MOJOK.CO – Meskipun berguna buat kesehatan rekening, keseringan kerja lembur tanpa sekalipun mengenal libur mengundang begitu banyak penyakit hinggap di tubuh.
Sebuah kalimat bagus yang pertama kali saya pahami waktu SD dan ternyata sudah jadi kata mutiara banyak orang adalah: Sesuatu yang berlebihan itu nggak baik. Ternyata ini bisa diterapkan di segala situasi dan kondisi kecuali masalah uang. Makin berlebih uangnya, makin girang. Berlebihan dalam hal kerjaan memang sebanding dengan berlebihan uang di rekening, tapi bertolak belakang dengan kondisi kesehatan.
Penyakit akibat kerja lembur #1 Stres akan datang tanpa diundang
Secara nalar, stres jelas jadi risiko paling masuk akal akibat kerja lembur tanpa ampun. Perjuangan buruh telah membuat hari Sabtu dan Minggu hari beristirahat. Tapi kalau tetap dipakai buat kerja, lama-lama bisa depresi akibat stres yang nggak juga reda.
Mas Adji Santosoputro sebagai emotional healer pernah menyarankan untuk sekali-kali do nothing alias nggak ngapa-ngapain. Ya sudah, rebahan aja gitu jangan sambil main gawai atau baca buku selama sepuluh menit. Nggak cuma fisik yang butuh rehat, otak juga nggak kuat kalau disuruh mikir terus.
Penyakit akibat kerja lembur #2 Risiko penyakit jantung dan stroke lebih tinggi
Dampak jangka panjang dari orang yang terlalu hobi kerja adalah risiko penyakit mematikan seperti serangan jantung dan stroke. Kedua penyakit ini risikonya meningkat hingga 40% pada pekerja yang bekerja 30-46 jam per minggu. Setidaknya angka ini didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan University of Texas Health Center di Houston.
Masalahnya, penyakit jantung dan stroke bukanlah jenis penyakit yang sambil disesali bisa diobati dan cepat berlalu. Kedua penyakit ini cenderung mengakibatkan kematian bahkan kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu. Tipe-tipe penyakit yang bikin kita mbatin: Andai kuulang waktu, aku nggak akan terlalu memaksakan diri bekerja.
Bagaimana pun kalau sudah mati, yang repot ngurusin pemakaman adalah keluarga. Kantor tinggal cari karyawan baru.
Penyakit akibar lembur #3 Risiko diabetes plus obesitas meningkat
Idealnya tubuh berolahraga selama 150 menit dalam satu minggu. Tapi dengan tingginya jam kerja, kita cenderung malas dan meninggalkan kebiasaan berolahraga. Hal ini yang jadi penyebab meningkatnya risiko diabetes bahkan obesitas. Apalagi kalau kebiasaan makan dan minum yang manis-manis serta konsumsi nikotin dan kafein nggak ditinggalkan selama kerja lembur. Wah, ya jackpot.
Padahal kalau bekerja sampai malam seringnya kita nggak punya banyak pilihan untuk mencari makanan yang cepat dan enak. Menjatuhkan pilihan ke makanan cepat saji memang terdengar menggiurkan. Tapi tolonglah, kesehatanmu lho, mb.
Penyakit akibat lembur #4 Secara tidak langsung kecapaian bikin tifus
Tipes memang sering jadi penyakit yang dipakai buat mengejek teman-teman sekantor yang gila kerja. Pernah sekali waktu teman saya yang namanya Galih kerja serius banget sampai nggak mandi berhari-hari. Kegiatannya selama seminggu adalah menatap layar iMac, ngemix lagu, ngedit video, dan nonton YouTube. Ia bahkan mulai sadar harus tidur ketika dengar azan Subuh.
Nggak perlu menunggu waktu lama, ia tumbang dan didiagnosa tifus. Setelah sembuh, ia bahkan masih diejek. Namanya sampai sekarang ketambahan kata tipes. Jadi kalau ada yang sedang ngobrol dan bertanya, “Galih, galih siapa sih maksudnya?” jawabannya selalu,
“Itu loh… Galih tipes.”
Memang korelasi kerja lembur dan tifus itu nggak nyambung secara linear. Tifus terjadi karena hadirnya bakteri Salmonella typhi akibat kebiasaan makan yang nggak beres. Namun, bakteri ini biasanya mudah mati ketika daya tahan tubuh kita baik. Dengan kata lain kalau kecapaian dan cara makannya nggak benar, si Salmonella typhi semakin mudah menembus pertahanan alami tubuh.
Begitu ya. Jangan kebanyakan kerja. Obsesi rada diturunin. Kalau kantornya nggak manusiawi, ya protes. Tapi artikel ini jangan dijadikan pembenaran untuk enak-enakan nganggur juga.
BACA JUGA Berbagai Dampak Terlalu Sering Begadang bagi Wanita atau artikel lainnya di PENJASKES.