MOJOK.CO – Nissan March cocok buat gentlemen melankolis dan jauh dari gejolak emosi. Namun sayang, kaki-kaki mobil berbanderol 70 jutaan di pasar mobil bekas ini gampang keseleo.
Tutup mata dan bayangkan ini:
Di hadapan Anda hadir sesosok wanita mungil nan imut. Dia stylish, terlihat kalem, dan low profile. Namun, sayangnya, dia lemot ngaudubilah setan dan kakinya gampang keseleo kalau salah melangkah. Itulah Nissan March, sebuah mobil perkotaan keluaran Nissan yang hingga kini masih dipasarkan tanpa kejelasan.
Jauh sebelum Honda Brio–dan Agya-Ayla si kembar dari Astra merajalela–seperti yang biasa kita lihat di jalanan berbagai kota besar hari ini, pada 2011, Nissan sudah duluan menelurkan mobil imut nan menggemaskan untuk memenuhi keinginan segmen pasar anak muda. Terutama buat ladies yang biasa nyetir sendiri. Kala itu, Nissan March diiklankan sebagai mobil perkotaan yang lincah dan gesit. Penggunaan bahan bakar juga irit.
Sekira sembilan tahun setelah kemunculannya, untuk kali pertama, saya berhasil menjajal Nissan March. Bukan, bukan milik saya, tetapi milik salah seorang teman di kampus. Pada kesempatan pertama itu pula saya langsung mengemudikannya keluar dari habitat di jalanan perkotaan. Saya bawa mobil itu menembus ruas jalan utama nasional.
Ketika itu saya mau KKN. Seperti umumnya mobil yang sehari-hari mengarungi jalanan kota besar dengan mobilitas tinggi, sekujur bempernya nampak tergores. Klip bemper depan mulai mangap, kaca berjamur, mika lampu utama sedikit menguning, dan sejumlah penanda lain menggambarkan keseharian pemilik mobil ini.
Nissan March tampil dengan tarikan garis bodi serba bulat dari lampu depan, kaca samping, hingga buntutnya pun bulat imut menggemaskan. Bulatnya kadang bikin inget sama Yaris bakpao. Hanya saja, March dikemas dalam rupa lebih feminin ketimbang Yaris. Kesan ini dipertegas dengan pilihan warna ngejreng dan ada warna merah muda pula.
Nampaknya insinyur Nissan mendesain March sedemikian rupa dengan prinsip women-oriented. Terlihat manis dan sangat pantas untuk dikemudikan para ladies. Lain cerita jika pengemudinya berwujud pria berbadan tinggi besar nan kekar. Dia bakal jadi bahan ledekan satu tongkrongan jika tidak dianggap sedang minjam mobil pacarnya.
Begitu membuka pintu dan duduk di kursi pengemudi, nuansa kebulat-bulatan masih terasa hingga bagian interior. Selain setir yang tentu saja bulat, bentuk dasbor, tuas transmisi, keenam kisi AC berikut knop pengaturan AC, head unit terintegrasi dengan CD Player dan koneksi AUX, doortrim berikut tuas pembuka pintu semuanya bulat. Kombinasi elemen bulat pada interiornya cukup enak dilihat, meski tidak ada pancaran kesan modern.
Nissan March milik teman saya ini bertipe 1.2 L, bertransmisi otomatis, keluaran tahun 2011. Dan layaknya kompetitor di kelas city car, seperti Honda Brio, Kia Picanto, Mitsubishi Mirage, dan Suzuki Splash, Nissan March juga tersedia dua opsi penyalur daya transmisi manual maupun otomatis.
Di atasnya masih ada varian tertinggi dari March, yaitu tipe XS dengan kelengkapan ekstra. Misalnya, pengaturan AC digital, airbag di sisi pengemudi, keyless, dan tombol start-stop engine. Cukup canggih pada eranya. Mengingat fitur-fitur serupa hanya bisa ditemui pada kelas mobil yang lebih tinggi.
Duduk di kursi pengemudi, langsung terasa kalau posisi mengemudinya sangat tidak cocok untuk pria berpostur tubuh jangkung seperti saya (178 cm). Pengaturan jok memang lengkap hingga ketinggiannya pun bisa diatur. Namun, paha saya mengambang tidak tertopang jok dan rasa duduknya selalu ada yang tidak pas antara setir dan pedal.
Belum posisi tuas transmisi yang kelewat bawah dari setir. Lagi-lagi sulit dijangkau oleh pria berpostur tinggi. Untung saya mengendarai versi otomatisnya. Coba kalau versi manual, tangan kiri saya mungkin terlihat begitu kemayu tiap ngoper gigi.
Nissan March 1.2 L ditenagai mesin berkode HR12DE, serupa dengan mesin di balik kap Datsun GO+. Sebuah mesin bensin tiga silinder berkapasitas 1.198cc, dengan tenaga 76 daya kuda pada 6.000 rpm dan torsi maksimal 104 nm pada 4.000 rpm disalurkan ke roda depan. Lebih besar 200cc dari Agya-Ayla. Teorinya, output tenaga March lebih nendang dibanding mesin Agya-Ayla yang sama-sama masih tiga silinder.
Begitu mesin dinyalakan, secara mengejutkan getaran khas mobil silinder ganjil relatif minim, cukup halus saat langsam. Sementara itu, Datsun GO+ yang notabene saudara sepermesinannya, begitu mesin menyala, getarannya menjalar menggetarkan jiwa raga. Ungkapan lama “ada harga ada barang” memang relevan.
Tuas transmisi dipindah ke posisi D dan mobil mulai bergerak, masih terasa halus, memutar lingkar setirnya yang kecil terasa sangat ringan dan effortless. Mobil saya arahkan keluar dari area kampus membelah kepadatan jalan di jam bubaran.
Awalnya saya merasakan ketenangan hati saat mengemudikan beberapa kilometer awal karena kehalusan tarikan mesin dan transmisi matik empat kecepatan ketika berpindah gigi. Suara dari sistem audio yang dihasilkan pun terasa jernih memanjakan telinga.
Keluaran tenaga untuk stop and go sudah sangat cukup. Namun, selepas Tanjungsari, Sumedang, ujian sesungguhnya dimulai. Pedal gas harus diinjak dalam-dalam tanpa ampun demi menyalip dump truck segede gaban, berpacu dengan trek menikung dikombinasi medan yang tidak datar membuat saya keringat dingin tiap kali mendapat kesempatan menyalip truk.
Menunggu lonjakan tenaga saat transmisi kickdown sembari mematikan mode overdrive setiap berusaha menyalip seperti mati berdiri rasanya. Kehalusan laju Nissan March yang membuai, dibayar mahal dengan respons ngaudubilah setan saat pengemudinya butuh tenaga spontan.
Harus diakui, kalau bicara kenyamanan, March adalah salah satu yang terbaik dari mobil di kelasnya. Lembut dan tak ada gejala limbung berlebih saat menikung. Buktinya, tidak ada teman mengeluh mual apalagi sampai muntah sehabis dibawa meliuk-liuk di jalur Cadas Pangeran. Ciri khas kenyamanan suspensi khas mobil Nissan masih ada di produk termungilnya ini.
Ketika menemui jalan lurus nan lengang, laju mobil saya percepat. Jarum speedometer baru menunjukkan 60km per jam lebih sedikit, timbul suara “gluduk-gluduk” dari roda kiri. Suara yang bikin nyali ciut.
Saya membatin, suara ini mungkin bersumber dari oblaknya laher roda karena usia dan pemakaian yang sering menghajar lubang di jalan. Penyakit umum Nissan March selain kompresor AC, adalah kaki-kakinya yang gampang keseleo.
Setibanya di Majalengka menempuh hampir tiga jam perjalanan, sembari meluruskan kaki, saya menyimpulkan bahwa Nissan March adalah mobil yang baik untuk dipakai harian. Namun, cuma cocok jika gaya berkendaranya tidak buru-buru.
Desainnya imut sekaligus simpel. Ukurannya ringkas, lincah, mudah diparkirkan. Banyak laci penyimpanan, akses bagasi praktis tanpa colok kunci dan ruangnya cukup luas untuk bawa belanjaan.
Bagi laki-laki, memakai mobil ini dapat menurunkan kadar maskulinitas, tetapi meningkatkan kadar kelucuan secara drastis. Sangat cocok buat gentlemen melankolis dan jauh dari gejolak emosi.
BACA JUGA All New Nissan Livina: Jimat Baru Nissan yang Cocok Jadi Mobil Branding atau tulisan lain soal motor dan mobil uwu di rubrik OTOMOJOK.