Sebagai motor yang mengklaim dirinya sport adventure, CB150X terlihat “mencolok” berkat fitur-fiturnya. Ada empat fitur yang bakal membuat orang terkesima. Pertama, windshield yang ramping dan cukup tinggi. Honda merancang windshield ini untuk perjalanan jarak jauh. Paparan angin yang menerpa pengendara akan berkurang.
Kedua, speedometer sepenuhnya sudah digital. Hal ini berbeda dengan sport adventure dari Honda sebelumnya. CB150X menyimpan semua informasinya di speedometer dalam satu instrumen digital. Saya mengakui kalau speedometer mereka memang stylish dan cocok untuk anak muda.
Ketiga, aksesori untuk keperluan touring terbilang lengkap. Misalnya handlebar atau bahasa umumnya stang motor yang lebar. Suspensi depan yang besar layaknya suspensi ala Ohlins yang termasuk upside down. Suspensi CB150X ini memang tangguh dan cocok untuk melibas jalanan berbatu dan lumpur.
Jika untuk keperluan “memuaskan mata”, semua aksesori yang dipasang Honda sangat pas. CB150X jadi terlihat gagah.
Beberapa hal yang membuat Honda CB150X terasa nanggung
Memang terasa sangat sedap sekali ketika kita memandangnya. Performa yang ditawarkan Honda juga terbilang oke. Namun, nyatanya, CB150X tidak lepas dari “beberapa kekurangan” yang membuatnya jadi serba nanggung.
Pertama, dan yang mungkin mencolok adalah desain yang tidak benar-benar baru. Motor ini memang tidak lahir dari konsep yang segar seperti Supra GTR ( 2016) atau Forza sebagai matik premium 250cc (2018). Sementara itu, CB150X sejatinya merupakan pengembangan dari desain motor yang sudah ada sebelumnya, terutama berkaca pada CB150R rilisan terbaru.
Coba kita menengok desain motor ini. Jika melihat dari depan, fitur baru yang ditanam Honda membuatnya eksentrik. Namun, jika melihat dari sisi samping atau belakang, kita bisa merasakan desain CB150.
Meski tidak mengganggu banget secara fungsional, aneh rasanya jika motor premium tidak menggunakan desain baru. Jadi, meski terbilang futuristik, dari sisi penampilan, rasanya nanggung.
Kedua, karakter motor yang terbilang “eksklusif”. Konsep motor ini kan petualangan, Namun, pengendara tidak merasakan kenyamanan sempurna ketika mengendarainya.
CB150X terasa bulky di bagian depan karena tambahan fairing di bagian tangki bensin. Iya, memang terlihat jadi lebih gagah, tapi rasanya kok terlalu bulky. Selain itu, berat motor mencapai 119 kilogram. Maka kamu bisa membayangkan betapa “beratnya” motor ini kalau buat didorong ke depan.
Ketiga, masalah pada jok. Coba saja kamu mengendarainya di jalanan kota. Pasti akan mengeluh kalau jok CB150X terlalu keras. Selain jok, suspensi depan motor ini malah tidak nyaman untuk menerjang polisi tidur.
Mencoba memahami motor premium dari Honda ini
Sejak tadi saya menyebut Honda CB150X sebagai motor premium. Alasan saya adalah, dengan harga sekitar Rp33-34 juta, motor ini juga harus nyaman sebagai daily driver. Ingat, harga motor ini nggak berbeda jauh dengan Vario 160 ABS yang dibanderol Rp29 juta.
Jika pengendara tidak menemukan sisi kenyamanan, mereka akan mendapatkan alasan untuk memilih Vario 160, kan. Ingat, mayoritas konsumen setia Honda bukan para petualang jalanan. Mereka adalah orang-orang kecamatan sampai kota yang menikmati Honda karena nyaman dan irit.
Sementara itu, sebetulnya, kalau mau menyebut CB150X sebagai motor touring, ya nanggung juga. Ingat, ada Suzuki GSX-S150 Touring Edition dengan harga Rp25 jutaan. Sesuai namanya, motor tersebut memang spesial untuk tur. Sudah begitu, harganya malah agak jauh di bawah.
Yah, ekspektasi terhadap motor Honda memang agak tinggi, ya. Faktor kenyamanan CB150X sebetulnya sudah lumayan. Namun, biar nanggung, seharusnya masih bisa ditingkatkan. Begitu menurut saya.
Penulis: Dhien Favian Aryanda
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Warna Baru Honda Supra X 125 yang Tidak Mencerminkan Dinamisnya Dunia dan analisis menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.