Bikin produk yang tidak sempurna
Langkah selanjutnya yang bisa Suzuki tiru dari Honda dan Yamaha untuk mendongkrak pemasukan bengkel barunya adalah ini: bikinlah produk yang tidak sempurna.
Honda dan Yamaha punya beragam produk dengan desain yang mampu membikin Michelangelo menangis terharu. Tetapi, keduanya punya kekurangan fundamental yang belum dibenahi hingga sekarang. Honda punya penyakit rangka keropos, sedangkan Yamaha punya masalah kelistrikan yang sering ngadat.
Motor Honda saya memakai rangka terbaru yang ringkih itu. Ketika kabar mengenai rangka keropos tersebut viral, saya meluangkan waktu di suatu siang untuk melongok jeroan motor saya untuk kemudian jengkel setelahnya. Namun, seiring bertambahnya umur dan kedewasaan, saya mampu melihat kasus rangka keropos ini sebagai strategi purnajual ciamik yang diterapkan Honda.
Ingat, masalah selalu hadir dengan solusi. Sebagai produsen yang baik, Honda tentu ingin hadir sebagai solusi transportasi di tanah air. Jika masalahnya tidak ada, maka kenapa tidak diadakan saja sekalian, lengkap dengan solusinya?
Maka diciptakanlah masalah berupa rangka rapuh tersebut. Sebagai solusi, Honda memberikan jaminan 5 tahun khusus untuk rangka terbaru mereka. Bagi pelanggan yang motornya kadung patah, Honda memberikan diskon bagi pembelian rangka di dealer resmi mereka.
Ini langkah yang strategis karena Honda mengesankan sedang memberi jaminan purnajual yang luar biasa baik. Cara ini sekaligus mendorong penjualan suku cadang mereka. Betapa brilian!
Obsesi aneh Suzuki
Selama ini, Suzuki seperti terobsesi untuk menciptakan motor yang bisa dikendarai hingga akhir zaman. Itu obsesi yang mulia, tentu saja, tetapi dampaknya malah membikin bengkel resminya sendiri gulung tikar.
Jika tidak ada keluhan, untuk apa datang ke bengkel, begitulah cara berpikir mayoritas pelanggan Suzuki. Masalahnya, motor mereka tetap melaju sesehat atlet Olimpiade meski jarang ganti oli, dimuati beban terlalu banyak, dan tak pernah menyambangi bengkel manapun sejak keluar dari dealer.
Maka, Suzuki, tolong tirulah langkah Honda dan Yamaha di atas. Ciptakanlah cacat fundamental pada produk kalian. Jika rangka keropos sudah menjadi DNA Honda dan kelistrikan getas identik dengan Yamaha, maka liriklah sektor lain.
Saya pribadi menyarankan sektor cover body sebagai sumber masalah yang bisa dipilih. Kita semua tahu bahwa mayoritas desain bodi motor Suzuki pantas dihujat. Maka, kenapa tidak menambahkan masalah kualitas bahan cover body saja di sana?
Bisa makin terpuruk
Suzuki lebih dari sekadar mampu untuk membikin cover body dari bahan gypsum, asbes, atau kaleng larutan Cap Kaki Tiga. Pokoknya segala bahan yang membuat pemilik motornya merasa was-was tiap membuka pintu garasi. Jangan lupa pula melaburnya dengan cat akrilik, lebih bagus lagi soda kue, agar masalahnya kian tak tertangani.
Jika masalah sudah dihadirkan, maka datangkanlah solusi. Sediakanlah cover body berkualitas tinggi seperti yang kalian gunakan selama ini di segala motor bikinan kalian. Setelah itu, gantung di langit-langit ratusan bengkel resmi yang baru saja kalian dirikan.
Bubuhkan kata-kata ajaib seperti: “Kami Peduli pada Kualitas karena Kami adalah Suzuki” di plastik pembungkus. Terakhir, kasih banderol harga yang sedikit lebih mahal daripada produk serupa dari pabrikan lain.
Saya dan Mawar agak sangsi Suzuki sudi melakukan apa yang kami sarankan di atas. Besar kemungkinan dewan direksi enggan membaca tulisan ini.
Namun, jika mereka terus mengabaikan layanan purnajual akibat jumlah bengkel resmi yang langka atau kualitas produk yang keterlaluan bagusnya, maka lebih besar lagi kemungkinan mereka akan terus terpuruk sehingga satu-satunya hal produktif yang mampu mereka lakukan di kala senggang adalah mengenang kejayaan masa silam.
Bagaimanapun, wahai Suzuki, biarlah urusan kenang-mengenang kejayaan menjadi kerjaan fans Setan Merah, kamu jangan ikut-ikutan.
Penulis: Mita Idhatul Khumaidah
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kelebihan Sepeda Motor Suzuki yang Membunuh Bengkel Resminya Sendiri dan analisis menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.