MOJOK.CO – Daihatsu Sirion? Mobil yang sukses mengejutkan saya. Ia unik, memberi kelegaan, dan sederhana seperti gambaran kehidupan Upin Ipin di Durian Runtuh.
Dulu, saya tidak pernah membayangkan bisa mengenal dan membeli Daihatsu Sirion. Saat itu, tiba-tiba, adik saya menawari mobil asal Malaysia itu, alih-alih Kia Rio, Hyundai Avega, atau Honda Brio. Lantas, saya langsung browsing seperti apa bentuk dari Daihatsu Sirion.
Ternyata menarik juga. Mobil ini terlihat sederhana di mata saya. Lantaran ada embel-embel Malaysia, yang terbayang adalah Upin Ipin. Seakan-akan kesederhanaan mobil ini tercipta untuk si kembar yang sangat populer di Indonesia itu.
Bicara soal kesederhanaan dan Upin Ipin, kebetulan, saya membeli Daihatsu Sirion generasi kedua (tanpa facelift). Sudah generasi 2, mewakili si kembar 2 juga. Rasa-rasa kok semuanya kebetulan bisa pas.
Sirion yang saya beli adalah Sirion transmisi matik, embel-embel deluxe, 2014. Makanya, saya tak perlu berpikir 2 kali untuk membelinya. Saya rasa, Sirion cocok menggantikan Datsun Go+ yang telah memasuki masa pensiun.
Dengan harga Rp90 juta, saya pikir, saya beruntung mendapatkan mobil nomor satu di Malaysia. Lalu, apakah kondisi mobil sesuai dengan harga tersebut?
Seakan-akan, mobil ini bisa berjalan sendiri
Alasan pertama saya berganti mobil adalah ingin merasakan sensasi matik. Maklum, sebagai pengemudi pemula, dan malas dengan keribetan, saya kira mobil matik merupakan jawaban terbaik.
Saya pun baru pertama kali mencoba mobil matik dengan Daihatsu Sirion. Saat memasuki transmisi dari N ke D, saya agak takjub. Mobil bisa berjalan sendiri di jalan datar. Bahkan, saat menanjak, tidak khawatir mobil akan melorot. Sebab, seperti otomatis, mobil akan menahan beban.
Saya jadi membayangkan si kembar Upin Ipin “dibonceng” Abang Saleh keliling Durian Runtuh. Pelan, santai, bersahaja layaknya tampilan Daihatsu Sirion.
Hal yang bikin enak juga ketika mendapatkan jalan turunan. Tentu hanya mengandalkan rem saja, tanpa gas. Namun, justru ini yang bikin was-was. Sebab, langsung meluncur seperti bebas kendali.
Oleh karena saya sering santai dalam berkendara, saya jarang menggunakan angka 2 dan 3. Toh, sepertinya saya tak butuh-butuh amat di Daihatsu Sirion. Mungkin karena 1.200cc sehingga saya merasa aman saja di D.
Kursi Daihatsu Sirion yang bikin lega
Sepertinya ini yang orang tidak banyak tahu. Kursi bagian belakang sungguh lega. Tidak ada istilahnya dengkul beradu dengan kursi depan. Bahkan, penumpang bisa selonjor secara maksimal.
Kalau untuk memuat si kembar Upin Ipin beserta kawan-kawannya, kabin Daihatsu Sirion sudah pasti nyaman. Mobil ini terlihat kecil, tapi memberikan rasa lega yang menenangkan.
Tentu saja ini suatu kemewahan apabila perbandingannya dengan mobil LCGC lainnya. Kursi depan, baik dari sisi pengemudi, maupun penumpang juga nyaman. Lega. Lebar. Enak untuk selonjor.
Mobil-mobil LCGC itu sering bikin kesal karena kaki penumpang benar-benar mepet dengan kursi depan. Bahkan, kaki membentuk sudut 90 derajat. Tentu saja tidak menyenangkan, sobat penumpang?
Maka dari itu, saya sangat bersyukur ketika memperoleh Daihatsu Sirion. Terlebih, ukuran bagasi terbilang lumayan. Dari sisi luar tampak kecil, tetapi di sisi dalamnya justru tampak besar. Barangkali, Daihatsu sedang menerapkan strategi ilusi optik.
Baca halaman selanjutnya: Mobil sederhana yang tercipta untuk Upin Ipin
Fitur-fitur yang seperlunya, seadanya, seperti Upin Ipin
Saya bukan orang yang cukup “sadar” dengan fitur-fitur di dalam mobil. Sebab, sebagai pengemudi pemula, dan nggak ahli-ahli amat mengendarai, sepertinya mobil ini fiturnya lengkap.
Oleh karena ada embel-embel Deluxe, speedometer-nya terbilang lebih baik daripada Honda Brio Satya. Maksudnya, sudah digital, bukan melulu jarum.
Di bagian audio, ya, cukup oke, lah. Meskipun kalau dari segi suara ke luar, menurut saya, masih lebih nyaman punya Honda Brio. Nggak cempreng. Tapi, ya, meskipun labelnya Deluxe, belum menampilkan layar untuk kontrol suara, gambar, dan sejenisnya. Mungkin karena masih termasuk Daihatsu Sirion generasi kedua.
Kemudian dari wiper, spion, sudah seperti umumnya. Untuk wiper, ada 2 buah. Pengoperasian spion, sayangnya, masih manual. Jadi, kalau kamu mau menutup spion, karena papasan dengan mobil lain, mau tak mau tangan kananmu perlu keluar dari jendela untuk menutupnya.
Untuk hal-hal lainnya, cukup oke, lah. Oleh karena pengemudi pemula, saya malah kaget apabila fitur-fiturnya terlalu canggih. Justru jatuhnya norak. Maka, saya bisa dibilang puas dengan fitur-fitur dari Daihatsu Sirion. Rasanya pas, sederhana, seperti bayangan Upin Ipin dan keluarganya.
Konsumsi bensin Daihatsu Sirion
Sejujurnya, saya tidak begitu paham dengan mana mobil yang tergolong irit bensin, mana yang tidak. Bagi saya, ketika saya cukup mengeluarkan Rp100.000 untuk sekali mengisi bensin selama seminggu, ya, berarti irit. Hahahaha.
Itu saja sudah saya pakai aktivitas normal. Pergi pulang kerja dari UGM ke UII, Senin-Jumat. Kemudian berkeliling Jogja antara Sabtu-Minggu. Namun, jika ditanya berapa kilometer untuk satu liter, sepertinya antara 13-14, sih
Pertanyaannya, untuk ukuran matik, apakah itu termasuk irit, sodara-sodara?
Sebenarnya, itu bisa lebih irit lagi kalau tidak menggunakan AC. Tetapi, mengingat cuaca Jogja cukup begitu panas, rasanya tidak mungkin juga tidak menggunakan AC di dalam mobil.
Mobil produksi Malaysia
Yang tidak banyak orang tahu adalah Daihatsu Sirion merupakan mobil produksi Malaysia. Itu saja saya tahu karena tidak sengaja. Saat membuka kap mesin, ternyata ada tulisan Made in Malaysia. Wow, ternyata negara Upin Ipin oke juga.
Yang lebih mengejutkan, ternyata Daihatsu Sirion merupakan produk nomor wahid di Malaysia. Kalau kebetulan pergi ke sana, kamu akan mudah menemukan mobil itu. Seperti kamu mudah menemukan mobil Ayla atau Agya di Indonesia.
Usut punya usut, negeri Jiran memang promosi besar-besaran agar warganya menggunakan Sirion sebagai mobil harian. Namun, yang perlu kamu tahu, di sana tidak ada nama Sirion melainkan Myvi.
Kalau di sana, malah kamu akan jarang menemukan Myvi generasi kedua seperti milik saya. Di sana justru lebih mudah menemukan Myvi generasi keempat. Kenapa kok begitu? Ya, karena Myvi adalah kebanggaan Malaysia. Sehingga, menjadi wajar apabila mereka segera berganti ke mobil yang lebih baik. Promosi pakai Upin Ipin kayaknya bakal menarik, sih.
Puas, sih, pakai Daihatsu Sirion
Secara umum, saya puas. Dari segi harga dan konsumsi bensin khususnya. Untuk kecepatan dan akselerasi, ya lumayan. Apalagi mobil ini bikin kaget ketika saya bisa membawanya ke Dataran Tinggi Selo, Boyolali. Suatu hal keistimewaan.
Sekarang, Sirion sudah upgrade. Bentuknya lebih menyerupai mobil Yaris, Brio, atau Jazz. Mungkin sekarang arahnya ke situ semua. Ada juga upgrade dari 1.000 cc ke 1.500 cc. Harga pun juga. Sudah menyentuh angka Rp200 juta.
Sejauh ini, saya belum berminat untuk upgrade. Selain karena masih nyaman saja dengan produk ini, saya belum punya uang untuk ganti baru.
Kecuali Daihatsu Sirion mau endorse saya, itu lain cerita. Hehehe.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Betapa Susahnya Hidup dengan Daihatsu Sigra Saat Mentalmu Masih Mental Honda Vario dan pengalaman menarik di rubrik OTOMOJOK.