Fitur-fitur yang seperlunya, seadanya, seperti Upin Ipin
Saya bukan orang yang cukup “sadar” dengan fitur-fitur di dalam mobil. Sebab, sebagai pengemudi pemula, dan nggak ahli-ahli amat mengendarai, sepertinya mobil ini fiturnya lengkap.
Oleh karena ada embel-embel Deluxe, speedometer-nya terbilang lebih baik daripada Honda Brio Satya. Maksudnya, sudah digital, bukan melulu jarum.
Di bagian audio, ya, cukup oke, lah. Meskipun kalau dari segi suara ke luar, menurut saya, masih lebih nyaman punya Honda Brio. Nggak cempreng. Tapi, ya, meskipun labelnya Deluxe, belum menampilkan layar untuk kontrol suara, gambar, dan sejenisnya. Mungkin karena masih termasuk Daihatsu Sirion generasi kedua.
Kemudian dari wiper, spion, sudah seperti umumnya. Untuk wiper, ada 2 buah. Pengoperasian spion, sayangnya, masih manual. Jadi, kalau kamu mau menutup spion, karena papasan dengan mobil lain, mau tak mau tangan kananmu perlu keluar dari jendela untuk menutupnya.
Untuk hal-hal lainnya, cukup oke, lah. Oleh karena pengemudi pemula, saya malah kaget apabila fitur-fiturnya terlalu canggih. Justru jatuhnya norak. Maka, saya bisa dibilang puas dengan fitur-fitur dari Daihatsu Sirion. Rasanya pas, sederhana, seperti bayangan Upin Ipin dan keluarganya.
Konsumsi bensin Daihatsu Sirion
Sejujurnya, saya tidak begitu paham dengan mana mobil yang tergolong irit bensin, mana yang tidak. Bagi saya, ketika saya cukup mengeluarkan Rp100.000 untuk sekali mengisi bensin selama seminggu, ya, berarti irit. Hahahaha.
Itu saja sudah saya pakai aktivitas normal. Pergi pulang kerja dari UGM ke UII, Senin-Jumat. Kemudian berkeliling Jogja antara Sabtu-Minggu. Namun, jika ditanya berapa kilometer untuk satu liter, sepertinya antara 13-14, sih
Pertanyaannya, untuk ukuran matik, apakah itu termasuk irit, sodara-sodara?
Sebenarnya, itu bisa lebih irit lagi kalau tidak menggunakan AC. Tetapi, mengingat cuaca Jogja cukup begitu panas, rasanya tidak mungkin juga tidak menggunakan AC di dalam mobil.
Mobil produksi Malaysia
Yang tidak banyak orang tahu adalah Daihatsu Sirion merupakan mobil produksi Malaysia. Itu saja saya tahu karena tidak sengaja. Saat membuka kap mesin, ternyata ada tulisan Made in Malaysia. Wow, ternyata negara Upin Ipin oke juga.
Yang lebih mengejutkan, ternyata Daihatsu Sirion merupakan produk nomor wahid di Malaysia. Kalau kebetulan pergi ke sana, kamu akan mudah menemukan mobil itu. Seperti kamu mudah menemukan mobil Ayla atau Agya di Indonesia.
Usut punya usut, negeri Jiran memang promosi besar-besaran agar warganya menggunakan Sirion sebagai mobil harian. Namun, yang perlu kamu tahu, di sana tidak ada nama Sirion melainkan Myvi.
Kalau di sana, malah kamu akan jarang menemukan Myvi generasi kedua seperti milik saya. Di sana justru lebih mudah menemukan Myvi generasi keempat. Kenapa kok begitu? Ya, karena Myvi adalah kebanggaan Malaysia. Sehingga, menjadi wajar apabila mereka segera berganti ke mobil yang lebih baik. Promosi pakai Upin Ipin kayaknya bakal menarik, sih.
Puas, sih, pakai Daihatsu Sirion
Secara umum, saya puas. Dari segi harga dan konsumsi bensin khususnya. Untuk kecepatan dan akselerasi, ya lumayan. Apalagi mobil ini bikin kaget ketika saya bisa membawanya ke Dataran Tinggi Selo, Boyolali. Suatu hal keistimewaan.
Sekarang, Sirion sudah upgrade. Bentuknya lebih menyerupai mobil Yaris, Brio, atau Jazz. Mungkin sekarang arahnya ke situ semua. Ada juga upgrade dari 1.000 cc ke 1.500 cc. Harga pun juga. Sudah menyentuh angka Rp200 juta.
Sejauh ini, saya belum berminat untuk upgrade. Selain karena masih nyaman saja dengan produk ini, saya belum punya uang untuk ganti baru.
Kecuali Daihatsu Sirion mau endorse saya, itu lain cerita. Hehehe.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Betapa Susahnya Hidup dengan Daihatsu Sigra Saat Mentalmu Masih Mental Honda Vario dan pengalaman menarik di rubrik OTOMOJOK.