Mengamati segi interiornya, tampilan dasbor Agya da Ayla sudah berubah wujud menjadi lebih mirip Raize dan Avanza. Head unit sudah mengandalkan model floating, bukan lagi menempel di konsol tengah sehingga mobil menjadi terasa lebih mewah. Multi information display manual akan digantikan dengan tampilan layar tujuh inci yang lebih mewah dan futuristik.
Sisanya, belum banyak informasi yang bisa digali tentang Agya dan Ayla baru. Toyota yang masih terkesan pelit dalam memberikan informasi. Untuk Agya, perbedaan antara tipe G dan GR Sport selain gimmick logo GR dan body kit yang saat ini baru diketahui adalah ukuran ban yang lebih besar untuk GR Sport di kisaran 15 atau 16 inci ketika G hanya akan membawa 14 inci.
Dari mobil contoh yang dipamerkan saat launching, saya tidak melihat adanya lampu sein di kaca spion varian GR Sport dan berharap ini tidak terjadi di mobil yang dijual massal. Mengapa? Karena varian Perodua Axia (nama dagang di Malaysia) yang tidak memiliki lampu sein di kaca spion juga tidak memiliki fitur lipat otomatis dan jika ini terjadi di sini, Agya GR Sport kalah dong dari Brio RS?
Beralih ke Ayla. Daihatsu hanya menjanjikan dua fitur keselamatan baru bernama Hill Start Assist (HSA) dan Vehicle Stability Control (VSC). HSA memungkinkan mobil berhenti di tanjakan beberapa detik setelah kaki lepas dari pedal rem. Ini tentu sangat berguna, tetapi mungkin menaikkan harga dan kurang terpakai bagi kaum pekerja kantoran yang hidup hanya di dalam kota.
VSC sendiri untuk mendeteksi dan mencegah oversteer, understeer, atau ban mobil yang tergelincir saat berbelok. Mungkin akan lebih berguna, tetapi juga berpotensi menaikkan harga. Saya tidak melihat gagang setirnya akan dilengkapi dengan tombol pengendali head unit seperti Agya dan ini tentu terdengar cukup menyedihkan.
Harga
Dengan semua informasi yang ada, tentu harganya diharapkan tidak lebih dari Rp140 juta (Ayla 1.0 M/T), Rp150 juta (Ayla 1.0 CVT), Rp170 juta (Agya G dan Ayla 1.2 M/T),
Rp180 juta (Ayla G dan Ayla 1.2 CVT), dan Rp220 juta (Agya GR Sport CVT). Agya dan Ayla sendiri tetap tidak mudah dalam merebut hati pasar karena harus bersaing dengan Brio Satya di segmen yang sama dan juga Rocky-Raize-Sirion di segmen yang lebih tinggi. Apalagi jika S-Presso berhasil berbenah diri dan mempertahankan atau bahkan menurunkan harga. Persaingan akan semakin sengit.
Terlebih lagi, Agya dan Ayla yang pertama kali meluncur imut nan energik itu telah berubah menjadi mobil yang lebih bongsor nan dewasa. Mereka tidak lagi menyediakan varian mesin yang ramah Pertalite. Masih layak disebut mobil murah?
Entah mengapa, saya sekarang lebih berpikir untuk mencari stok Ayla bermesin 1000cc yang masih tersisa. Tidak cukup membeli “mobil murah” jika mesinnya kurang ramah untuk bensin yang lebih murah. Rekan sekantor saya pun merasakan hal sama. Bahkan, menurut beliau, mungkin ke depannya Ayla 1000cc bekas pun bisa jadi lebih dicari di pasaran. Nah lho.
BACA JUGA Daihatsu Luxio dan Stigma Mobil Murahan yang Melekat dan analisis menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.
Penulis: Christian Evan Chandra
Editor: Yamadipati Seno