MOJOK.CO – Mungkin ganti celana dalam bukanlah sesuatu yang penting bagi penampilan keseharian—karena letaknya yang nggak kelihatan orang lain. Namun, hal ini bukan untuk orang lain, ini untuk kesehatan diri kita sendiri.
Banyak dari kita yang ogah-ogahan untuk mengganti celana dalam. Ya, ganti, sih, tapi kalau udah bau busuknya keluar. Pasalnya, ganti atau tidak, dianggap nggak bakal kelihatan sama orang lain. Jadi, tidak mengherankan jika waktu menggantinya pun ngawur. Misal, menggantinya hanya dengan menggunakan indikator bau saja. Kalau memang belum bau-bau amat atau baunya masih bisa ditoleransi, yaudah dipakai aja. Meski sudah seminggu berlaluuuu~
Kalau pakai indikator toleransi, setiap orang pasti bakal berbeda-beda. Apalagi karena semakin toleran dengan bau tersebut, sehingga bau busuk sekali pun tidak menjadi masalah.
Namun, sadarkah kita, ganti celana dalam itu bukan untuk kepentingan dinilai oleh orang lain? Ini untuk kepentingan kesehatan diri kita sendiri, Saudara-saudara. Jika kita bersikukuh untuk nggak mau sering mengganti, ketahuilah celana dalam justru menjadi tempat bersarangnya kuman dan penyakit.
Ya, dia adalah media penyebaran jamur atau infeksi yang berbahaya bagi kesehatan alat reproduksi kita. Jeng! Jeng! Jeng!
Untuk menggantinya yang baru dicuci saja, kita masih males-malesan. Padahal, sebetulnya kita malah diminta untuk menggantinya dengan produk yang baru dengan rutin. Ya, yang baru, Gaes. Jadi celana dalammu yang udah buluk, warnanya udah hitam-hitam, dan banyak lubang-lubang kecil, mending di buang aja.
Hayooo loh, gimana?
Ya gimana nggak penting, lha wong celana dalam ini saja tempatnya tepat berada di antara baju luar dan bagian pribadi kita. Apalagi dia terpapar langsung pada bekas cairan yang keluar baik dari alat reproduksi dan alat pembuangan kita. Dia menempel langsung, loh. Masak sih, kita masih anggap itu bukan menjadi sesuatu yang penting?
Begini, masalah kesehatan alat reproduksi kita ini, bisa dimulai atau ditandai dengan bau yang tidak enak, area di sekitar alat reproduksi terasa gatal-gatal, dan bagi perempuan biasanya muncul keputihan. Nah, jika jumlah bakteri di daerah area tersebut terus bertambah—karena kita nggak juga menyadarinya dan menganggap tanda-tanda tersebut biasa saja, biasanya kita akan…
…mengalami kista atau semacam benjolan jerawat di selangkangan. Wuiiihhh~
Apakah sudah pernah mengalaminya? Jika iya, berarti dari sekarang berhati-hatilah!
Lalu bagaimana seharusnya mengurus si celana dalam ini, supaya dia tidak tersiksa dengan kuman dan bakteri yang terus menyerang dan berkembang biak?
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan untuk merawat celana dalam demi kesehatan diri kita sendiri, begini…
Pertama, bagi kita yang tinggal di wilayah tropis, biasanya akan lebih mudah berkeringat. Nah, orang yang berkeringat, tentu area selangkangannya akan mudah terasa lembab. Oleh karena itu, akan lebih baik untuk mengganti celana dalam dua kali sehari secara teratur.
Misalnya dengan cara seperti ini, pagi hari setelah mandi mengenakan celana dalam yang baru dicuci, kemudian 12 jam kemudian menggantinya dengan yang bersih. Pergantian ini bisa dilakukan setelah mandi sore atau setelah beraktivitas padat sebelum beristirahat. Hal ini untuk mengurangi bau, kuman, dan bakteri yang telah dihasilkan selama 12 jam kita beraktivitas.
Namun, jika aktivitas kita adalah seorang olahragawan atau pada hari itu kita melakukan olahraga aktif, maka sebaiknya menggantinya sebanyak 2-4 kali sehari.
Kedua, jika kita bukan tipe orang yang mudah berkeringat, maka tidak masalah jika hanya menggantinya minimal sekali dalam sehari. Tapi yakinkan ya, kalau area sekitar alat reproduksi kita itu betul-betul nggak lembab.
Ketiga, pilih bahan yang nyaman dan cepat kering. Salah satu bahan yang dapat kita gunakan adalah yang berbahan katun. Pasalnya, ia dapat dengan mudah menyerap keringat dan mencegah berkembang biaknya jamur.
Keempat, meski celana dalam dengan bahan sintetik atau sutra punya banyak model yang lucu-lucu nan cantik, namun sebaiknya bahan-bahan tersebut harus kita hindari. Sebab, bahan-bahan ini akan lebih sulit untuk menyerap keringat. Sehingga, mudah menyebabkan area selangkangan jadi mudah lembab.
Jika kita sudah terlanjur punya, ya boleh sih, dipakai aja. Eman-eman kalau nggak dipakai, mau dikasihkan ke orang juga ya, apa ya pantes? Tapi jangan terlalu sering untuk digunakan. Kalau pun digunakan, usahakan ketika kita tidak sedang beraktivitas padat yang bakal mengeluarkan banyak keringat.
Oh iya, kalau kita memang bener-bener pengin banget membeli celana dalam yang tidak berbahan katun—karena modelnya bikin nggak tahan—untuk kita yang perempuan, pilihlah yang memiliki lapisan katun di bagian vagina.
Kelima, sedangkan untuk modelnya sendiri, lebih baik hindari celana dalam dengan model G-string jika ingin beraktivitas. Pasalnya model ini akan menjadikan bakteri menumpuk pada area reproduksi. Tapi kalau memang pengin dibuat gaya-gayaan doang, ya nggak ada masalah, sih.
Keenam, tidak perlu beli dengan motif dan renda-renda lucu. Hal-hal semacam ini tidak terlalu penting bagi kesehatan. Kita tidak terlalu membutuhkannya untuk aktivitas sehari-hari. Pasalnya yang terpenting adalah kenyamanan bukan keseksian.
Sayang, mengganti celana dalam ini baik untuk investasi di masa depan. Jadi, cintai alat reproduksimu, ganti celana dalam 2 kali sehari~
Oke, maaf, yang terakhir, kalimatnya maksa. (A/L)