Ragam Mobil Mewah yang Disalahpahami Petugas Valet

MOJOK.COMeski sama-sama membayar, ternyata tidak semua mobil diperlakukan sama oleh petugas valet. Apalagi kalau itu jelas-jelas mobil mewah.

Selama menjalani masa training kerja sebagai petugas valet di salah satu mal di Surabaya, saya mendapatkan setidaknya dua pemahaman berharga: pertama, petugas valet adalah profesi maha asyik yang memungkinkan saya berganti-ganti puluhan mobil dalam sehari. Kedua, ternyata hampir semua petugas valet memiliki pengetahuan tentang standar mobil mewah yang aneh.

Di mal tempat saya bekerja ini, perlakuan terhadap pengunjung bermobil mewah dengan yang bermobil biasa-biasa saja memang berbeda. Kalau Anda mampir ke sini sambil nyetir Alphard, sudah pasti Anda akan dibukakan pintu dan ditawari jasa valet oleh salah satu rekan saya. Lain cerita kalau Anda cuma naik sebiji Ignis—mohon maaf, kami nengok pun nggak.

Nah, untuk melanggengkan perlakuan hierarki tersebut, pemahaman soal mobil mewah tentu dibutuhkan. Di situlah masalahnya. Definisi mobil mewah, dalam standar petugas valet, ternyata amat longgar. Menurut teman-teman saya, sebuah mobil akan dianggap mewah jika ia berasal dari Eropa, atau berharga minimal 500 juta, apa pun mereknya.

Oleh sebab itu, tidak mengherakan jika sebuah Pajero Sport akan segera dikerubuti petugas valet dan ditempatkan di parkiran khusus agar tidak tercampur dengan mobil-mobil semacam Ayla.

Namun, definisi yang tidak definitif itu kerap mengecoh kami. Ada beberapa mobil mewah yang kami perlakukan seolah ia adalah Terios sehingga tak kami lirik sejak masuk ke lobi. Andai pun pemiliknya ngotot minta valet, kami akan menempatkannya di parkiran mobil marginal yang biasa dihuni oleh Brio, Granmax dan kawan-kawannya.

Nah, dari semua mobil mewah yang pernah kami tangani, inilah empat mobil mewah yang sering kami salah pahami.

1. Subaru WRX STI 3rd Generation

“Halah, mobil modifan lagi,” kata teman saya yang paling senior ketika melihat mobil ini nongol dari belokan. Dalam standar kami, mobil modifan berkasta di atas mobil murah tapi di bawah mobil mewah. Pemiliknya pasti pemuda begajulan yang kepengin terlihat seperti Crazy Rich Asian dengan cara merombak tunggangannya.

Tidak ada petugas valet yang tergopoh-gopoh menghampiri mobil ini. Tidak juga saya. Lihat saja air scoop di kap mesinnya, spoiler segede gaban di bagasinya, dan velg besar dibalut ban tipis—sudah pasti itu mobil modifan.

Nyatanya kami keliru. Mobil yang namanya sepanjang slogan pemilu ini memang berbentuk seperti itu sejak dari pabriknya. Dan Subaru WRX STI 3rd Generation ini adalah versi jalan raya dari habitat aslinya di jalur reli dunia. Maka tak heran kalau mobil ini mempertahankan beberapa perintilan balap agar cita rasa relinya tak lantas sirna setelah berpindah ke aspal.

Dengan bantuan google pula kami jadi tahu kalau performa mobil ini tidak main-main. Menggendong mesin boxer berkubikasi 2500cc turbo, Subaru WRX STI 3rd Generation ( a Tuhan, capek nulis namanya doang) ini mampu memuntahkan tenaga sampai 308PS, lebih besar ketimbang truk tronton pantura.

Lantas berapa harganya? Betul, yang paling murah dibanderol 700 juta—catat, nih, wahai petugas valet!

2. Mazda MX-5

Dilihat dari plat nomornya, cuma ada dua mobil Mazda MX-5 yang pernah mampir ke mal tempat saya bekerja. Nasib keduanya sama belaka: dicueki teman-teman seprofesi saya.

Alasan yang melatari sikap abai kami berbeda dengan alasan kami menganaktirikan mobil Subaru blablabla tadi. Alih-alih seperti mobil modifan, Mazda MX-5 lebih mirip mobil remote control. Bentuknya yang unyu, dimensinya yang kecil, dan antena belalai di kap bagasinya, membuat kami malah berlarian mencari entah siapa bocah iseng yang mengendalikan mobil ini ketimbang menyalami supirnya.

Itu semua kami lakukan pada pandangan pertama. Pada pertemuan selanjutnya, setelah tahu bahwa Mazda MX-5 memang mobil betulan, kami sungguh tidak yakin mau meletakkan mobil ini di kasta mana. Bentuknya yang oke memang menyiratkan kesan mahal, tetapi bagaimana pun ini adalah seekor Mazda, bukan Fortuner.

Lagi-lagi google pula yang meluruskan kekhilafan kami. Setelah kroscek sana-sini, kami jadi merasa amat bersalah karena memarkirkan mobil ini di sebelah Ertiga.

Google mengatakan kalau Mazda MX-5 adalah roadster dengan handling terbaik di kelasnya. Mobil dua pintu ini punya dua versi, yaitu versi hardtop dan softtop alias atap lipat. Kedua mobil yang pernah muncul di mal kami adalah versi atap lipat yang tidak pernah dilipat di depan kami.

Kami pun akhirnya tahu kalau harga mobil ini sekitar 780 juta dan itulah yang membuat kami saat ini berlarian menghampirinya dengan penuh antusias.

3. Toyota Prius

Seorang teman sesama petugas valet pernah berkata kalau dia hampir mengusir pengendara mobil ini. Pasalnya, dia mengira kalau mobil yang nekat masuk parkiran khusus mobil mewah itu adalah taksi Limo.

Meskipun sudah beredar cukup lama di Indonesia, Toyota Prius bukanlah mobil yang populer. Bentuknya yang mirip Limo, sistem hybrid yang asing, dan pajaknya yang menyaingi sebuah Pajero Sport sudah cukup membuat calon pembeli membatalkan niatnya. Belum lagi dengan mempertimbangkan kemungkinan diusir petugas valet.

Coba tebak, dari mana kami akhirnya tahu bahwa Toyota Prius adalah mobil mahal? Tentu saja, menurut laman resmi Toyota yang disodorkan Google, mobil ini dibanderol dengan harga 680 juta. Itu artinya, Toyota Prius tidak layak kami parkirkan di area konvensional yang biasa diisi oleh Avanza.

Hanya saja, sampai hari ini kami masih tidak mengerti dengan alasan orang-orang menghamburkan setengah milyar lebih untuk mendapat mobil bertampang seperti ini. Tentu kami punya beberapa dugaan, misalnya karena orang tersebut adalah guru PPKn yang ingin mengajarkan sikap low profile kepada sebanyak mungkin orang atau karena orang tersebut memang punya tujuan terselubung, misalnya mengecoh petugas pajak yang berseliweran di jalan.

Apa pun, hingga sekarang kami tetap menganggap Toyota Prius sebagai mobil mahal berdesain kodian.

4. Honda Civic Type-R FK8

Kali pertama saya melihat mobil ini, di televisi saat menonton sinetron “Cinta yang Hilang”. Tak lama kemudian, mobil yang ditumpangi oleh Mas Rafi itu mampir ke mal saya, dan seperti yang Anda tebak, semua petugas valet mengira ini mobil modifan.

Diperlukan kejelian seorang pecinta otomotif untuk membedakan Civic Type-R dengan Civic Turbo versi hatchback dalam sekali pandang. Kejelian macam itulah yang sayangnya tak kami miliki, yang membuat kami menerima kunci mobil dengan setengah hati dan memarkirkannya jauh di sudut parkiran.

Selidik punya selidik, ternyata Civic Type-R adalah mobil mahal, bahkan super mahal kalau mempertimbangkan dari pabrikan mana ia berasal. Harganya melampaui Pajero Sport, melampaui Alphard, bahkan melampaui Vellfire. Untuk menebusnya, pembeli harus mengeluarkan dana 32 juta rupiah, plus satu milyar. Dan itu harga cash-nya.

Apa yang pembeli peroleh dari mobil seharga itu?

Oh, banyak. Mereka mendapat mobil bertenaga 310PS yang sanggup melaju ke kecepatan 100 km/jam dalam 5,7 detik saja, memperoleh tatapan kagum dari pengguna jalan lain, dan tentu saja mendapat perlakuan istimewa dari petugas valet manapun. Syaratnya, petugas valet itu harus tahu kalau mereka sedang memarkir mobil seharga satu milyar lebih.

Lantas pesan moral untuk semua itu? Ya, tidak ada—memangnya ini cerita rakyat?

Namun, kalau Anda sebegitu kerasnya meminta dan berharap ada pesan moralnya, maka inilah pesan yang bisa saya—seorang petugas valet profesional sampaikan: Jika Anda kepengin nge-mal tapi mobil Anda berpotensi mengundang cibiran para petugas valet yang berbudi, maka lebih baik naiklah angkot.

Exit mobile version