Ketimbang Demo Politik di Car Free Day, Lebih Baik Belajar Berzikir kepada Sopir Bis

MOJOKSopir bis justru mengajarkan hal-hal positif soal agama ketimbang dema demo politik di Car Free Day yang kisruh itu.

Dalam dunia tasawuf, guru spiritual disebut mursyid. Beliaulah yang menjadi pemandu rOhani para muridnya dalam penyucian jiwa (tazkiyatun nafsu). Metodenya disebut tarekat.

Dalam soal berkendara, sopir juga persis Mursyid. Di tangannya, nasib penumpang dipertaruhkan. Kalau bisnya ngebut, ugal-ugalan, dan punya semboyan “Kami tidak ngebut, hanya terbang rendah”, bisa dipastikan mursyid jalanan itu mengajak jamaah yang duduk di sekujur tubuh bis agar senantiasa ingat mati sebagaimana ungkapan, “Cukuplah kematian sebagai nasehat”, atau “Perbanyak mengingat mati, agar hidupmu berkualitas”.

Jadi ya harap dimaklumi jika mursyid yang sedang menyamar ini mendoktrin alam bawah sadar jamaahnya agar senantiasa berdzikir, bershalawat, dan berdoa sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, kata Gus Dur, sopir bis ugal-ugalan punya alasan lebih cepat masuk surga, sebab karena metodenya para penumpang lebih rajin berzikir dan mengingat kematian.

Contoh di atas adalah tipe sopir was wus, ngebut tanpa peduli jerit penumpang. Jadi, kalau ada audisi pemeran pengganti Fast and Furious seri ke-9, sebaiknya sopir bis Mira dan Sumber Selamat bisa ikut gabung. Siapa tahu bisa lolos. Lumayan akting bareng Vin Diesel dan The Rock.

Selain tipe was-wus, ada juga tipikal mursyid slowly: menyetir bus yang kondisinya kayak kaleng Khong Guan bekas dengan kecepatan maksimal 30 km  per jam. Pak sopir mengendalikan bis sembari klepas-klepus dengan sigaretnya dan seplastik kopi yang dia cantolkan tak jauh dari kemudinya.

Tak hanya itu, dia mendoktrin para penumpang agar mencintai dangdut koplo. Sound system bis dia maksimalkan agar tumbuh benih-benih cinta di hati para penumpangnya. Tidak peduli kondisi penumpangnya yang kegerahan persis ikan sarden.

Berbeda dengan tipikal sopir was-wus yang mengajak para penumpang berdzikir dan bershalawat selama di perjalanan, tipe mursyid jalanan yang kedua ini jelas mengajarkan siap tawakkal dan sabar.

Tampaknya mereka punya motto: “Innallaha ma’as shabirin” alias sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar. Nah, pengalaman ini bisa Anda dapatkan di trayek Jember-Lumajang via Kencong. Di sini, setiap sopir bis mengajarkan kesabaran karena ia membimbing Anda menggunakan bis kedaluarsa dengan kecepatan lari ala siput.

Kenongo, Kentjono, dan Parikesit adalah beberapa bis yang diwariskan dari generasi ke generasi dengan konsep “Bis ini belajar merangkak. Harap maklum!”.

Kesabaran anda bakal ditempa melihat jarak Jember-Kencong yang lazim ditempuh 30-40 menit memakai matik roda dua dan mobil biasa, tiba-tiba bisa molor menjadi 1 jam 30 menit jika menaiki bis uzur itu. Kalau diadu lari sama wedhus balap, saya curiga bis ini bakal kewalahan.

Tak hanya itu, jika bis langganan saya ini melaju di tengah kepungan hujan, niscaya Anda jumpai atapnya yang bocor. Alamak! Kalau kita protes kepada kondektur, alih-alih meminta maaf atas kondisi atap bis yang reot, dia malah menghardik, “Kalau bocor ya pindah tempat duduk, mas!” Selesai.

Saya memilih diam, lalu beringsut pindah tempat duduk yang mulai basah. Saya harus sadar, sebagai seorang yang berguru pada mursyid jalanan, diam adalah langkah tepat.

Lagipula, dengan menaiki bis uzur itu sembari menyerap aromanya yang khas, kita bisa menerka, jangan-jangan bis-bis sepuh ini dulunya adalah anggota Autobots dan pernah menjadi kakak kelas Bumble Bee di planet asalnya, kemudian pensiun dini dan mengabdikan diri sebagai bis veteran yang melayani travel Jember-Lumajang via Kencong. Langkah mulia dari sahabat Optimus Prime!

Apa pun itu, operator bis-bis veteran ini senantiasa mengajarkan siap tawakkal dan sabar kepada para penumpang yang budiman. Saya curiga mereka adalah kekasih Allah yang menyamar, atau bahkan mereka sendiri tidak tahu kalau mereka adalah kekasih-Nya.

Subhanallah sekalih!

Exit mobile version