MOJOK.CO – Leher yang mengalami tengeng adalah masalah besar. Ia bikin penderitanya jadi susah beraktivitas dengan leluasa.
Beberapa hari yang lalu, salah satu redaktur Mojok, Ahmad Khadafi mengeluh sakit di bagian lehernya. Setelah diulik lebih lanjut, ternyata lehernya sakit tengeng. Jadi semacam keseleo tapi di bagian leher. Oleh karena leher adalah bagian tubuh yang menopang kepala, sakit pada leher ini membuatnya capek bukan main saat bekerja.
Saat sedang sakit tengeng itu, seharian dia hanya duduk di pojokan ruangan. Menatap layar laptopnya, mencoba untuk produktif dalam bekerja tapi ternyata tidak bisa maksimal. Ya, memang begitulah tengeng. Sepertinya hanya sakit leher, tapi rasanya naudzubillah kurang ajar.
Pasalnya, pada penderita tengeng, mereka merasa lehernya kaku, sehingga tidak bisa menengok ke satu sisi. Selain itu, ada rasa nyeri seperti disetrum bisa dipaksakan untuk bergerak. Bayangkan saja, kalau leher—anggota badan yang cukup fleksibel ini—tidak bisa leluasa bergerak. Maka, tidak mengherankan kalau orang yang mengalaminya akan merasa sangat tidak enak dan aktivitasnya sangat terganggu.
Sebetulnya, tengeng ini punya istilah medis. Ia disebut Tortikolis Spasmodik. Tortikolis Spasmodik adalah nyeri yang hilang timbul atau kejang yang terus menerus pada otot-otot leher. Hal ini kemudian mendorong kepala berputar dan miring ke depan, ke belakang, atau ke samping.
Ketika ada yang mengalami tengeng, biasanya orang-orang akan langsung menganggap bahwa hal ini dikarenakan salah tidur. Semacam, bertingkah acrobat saat sedang tidur. Sebetulnya, itu tidak salah. Akan tetapi, ia juga tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, rasa nyeri tersebut bisa disebabkan aktivitas yang lain. Misalnya, sikap tubuh saat sedang beraktivitas, cedera, hingga gangguan pada saraf.
Nah, yang terjadi pada teman saya itu, ia mengalami tengeng karena salah gerak saat menggendong anaknya.
Untuk menetralkan rasa nyeri yang nyelekit tersebut, pada beberapa orang bisa dikurangi untuk sementara waktu dengan menjalani terapi fisik dan pemijatan. Selain itu, obat juga dianggap dapat membantu mengurangi kejang otot dan pergerakan di luar sadar. Yang mana, bisa membantu meringankan nyeri karena kejang.
Obat yang biasa digunakan di antara lain, obat antikolinergik, untuk menghambat rangsangan saraf tertentu dan benzodiazepin untuk obat penenang. Terkadang juga diberikan obat pengendur otot ataupun obat anti depresi.
Pada keadaan tertentu, juga sampai dilakukan pembedahan untuk mengangkat saraf dari otot yang mengalami kelainan. Pembedahan ini dilakukan jika pengobatan lainnya tidak berhasil. Namun, jika yang menyebabkan adalah masalah emosional, maka bisa dilakukan terapi psikis.
Dengan rasa yang luar biasa nggak nyaman saat sedang mengalami tengeng, saya jadi bingung kenapa banyak orang yang seolah pengin mengalaminya. Nggak percaya? Tuh, lihat aja foto-foto orang selfie sambil miring-miringin kepala. (A/L)