Wuling Confero Kok Murah? Murahan Ya?

MOJOK.COWuling adalah pemain baru di pasar mobil Indonesia. Dua mobil pertamanya, Wuling Cortez dan Wuling Confero, mendapat ulasan positif. Jika ini mobil bagus, kenapa bisa murah?

Wuling udah denger?”

Saya sempat mengernyitkan dahi ketika Agung menyebut kata “Wuling”. Malam itu, saya sepakat bertemu dengannya untuk berdiskusi mengenai berbagai jenis mobil untuk kebutuhan usaha saya.

Tunggu dulu, penggunaan kata diskusi saya rasa terlalu seimbang. Pengetahuan saya soal dunia otomotif terbilang kritis, sedangkan teman SMA saya itu sudah berkecimpung di dunia jual beli mobil dua tahun belakangan. Jadi, mungkin lebih baik kita sebut konsultasi saja.

“Mobil apa itu? Gue ngajak lo ketemuan sebenarnya mau nanya-nanya soal Avanza,” jawab saya.

“Makanya, ini loh. Gue sebagai teman mau kasih inside lain. Ada mobil lebih murah dengan fitur setara Innova,” katanya sembari membalikkan layar laptopnya ke arah saya, ada gambar sebuah mobil di sana.

Insight, Gung,” ucap saya.

“Ha?”

“Nggak apa-apa.”

Saya lihat gambar mobil di laptop-nya, ada tulisan Wuling Confero S di atas gambar tersebut. Sekilas, mobil ini mirip dengan Chevrolet Enjoy. Hanya saja lebih… kotak.

Saya lihat-lihat lagi, saya malah teringat Karimun. Kalau Karimun diberi nutrisi yang lebih bergizi oleh orangtuanya, mungkin besarnya akan mirip si Wuling ini.

“Memangnya lebih bagus dari Avanza?” tanya saya ke Agung, skeptis.

“Kalau mobil ini mah saingannya Innova, Avanza lewat.”

Saya pinjam laptopnya, saya izin menghentikan pembicaraan sebentar untuk melakukan sedikit riset. Saya berseluncur ke situs resmi Wuling Indonesia dan mendapati harganya yang, boleh diakui saya kaget, murah sekali. Hanya berkisar di angka 120-160 juta saja. Avanza, calon pembelian saya, ada di angka 190-an juta.

“Ini mah ngerusak pasar bos,” hardik saya.

“Lah itu lo beli hape merek Xiaomi?”

Saya terdiam. Agung kemudian melanjutkan.

“Mereka murah juga ada alasannya. Satu, sebenarnya ni mobil udah dijual di Cina. Katanya sih udah terjual 3 juta unit, nanti coba lo cek sendiri. Karena itu, mereka udah nggak perlu lagi tuh riset sana-sini soal tampilan dalam dan luar. Soal mesin juga sama persis sama produk mereka yang laris di Cina. Untuk pasar Indonesia, mereka tinggal mindahin tuh setir dari sebelah kiri ke sebelah kanan plus mengganti nama dari Hong Guang ke Confero. Udah.”

Mobil saja harus mengganti nama “China”-nya untuk diterima di pasar Indonesia.

“Kedua, dan ini yang bilang Presiden PT SGMW-nya langsung lho, harga bisa ditekan gila-gilaan karena investasi SGMW senilai 7 triliun. Itu duit dipakai untuk membuat pabrik seluas 60 hektare. Jadi nggak ada lagi ongkos bea cukai dan tetek-bengeknya, hampir semua dibuat di sini. Ditambah lagi, semua vendor-vendor spare part dan sebagainya dikumpulin jadi satu di kawasan pabrik: kayak ban, setir, dll. Ini kan motong budget pengiriman banget.”

SGMW adalah SAIC-GM-Wuling Automobile Company, produsen mobil Wuling yang mendirikan pabrik di Cikarang, Bekasi.

“Tapi, barang bagus nggak nih?” tanya saya, ketidaktahuan memang sangat menakutkan.

“Kalau parameternya bensin, menurut gue cukuplah untuk angkutan dalam kota. Dalam kondisi lalu lintas ramai, bisa sampai 12,75 km per liter. Secara keseluruhan, menurut gue ini mobil yang fair untuk harga segituan.”

Kemudian Agung menunjukkan ke saya beberapa ulasan Wuling Confero di internet. Satu video menarik perhatian saya. Ternyata, dealer resmi Wuling di Jogja mengundang komunitas vloger dan bloger otomotif untuk mengulas dan mencicipi mobil tersebut. Ada satu adegan di tanjakan Cinomati, tanjakan legendaris di Bantul yang konon memiliki kemiringan 45 derajat, saat Confero yang ditumpangi tujuh orang mampu menaklukkan tanjakan tersebut, meski harus mematikan pendingin.

“Kalau nggak bagus sih nggak mungkin mereka berhasil mengalahkan Datsun dan Nissan dari segi penjualan,” tutup Agung.

Saya lihat kembali video tersebut. Untuk kebutuhan ruang, mobil berbentuk kotak ini terlihat meyakinkan. Ruang di kepala dan kaki yang nyaman menarik perhatian saya. Ada pula jam analog di dashboard depan, detail yang kurang penting bagi saya.

“Biar fancy, Wan, Mirip mobil-mobil mahal.” kata Agung.

Saya lihat kembali berbagai ulasan. Seorang vloger mengetuk-ngetuk plat bodi Wuling untuk menguji ketebalan dan kualitasnya. Dengan plat bodi setebal 0,8 mm, vloger itu bilang bahwa plat bodi Confero sebagai plat bodi paling tebal di kelasnya. Entah kelas apa yang dimaksud, mungkin kelas mobil jenis low MPV sebagaimana Confero dikategorikan. Ia juga menyebut Confero sebagai mobil “akuarium” karena kaca yang terlampau lebar. Saya perhatikan lagi, benar juga, besar sekali kacanya.

“Gue udah pernah lihat dan coba langsung. Emang bagus kok. Empat-empat bannya udah pake cakram, ada port charger di bangku tengah dan belakang, 1.500 cc, setir dan kopling keentengan sedikit buat gue, tapi hanya butuh sedikit pembiasaan, lah. Ada lagi beberapa fitur keren seperti monitor tekanan ban dan sensor parkir depan belakang. Mobil sepantaran yang lain belum punya.”

“Mungkin kekurangannya hanya mobilnya masih manual dan logonya mirip Batman.”

“Harga jualnya bagaimana?” tanya saya. Yah, saya harus jaga-jaga juga kan.

“Nah, itu juga mungkin salah satu yang kurang. Gue beberapa kali melihat ada yang jual mobil bekas Wuling Confero S 1.5 C Lux Plus di OLX seharga 130 juta doang, padahal harga aslinya 160-an kurang sedikit.”

Wah, selisih 30 juta antara harga baru dan jual menurut saya terlampau jelek. Jelas kalah saing dari Avanza dan Innova.

“Yah, tapi kalau memang lo udah pengin Avanza, ya nggak apa-apa lah, itu juga bagus. Tapi, kalau gue sih lebih prefer Confero. Toh lo beli mobil juga buat angkutan usaha lo kan, bukan buat jual beli,” pungkasnya sok bijak.

“Kalau sudah pakai lebih, gak usah pakai prefer.”

“Ha?”

“Nggak apa-apa.”

Exit mobile version