diperankan Lee Sung Min) adalah otak sekaligus pemegang kendali penuh atas Badan Intelijen Korea (KCIA). Hal itu membuat Kepala KCIA, Kim Gyu-pyeong (diperankan Lee Byung-hun) berada di posisi kedua tertinggi kepemimpinan Korea.

Ketegangan politik yang meningkat menyebabkan Kim Gyu-pyeong membunuh Presiden Park. Namun, 40 hari sebelum pembunuhan itu terjadi, tepatnya di tengah situasi kritis yang terjadi di tingkat pemimpin, Park Yong-gak (Kwak Do-won) memberikan kesaksian penting dalam persidangan di Amerika Serikat.

Park Yong-gak, yang merupakan mantan Kepala KCIA, adalah orang yang benar-benar mengetahui seluruh rahasia negara dan operasi militer Korea. Suatu saat, ia diasingkan lembaganya ke AS, tempat di mana penyelidikan kasus pembunuhan presiden sedang berlangsung.

Dalam persidangan, Park Yong-gak bersaksi mengenai hal-hal “melawan” Korea Selatan. Kesaksian tersebut membuat Kim Gyu-pyeong dan Kwang Sang-cheon (Lee Hee-joon) menyusun rencana untuk mencegah hal itu terjadi.

Apakah rencana mereka berhasil?

Film ini didasarkan pada kisah nyata. Kendati demikian, beberapa nama tidak ditampilkan sama persis seperti aslinya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA Rekomendasi 5 Drakor Bertema Politik, Cocok Buat Maraton Nunggu Buka Puasa!

Exit mobile version