MOJOK.CO – Kapok. Saya kapok korupsi duit oli yang cuma Rp50 ribu itu. Karena korupsi duit oli, blok mesin Honda Vario 125 saya pecah. Biaya perbaikan bikin nangis darah.
Kenapa, ya, perempuan dengan kendaraan bermotor sering dianggap kesalahan? Anggapan yang tentu nggak sepenuhnya benar. Namun, saya baru saja mengalami kejadian yang seakan jadi pembenaran anggapan di atas. Ketika blok mesin Honda Vario 125 saja pecah di tengah jalan!
Pengalaman ini terjadi ketika saya sedang mudik dari Jogja menuju Kebumen. Di sore hari yang indah itu, saya jalan pulang ke rumah dengan seorang teman, sama-sama wong ngapak lewat jalur selatan.
Perjalanan di atas Honda Vario 125 itu berjalan normal. Aman, tidak ada operasi polisi di jalan. Di lampu merah Wates, Kulon Progo, yang jalannya bercabang dan polisinya bermata elang juga aman, kami tidak kena tilang. Saya selalu was-was karena belum punya SIM. Ya, saya memang pengendara ndablek, usia 23 tahun tapi belum punya SIM. Jangan dicontoh, ya.
Sepanjang jalan kami banyak bercanda sembari menikmati langit sore yang mulai kuning keemasan (udah kaya gorengan aja ini langit). Semua berjalan lancar, sampai pas masuk perbatasan Purworejo tiba-tiba terdengar suara “Kroookkk!” dan mesin Honda Vario 125 saya seketika mati.
Saya yang tidak paham dunia permotoran, bingung jadinya. Saya coba stater, nggak bisa. Saya coba engkol, macet. Saya cek bensinnya, masih banyak. Awalnya, saya kira Honda Vario 125 kesayangan saya ini mengalami putus v-belt. Saya masih santai, tidak berpikir bahwa kerusakannya ternyata parah. Cukup temukan bengkel dan masalah selesai.
Konyolnya, di situasi seperti ini, kami malah berpikir mencari warung es krim daripada menemukan bengkel terdekat. Es krim sudah ditangan, kami makan di pinggir jalan sembari meratapi nasib bagaimana caranya pulang.
Singkat cerita, setelah capek mendorong, telepon sana-sini, dan mengemper di pinggir jalan, kami sampai di rumah dengan dijemput truk. Keesokan harinya, Honda Vario 125 itu dibongkar ayah saya.
Mak tratap, mungkin seperti itu perasaan beliau waktu itu. Ternyata, Honda Vario 125 saya patah stang seher. Tak hanya itu, karena saat patah terjadi di posisi RPM mesin sedang tinggi, seher yang patah menghantam kerangka mesin hingga pecah. Beliau bertanya bagaimana ini bisa terjadi, apakah saya tidak rajin mengganti oli motor atau bagaimana. Tentu saja saya jawab saya rajin, masak saya mau jujur kalau uang servisnya saya korupsi. Ya nggak, kan?
Saya pikir ayah saya lebay, perkara “begitu doang”. Paling bisa dibenerin di bengkel Mas Alvin, Rp200 ribu sudah beres. Tapi ternyata saya salah. Pecah blok mesin Honda Vario 125 berarti harus mengubah STNK. Blok mesin bukan spare part motor yang umum dan bisa dibeli begitu saja. Harus pesan ke pabrik.
Proses pemesanan blok mesin Honda Vario 125 pun cukup ribet. Syarat pengajuan pesanan ini juga banyak. Antara lain, foto bagian nomor mesin dari sepeda motor, surat keterangan dan forensik dari kepolisian, fotokopi BPKB, fotokopi STNK, fotokopi KTP, gesekan nomor rangka dan nomor mesin. Prosesnya ribet dan harus wara-wiri berurusan dengan polisi. Itu yang bikin males, sih.
Namun, meski ribet banget, mau nggak mau, saya harus mengurusnya. Singkat kata, setelah mengurus segala macam dokumen, saya memesan blok mesin Honda Vario 125 di awal Februari lalu.
Sekitar tujuh bulan kemudian, di akhir Agustus, saya dihubungi bengkel resmi Honda kalau blok mesin pesanan saya sudah datang dan bisa diambil. Saya kurang tahu, kenapa waktu tunggu bisa sampai tujuh bulan. Padahal, sebelumnya pihak Honda bilang waktu tunggu pemesanan cuma tiga bulan. Jangan-jangan pihak Honda juga malas memercayakan blok mesin ke saya yang nggak rajin merawat motor.
Soal biaya, untuk blok mesin Honda Vario 125 sebelah kanan atau bahasa bengkelnya crankcase comp right, seharga Rp772 ribu dan crankcase comp left Rp955 ribu. Total, saya mengeluarkan uang sebesar Rp1.727.000. Jumlah yang tidak sebanding dengan Rp50 ribu uang oli yang saya korupsi.
Selain blok mesin, banyak perintilan-perintilan motor lain yang harus saya beli juga. Karena terlalu lama menunggu blok mesin datang, banyak baut dan onderdil lain yang sudah hilang sehingga harus beli lagi. Pelajaran untuk teman-teman yang mengalami masalah sama, agar menyimpan onderdil yang masih bisa digunakan dengan baik.
Akhirnya, motor Honda Vario 125 saya yang sudah berdebu di garasi dirakit kembali. Hanya karena kecerobohan tidak mengganti oli dan tergiur uang Rp50 ribu, saya harus membayar mahal dengan kerusakan motor dan biaya perbaikannya yang tidak main-main.
Sampai Honda Vario 125 kesayangan kembali seperti sedia kala, saya menghabiskan lebih dari Rp3 juta uang tabungan. Jumlah yang sungguh membuat saya menangis darah. Ingat, kawan, jangan pernah korupsi. Karmanya bikin pedih ini hati.
BACA JUGA Honda Vario 110 Karbu: Menolak Tua, Ogah Kalah Sama yang Muda atau petaka dan kegelisahan lain terkait kendaraan di rubrik OTOMOJOK.