MOJOK.CO – Apakah kamu pernah dibuat heran, ketika mengangkat segelas bir dingin dan mengarahkannya ke bibir menjadi kebiasaan? This is the ultimate cara bahagia.
Ada sebuah keindahan di setiap kerja keras, penderitaan. Ada pula keburukan di setiap kesuksesan. Tiap-tiap manusia bergumul dengan kerja keras masing-masing, dalam kesedihan, dalam pemakluman masing-masing. Pada akhirnya, masing-masing mencari cara bahagia, mencari jalan untuk berlari dari kesusahan, barang sejenak, sekejap saja.
Saya pernah hidup di tengah teman-teman dan keluarga yang begitu dekat dengan alkohol. Hampir setiap malam kami perlu berkumpul, harus saling bertemu, untuk “bertukar gelas”. Kami harus berkumpul, untuk membicarakan kesusahan selama satu hari. O, kami tidak sambat. Fuck, sambat! Kami menertawakan kebodohan dan kebrengsekan masing-masing. Kami menikmatinya, bukan meratapinya.
Kami mencari cara bahagia dari sesuatu yang paling sederhana, yang bisa kami temukan. Dari botol-botol air mineral bekas berisi ciu Bekonang. Dari botol-botol kaca gemuk dengan label sebuah topi yang miring. Dari minuman manis sebagai campuran yang kini tak bisa saya temukan lagi. dari gelas-gelas berembun berisi es batu dan bir dingin.
Bir dingin hampir selalu ada di tengah perjamuan itu. Setiap malam kami menghabiskan berbotol-botol bir dingin dengan lambang sebuah bintang. Paginya kami memesan lagi ke seorang teman yang bisa menyediakan bir dengan cepat. Kami menyimpannya di dalam kulkas, sebagai teman meracau malam harinya. Begitu terus, berulang, sampai kami tenggelam di dalamnya.
Tidak cukup satu botol, entah. Entah, tidak pernah puas dengan satu gelas bir dingin. Cara bahagia ini menyenangkan, meski kami tidak tahu, tidak pernah menyadari mengapa kami mengiklaskan diri kami tenggelam di dalamnya. Satu hal yang kami pahami adalah kesusahan dan masalah menjadi lebih lucu ketika bir dingin sudah ikut menghentak.
Bukan cara bahagia yang baik memang. Kami menjadi buncit bersama-sama, kami tidak sehat bersama-sama. Namun kamu tak bisa mencegah kami bahagia. Bergelas-gelas bir dingin itu mengalun menemani malam di tikungan bau pesing, di toko kelontong yang ramainya bikin telinga pekak, di sebuah gang gelap ditemani tikus wirog berlarian di antara kaki, memakan muntahan kami yang tak kuasa ditampung perut buncit.
Mengapa kami, dan mungkin kamu, akui saja, tak pernah puas dengan satu gelas bir dingin? Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman, bir mengandung senyawa yang benama hordenine. Senyawa tersebut dapat mengaktifkan hormon dalam otak dan dapat membuat peminumnya merasa bahagia.
Hordenine, yang banyak terkandung dalam malted barley, bahan utama minuman beralkohol ini, mengaktifkan reseptor dopamin dalam otak. Ini kemudian mengeluarkan senyawa bahagia memicu bagian otak yang bertindak sebagai pengambil keputusan.
Hordenine ampuh mengangkat semangat dan rasa percaya diri peminumnya. Kurang lebih, peminum bir biasanya akan merasakan perasaan gembira, merasa asyik dan membuat penikmatnya seolah-olah tidak ingin berhenti menenggak cairan agak pahir, manis, dan kadang gurih itu.
Hordenine, menurut peneliti memicu proses yang mereka sebut dahaga hedonik, semacam dorongan untuk mengonsumsi makanan atau minuman demi kenikmatan alih-alih lapar atau haus. Oh yes, itu jenis gaya hidup “hedon” yang menyenangkan. Percaya sama saya.
Sebelum mencapai kesimpulan tersebut, periset dari Friedrich-Alexander-Universitat Erlangen-Nurnberg mengamati sekitar 13 ribu molekul makanan. Mereka menemukan bahan yang dapat mengaktifkan reseptor dopamin, layaknya dopamin itu sendiri. Menggunakan data dari 13 ribu molekul, periset dapat membuatnya mengerucut pada 17 kandidat.
Hasil paling menjanjikan ditemukan pada hordenine dalam bir. Demikian dilaporkan dalam jurnal Scientific Report. Maka masuk akal ketika orang Jerman tak pernah mau melewatkan Oktoberfest di mana mereka bisa mandi pakai bir dingin. Betul-betul secara literal, mandi bir. Sebuah cara bahagia yang tiada duanya. Dan mungkin, cara mati yang paling menyenangkan yang tersedia di luar sana.
Masing-masing punya cara bahagia. Terutama untuk melawan segala sesak di dalam kepala. Di dalam kegilaan masing-masing, di dalam kekecewaan masing-masing, di dalam penderitaan masing-masing. Mari mabuk secara teratur, ketimbang gila digilas oleh manusia.